BAGI Korea Selatan, apa yang dinamakan "subversi komunis" adalah
suatu yang diharap merupakan bagian sehari-hari dalam hidup.
Perbatasan dengan Korea Utara hanya 45 km dari Seoul. Dan di
seberang sana musuh itu bukan sembarang musuh. Mereka punya
angkatan bersenjata yang kuat, dasar idiologi kokoh dan motifasi
yang cukup buat menyerang Selatan. Mereka pun mampu untuk
mengadakan baik subversi maupun infiltrasi.
Karena itu, di Korea Selatan kesadaran akan kestabilan, keamanan
dan ketertiban sangatlah tinggi - kalau tidak dikatakan
berlebihan. Salah satu kegandrungan akan stabilitas ini
dipraktekkan dengan adanya bermacam-macam peraturan yang oleh
banyak orang dianggap tidak demokratis. Antara lain ada
undang-undang yang melarang kritik terbuka erhadap Presiden
Park Chung Hee. Inilah yang antara lain mengakibatkan bekas
Presiden Yun Poo Sun dan tokoh oposisi Kim Dae Yung harus
meringkuk dalam penjara.
Selain itu terkenal juga kegiatan Korean Central Intelligence
Agency (KCIA) yang banyak dikritik sebagai "keliwat batas".
Dalam melakukan tugasnya badan rahasia ini antara lain telah
menekan warga Korea di Amcrika yang berani menentang Presiden
Park. Diperkirakan dewasa ini KCIA mempekerjakan sampai 300.000
agen. Penduduk Korea Selatan dewasa ini berjumlah kira-kira 33,5
juta. Dihebohkan pula aknir-akhir ini bahwa KCIA telah menyuap
beberapa anggota kongres Amerika, agar mereka tetap
mempertahankan bantuan dan dukungan Amerika terhadap Korea
Selatan.
Oleh beberapa kalangan, usaha KCIA untuk mendekati dan menyuap
sementara anggota kongres Amerika ini bukanlah merupakan hal
yang luar biasa. KCIA hanya mempraktekkan apa-apa yang pernah
dipelajari dari "mentor" mereka yang bermarkas di Langley,
Washington D.C. CIA. Mereka membina kalangan yang dapat
menguntungkan Seoul kalau perlu dengan cara suap, mensuplai
wanita serta "tipu-tipu kotor" lainnya.
Sae-maul
Bantuan Amerika memang merupakan hal yang sangat utama bagi
pemerintah Park. Hadirnya kekuatan militer Amerika telah
memungkinkan Korea Selatan untuk lebih memperhatikan pembangunan
ekonomi dan memperkecil anggaran pertahanannya. Tapi ini tidak
berarti bahwa perhatian mereka terhadap bidang militer
berkurang. Pada dasarnya Korea Selatan telah mempraktekkan
doktrin yang di Indonesia disebut "hankamrata" dengan
sebenarbenarnya.
Pembangunan ekonomi pedesaan dilaksanakan dengan gerakan
Sae-maul. Ini dimaksudkan tidak saja untuk meningkatkan
pendapatan rakyat desa sehingga sejajar dengan penduduk kota,
tetapi juga telah meningkatkan dayatahan rakyat terhadap
subversi. Dalam gerakan Sae-maul, ketua dipilih oleh rakyat
setempat secara demokratis. Demikian juga dalam memilih berbagai
proyek desa. Rakyat memilih sendiri proyek-proyek desa yang mana
saja yang sekiranya dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
Pemerintah hanya membantu dalam hal penyediaan tenaga ahli dan
bantuan keuangan.
Salah satu tindakan yang dilakukan dalam gerakan Sae-maul adalah
memperlebar dan memperkeras jalan-jalan desa dan membuatnya
selurus mungkin. Alasannya: untuk memperlancar pengangkutan
hasil-hasil desa ke kota. Tetapi di balik itu juga jelas bahwa
dengan pembuatan jalan secara begini, kendaraan militer
berat-berat dapat masuk pedalaman dengan mudah dan leluasa.
Perbaikan pagar-pagar desa dan "rata-desa" mempersulit orang
luar masuk ke desa tanpa diketahui. Di ujung jalan-jalan desa
itu terdapat sebuah markas militer yang mengibarkan selain
bendera Korea. bendera kesatuannya, juga mengibarkan bendera
Sae-maul yang bergambar tiga helai daun di dasar hijau. Ini
mungkin untuk menunjukkan bahwa satuan militer tersebut juga
merupakan sebagian dari desa Sae-maul itu.
Terbatas
Pembuatan jalan-jalan besar di luar kota memang sangat intensif
dilakukan di Korea. Di beberapa tempat terutama di utara kota
Seoul, para pelancong tidak diperbolehkan memotret pembuatan
jalan-jalan itu. Peraturan itu dapat dilaksanakan dengan ketat.
karena banyaknya polisi rahasia yang mengawasi.
Di beberapa tempat di luar kota jalan-jalan itu dibuat dari
beton. sangat lebar dan jalur tengahnya hanya ditandai dengan
cat kuning. Diduga ini tidak hanya sekedar jalan raya biasa.
Tetapi juga merupakan landasan darurat pesawat terbang bila
perang pecah.
Bila kehidupan desa ditingkatkan, kehidupan kota sebaliknya
ditekan. Kehidupan yang konsumtif dibatasi dengan pembatasan
barang-barang impor dan barang mewah. Ukuran lemari es dan
televisi yang dijual dibatasi. Bahkan kwalitas beras untuk
rakyat pun dibatasi.
Ini tentu saja menimbulkan pasar gelap. Tetapi dengan banyaknya
polisi rahasia dan KCIA, kegiatan pasar gelap ini sangat
terbatas dan pada umumnya hanya melayani orang orang asing.
Kehidupan malam dibatasi. Jam malam berlaku dari jam 4.00
hingga jam 04.00. Polisi militer sangat ketat beroperasi
sehingga kehadiran tentara AS tidak terasa di kota-kota, dan
tidak banyak menimbulkan friksi. Tidak adanya "wiper" pada jip
tentara misalnya sudah merupakan pelanggaran yang harus
ditindak.
Dan tentara di Korea memang tidak dapat berlagak lebih dari
rakyat biasa, karena setiap pemuda yang berumur 17 tahun ke
atas. dikenakan wajib milisi. Merka harus dinas aktif di
militer selama tiga tahun, dan sesudah itu masih harus hadir
dalam latihan militer selama sebulan untuk setiap tahunnya.
Sehingga tidak akan mengherankan bila kita membuat pendorong
gerobak sayur di dalam kota Seoul yang mengenakan pakaian loreng
militer tanpa tanda-tanda.
Latihan militer juga dikenakan pada seluruh siswa sekolah
menengah, yang diadakan dua kali dalam seminggu. Pada hari itu
mereka juga mengenakan pakaian seragam loreng.
Sebaliknya, dalam gerakan Sae-maul tentara juga diikutkan untuk
membantu pengangkutan hasil produksi desa serta menjaga
keamanannya, terutama untuk desa-desa di dekat perbatasan.
Kendaraan militer dipergunakan untuk mengangkut hasil bumi dari
desa itu sampai ke pos di mana kendaraan umum boleh masuk. Tanpa
dikenakan biaya khusus, dan bukan pula hal yang sebaliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini