Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Arab Saudi meminta Bangladesh mengeluarkan paspor untuk sekitar 54 ribu Rohingya yang kini tinggal di negara itu sejak sekitar 40 tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Etnis Rohingya di Arab Saudi tidak memiliki paspor dari negara manapun. Anak-anak pengungsi yang lahir di Arab Saudi juga tidak diberikan kewarganegaraan Saudi. Mereka bisa berbahasa Arab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Luar Negeri Bangladesh, AK Abdul Momen mengatakan pada bulan lalu bahwa pemerintahan Saudi berharap para pengungsi Rohingya diberikan paspor Bangladesh. Arab Saudi mengatakan bahwa mereka tidak menyimpan orang-orang tanpa kewarganegaraan.
Dilansir dari DW, Momen dalam konferensi pers menjelaskan, banyak pengungsi Rohingya tidak pernah datang ke Bangladesh, maupun tahu tentang negara tersebut. Dia menambahkan bahwa para pengungsi hanya tahu budaya Arab Saudi dan bisa berbahasa Arab.
Arab Saudi dilaporkan mengancam Bangladesh dengan konsekuensi jika mereka tidak memberikan paspor kepada Rohingya. Konsekuensi tersebut berupa pembatasan pekerja dari Bangladesh, dan menekan orang-orang Bangladesh yang saat ini bekerja disana.
Momen mengaku ancaman tersebut diterima dari pejabat Saudi. Sayang, ketergantungan Bangladesh pada pendapatan tenaga kerja asing di Arab Saudi membuat ancaman tersebut sulit diabaikan.
Lebih dari 2 juta ekspatriat Bangladesh yang bekerja di Arab Saudi, mengirimkan US$ 3.5 miliar (Rp 51 miliar) sebagai pendapatan negara.
Hingga saat ini, Bangladesh berjuang untuk menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya.
Muslim Rohingya adalah etnis minoritas yang berasal dari negara bagian Rakhine, Myanmar. Namun, Myanmar menolak mengakui mereka sebagai warga negara. Selama beberapa dekade, Rohingya telah melarikan diri dari penganiayaan ke negara lain, sebagian besar ke negara tetangga Bangladesh.
FERDINAND ANDRE | DW