BERJAKET kulit cokelat dan bertopi pet kotak-kotak, mantan Raja Afganistan, Muhammad Zahir Shah, men-jejakkan kakinya kembali di Kabul, Kamis silam. Selama 29 tahun, Zahir, 87 tahun, menetap di pengasingan di Roma, Italia, setelah disingkirkan dari takhta kerajaannya. Di atas hamparan karpet merah, para kepala suku di Afganistan mengelu-elukan kedatangannya. Perdana menteri sementara Hamid Karzai, yang menjemput bekas penguasa itu dari pengasingannya, terus mendampinginya bersama bekas seteru Zahir, Jenderal Abdul Rashid Dostum, dari etnis Uzbek. Ribuan rakyat Afganistan menyambutnya di sepanjang jalan yang dilalui Mercedes-Benz yang membawa Zahir ke tempat tinggalnya di kawasan elite di Kabul.
"Pensiunan" raja ini pulang bukan untuk mengambil mahkotanya kembali. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Hamid Karzai telah meminta Zahir memimpin Loya Jirga, semacam musyawarah nasional antarkepala suku, pada Juni mendatang dengan agenda membentuk pemerintahan sementara yang memimpin Afganistan hingga pemilihan umum tahun depan.
Kepercayaan itu jatuh ke pundak Zahir karena citranya sebagai sosok cinta damai. Ia dianggap sebagai figur bapak yang diharapkan bisa mengembalikan rasa damai di Afganistan, yang lebih dari 20 tahun dicabik-cabik perang. "Di zaman pemerintahannya, banyak rakyat yang tak mengenal cara menggunakan senjata," ujar seorang warga dari Provinsi Khost, Jawaz Ismaelkhel. Foto Zahir laris diperdagangkan menyusul robohnya penguasa Taliban.
Widjajanto (AP, Reuters, The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini