Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Foto-foto putri Kim Jong Un yang bertubuh sehat serta berpakaian bagus, diam-diam menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Korea Utara. Dalam foto yang dirilis pada 26 Februari 2023, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan putrinya Kim Ju Ae sedang menghadiri upacara pembangunan jalan baru, di Distrik Sopho, Pyongyang. Foto-foto itu dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Judul resmi foto itu adalah "Anak Tercinta" dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Kim Ju Ae sedang mengenakan mantel panjang berkerah bulu dengan kancing emas, dihiasi dengan bros emas dan sarung tangan kulit berkualitas tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia berhati-hati untuk tidak mengacaukan gaya rambutnya yang rapi saat bersama ayahnya dan beberapa pejabat penting lainnya menggali sekop tanah seremonial pertama pada peresmian jalan baru di ibu kota Pyongyang pada 25 Februari 2023. Ini adalah penampilan publik resmi terbarunya yang merupakan penampilan ketiga di bulan yang sama.
Para ahli berspekulasi bahwa munculnya Kim Ju Ae ke publik, merupakan bagian dari upaya propaganda untuk melunakkan citra ayahnya. Anak berusia 9 tahun ini dibawa untuk menggambarkan ayahnya, Kim Jong Un sebagai pria yang cinta keluarga. Spekulasi lainnya adalah Kim Ju Ae akan menggantikan Kim Jong Un suatu hari kelak.
Namun munculnya foto-foto Kim Ju Ae justru menimbulkan kebencian yang meluas. Sebabnya Korea Utara sedang dilanda kekurangan pangan kronis dan kemiskinan yang meluas. Rakyat Korea Utara sedang bertahan hidup untuk lolos dari krisis pangan.
Laporan tentang peristiwa ayah-anak terbaru itu membuat marah banyak orang. Seorang penduduk provinsi barat laut Pyongan Utara mengatakan kepada Radio Free Asia's Korean Service dengan syarat anonim untuk alasan keamanan.
“Itu membuat saya marah karena situasi saya sangat sulit untuk ditanggung, dan Kim Ju Ae, yang kita semua tahu makan dan hidup dengan baik, sering muncul di TV dengan pakaian mewahnya,” kata sumber tersebut.
Orang lain memperhatikan betapa sehatnya Kim Ju Ae dengan pipinya yang bulat dan kemerahan. "Orang-orang mengatakan hal-hal seperti, Dia pasti makan dengan sangat baik, wajahnya sangat putih dan montok seperti bulan," kata sumber itu. "Kebanyakan orang tidak bisa makan dengan benar sehingga tulang pipi mereka lebih menonjol dari wajah mereka daripada sebelumnya."
Warga yang tinggal di utara ibu kota di provinsi Pyongan Selatan membandingkan penampilan Kim Ju Ae dengan anak-anak kurus yang tinggal di lingkungan mereka. "Mereka marah melihat wajah putih montoknya begitu sering muncul dalam propaganda," kata sumber kedua. “Mereka mengatakan bahwa dia terlihat sangat berbeda dari anak-anak orang biasa, yang bahkan tidak bisa makan tiga kali sehari karena kekurangan makanan.”
Krisis Pangan Hantui Korea Utara
Kekhawatiran tentang kekurangan makanan kronis di Korea Utara meningkat. Sejumlah sumber mengatakan kemungkinan angka kematian akan naik akibat kelaparan.
Beberapa ahli mengatakan Korea Utara telah mencapai titik terburuk sejak kelaparan pada 1990-an yang dikenal sebagai "Maret yang Sulit." Saat itu terjadi kelaparan massal dan menewaskan ratusan ribu orang, atau diperkirakan 3-5 persen dari populasi yang saat itu berjumlah 20 juta orang.
Data perdagangan, citra satelit, dan penilaian oleh PBB dan otoritas Korea Selatan semuanya menunjukkan bahwa pasokan makanan kini telah menurun di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum manusia, menurut Lucas Rengifo-Keller, seorang analis riset di Peterson Institute for Ekonomi internasional.
Bahkan jika makanan didistribusikan secara merata, sesuatu yang hampir tidak terbayangkan di Korea Utara di mana elit dan militer diprioritaskan, akan terjadi kematian karena kelaparan.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mendesak pejabat pemerintah untuk merekayasa transformasi mendasar dalam produksi pertanian. Kim mengatakan pemerintah memprioritaskan untuk mencapai target produksi biji-bijian tahun ini dan menekankan pentingnya produksi pertanian yang stabil. Laporan itu tidak merinci tindakan apa yang akan diambil Korea Utara, tetapi Kim mengatakan perubahan perlu terjadi dalam beberapa tahun ke depan.
Pertanian kolektif menyumbang sebagian besar pertanian Korea Utara, menurut para peneliti. Pertanian semacam itu biasanya menampung banyak petani kecil yang menghasilkan tanaman dengan kerja bersama.
Pernyataan Kim muncul di tengah laporan meningkatnya kekurangan pangan di negara itu. Namun Korea Utara membantah anggapan bahwa mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan warganya.
RADIO FREE ASIA | CNN | REUTERS
Pilihan Editor: Kisah Heroik Bocah Rusia, Selamatkan Dua Teman dari Serangan Ukraina