Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Suriah Bashar al-Assad pada hari Rabu memutuskan menaikkan gaji tentara hingga 50 persen. Kenaikan gaji tak berlaku bagi mereka yang sedang menjalani wajib militer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keputusan Bashar al-Assad muncul saat kelompok oposisi melancarkan serangan kilat di wilayah barat laut Suriah. Pasukan pemberontak berhasil memasuki kota besar Hama pada Kamis, 5 Desember 2024 setelah merebut Aleppo minggu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kenaikan lima puluh persen akan ditambahkan pada gaji sekaligus bagi personel militer, yang berlaku pada tanggal dikeluarkannya keputusan tersebut," kantor berita resmi SANA mengumumkan seperti dilansir dari New Arab.
Pada Desember 2023, Presiden Bashar al-Assad menaikkan bonus dari setara US$ 0,75 menjadi US$ 7,50 per bulan.
Tentara Suriah telah melemah secara signifikan dalam konflik yang berlangsung hampir 14 tahun di negara itu. Perang berawal ketika pasukan rezim secara keras menindak protes pro-demokrasi pada Maret 2011.
Rusia, Iran dan milisi yang didukung Iran membantu menopang rezim Bashar al-Assad saat ia mulai kehilangan lebih banyak wilayah. Pasukan rezim dan sekutu milisi mereka yang didukung Iran juga mengalami kemunduran serius baru-baru ini setelah serangan mematikan Israel yang bertepatan dengan perang di Lebanon.
Tanpa angka resmi, diperkirakan hampir satu juta orang terbunuh atau hilang selama konflik Suriah. Sekitar setengah populasi Suriah sebelum perang mengungsi.
Perang tersebut, yang telah melibatkan beberapa kekuatan regional dan internasional serta kelompok ekstremis, telah menyebabkan tentara kehilangan sekitar setengah dari tenaga kerjanya pada tahun-tahun awal pertempuran, atau sekitar 300.000 tentara. Krisis ekonomi yang menghancurkan akibat perang, sanksi, dan korupsi juga telah menyusutkan gaji prajurit dan pegawai pemerintah lainnya.
Para pengamat mengatakan kondisi sosial ekonomi yang memburuk telah menyebabkan moral prajurit menjadi rendah. Ratusan ribu pria yang cukup umur untuk berperang juga telah melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari wajib militer.
Pada Juli, rezim Suriah mengumumkan rencana melepaskan puluhan ribu pasukan cadangan hingga akhir tahun ini.
Pasukan pemberontak terus merangsek ke selatan. Mereka menargetkan kota Homs, yang merupakan kota terbesar ketiga di Suriah. Beberapa prajurit telah membelot. Ada kekhawatiran bahwa makin banyak tentara Suriah yang membelot.
Guna membahas situasi di Suriah yang memanas, sejumlah menteri luar negeri dari Turki, Iran dan Rusia akan bertemu di Doha, Qatar pada Sabtu, 7 Desember 2024. Menurut sumber diplomatik Turki yang dilansir dari Reuters, ketiga menteri diharapkan bertemu di sela-sela Forum Doha pada hari Sabtu dalam rangka proses Astana.
Turki, Rusia, dan Iran secara rutin mengadakan pembicaraan tentang masa depan Suriah dalam format trilateral sebagai bagian dari apa yang dikenal sebagai proses perdamaian Astana. Sementara Turki, anggota NATO, mendukung oposisi politik dan bersenjata. Sebaliknya Rusia dan Iran mendukung rezim Bashar al-Assad.
Sejak Suriah bergolak, Turki telah meminta Assad berunding dengan rakyat Suriah untuk mencari solusi politik. Ankara telah membantah terlibat dalam operasi pemberontak dan mengatakan tak ingin pengungsi Suriah melintasi perbatasannya.