Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis menyuarakan kesiapan untuk berbicara atau bertemu dengan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tentu saja, saya siap kapan saja. Dan saya akan siap untuk bertemu jika dia menginginkannya," kata Putin pada konferensi pers akhir tahun dan acara bincang-bincang di Moskow seperti dilansir Anadolu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan tidak tahu kapan akan bertemu Trump karena dia "tidak mengatakan apa pun tentang hal itu," tetapi mengindikasikan bahwa dia tidak menghubunginya selama lebih dari empat tahun.
Putin lebih lanjut mengatakan dia yakin bahwa dia dan Trump akan memiliki sesuatu untuk dibahas jika mereka bertemu.
Ia juga mengomentari pertanyaan tentang apa yang dapat dia tawarkan kepada Trump terkait perang Ukraina sementara Rusia diduga berada dalam "posisi yang lemah."
Putin mengatakan bahwa dia memiliki sudut pandang yang berbeda tentang masalah tersebut, beralasan bahwa Rusia telah menjadi jauh lebih kuat dalam dua atau tiga tahun terakhir.
"Mengapa? Karena kami menjadi negara yang benar-benar berdaulat, kami tidak lagi bergantung pada siapa pun. Kami dapat berdiri teguh dengan percaya diri dalam hal ekonomi," katanya.
Dia mengatakan Rusia memperkuat kemampuan pertahanan dan kesiapan tempur sambil meningkatkan produksi di industri pertahanannya.
"Saya yakin bahwa Rusia saat ini sebagian besar berada dalam kondisi yang kami tuju. Rusia telah tumbuh lebih kuat, telah menjadi negara yang benar-benar berdaulat, dan kami akan membuat keputusan tanpa memperhatikan pendapat orang lain, kami hanya kan dipandu oleh kepentingan nasional kami," ujar dia.
Putin menanggapi pertanyaan tentang Presiden AS Joe Biden yang mengampuni putranya atas penggelapan pajak dan pelanggaran terkait senjata api awal bulan ini, dengan mengatakan bahwa dia tidak menyalahkannya atas keputusannya.
"Dia seorang politisi. Dan yang terpenting adalah apa yang lebih penting dalam diri Anda: politisi atau pribadi. Ternyata Biden lebih merupakan pribadi. Saya tidak akan menyalahkannya untuk ini," katanya.
Putin membandingkan keputusan Biden untuk mengampuni putranya dengan kasus pemimpin Soviet Joseph Stalin, yang menolak untuk menukar putranya Yakov Dzhugashvili, yang ditangkap oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia ke-2.
"Bukanlah sebuah legenda ketika Stalin menolak tawaran untuk menukar putranya, Yakov, yang saat itu ditawan ... Dia berkata: 'Saya tidak menukar seorang prajurit dengan seorang panglima lapangan.' Itu adalah keputusan manusia," tutur dia.
Pilihan Editor: Putin tentang Trump, Suriah, Perang Ukraina, dan Ekonomi Rusia