Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hidup terkucil jauh dari keriuhan kampanye presiden di Moskow tak membuat Viktor Novikov ketinggalan berita. Di Dusun Govorilovskoye yang lumpurnya masih membeku dalam hawa bulan Maret, Viktor memupuk harapannya pada Putin. Bagi pria berumur 65 tahun ini, masa-masa suram hidup di era Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin telah lewat. Hingga kini dia memang masih mencukupkan nafkah dengan menanam kentang dan mentimunkarena pensiunnya tak mencukupi. Toh, kesusahan hidup tak memudarkan semangatnya memilih Putin, "yang fantastis, kuat, muda, dan memberi kami harapan," ujarnya.
Harapan pak tua Navikov ini boleh-boleh saja. Bahwa Putin akan memenuhinya atau tidak, itu yang belum pasti. Yang sudah pasti adalah, Putin telah menata "kabinet baru"-nya jauh sebelum pemilu dilangsungkan.
Vladimir Putin, 51 tahun, memang akan bertarung kembali merebut satu masa jabatan lagi. Langkah mencuri start Putin dengan merombak kabinetnya sebelum pemilu mengundang berbagai kontroversi, juga kecaman. Tapi para pemilihnya di pelosok-pelosok Rusia justru bersemangat.
Mereka mendukung langkahnya me- nguras sisa-sisa kaum oligarki di kabinetnya. Salah satunya, Perdana Menteri Mikhail Kasyanov, yang dipecat Putin tiga pekan lalu. Putin mengganti Kasyanov dengan Mikhail Fradkov. Ia kawan lama Putin, dan kuat diduga dia mantan anggota Dinas Rahasia Soviet KGB di masa Federasi Uni Soviet belum bubar (lihat boks, Mereka Punya SIM).
Ahad dua pekan lalu, Putin "merombak" kabinetnya dengan cara memangkas 30 kementerian menjadi 17 saja. Dia lalu mengangkat beberapa mantan pejabat KGB dari era Uni Soviet. Orang Rusia menyebut para mantan telik sandi ini dengan siloviki (secara harfiah berarti orang-orang kuat). "Seusai pemilu, tim ini secepatnya akan memulihkan Rusia dan meningkatkan kualitas hidup rakyat," ujar Putin.
Kontan saja pernyataan ini menyulut keresahan banyak kalangan. "Kebangkitan mereka bisa mengembalikan Rusia ke era dingin Uni Soviet," ujar sosiolog Rusia, Olga Kryshtanovskaya. Menurut Olga, para telik sandi ini bakal mengancam perbedaan pendapat, kebebasan pers, melemahkan posisi parlemen, juga partai-partai oposisi. Belum lagi retorika nasionalisme yang selalu mereka usung.
Namun, Putin tampaknya sudah man- tap bergandeng tangan dengan para bekas telik sandi dalam "kabinet baru"-nya. Menteri Pertahanan kini dipegang oleh Sergei Ivanov, orang lama KGB. Begitu pula Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, Menteri Dalam Negeri Rashid Nurgaliyev, dan Menteri Kehakiman Yuri Chaika.
Bahkan kursi untuk orang nomor dua pun ada di tangan Perdana Menteri Mikhail Fradkov, yang ditengarai sebagai alumni KGB. Kerasnya dugaan terhadap Fradkov terutama karena dia menghilang tanpa jejak saat lulus dari Sekolah Teknik Mesin di Rusia pada 1972-1973. Ada informasi, di masa-masa itu Fradkov tengah menunaikan tugas rahasia dari KGB. Maka, Olga Kryshtanovskaya pun tak lagi berbasa-basi: "Putin ingin mengkonsolidasi kekuatan lama dengan menghimpun siloviki."
Benarkah Putin menghimpun mereka untuk membangkitkan "romantisme kekuasaan" KGB di masa silam? Apalagi kebanyakan dari mereka adalah kawan lama sang Presiden, yang notabene mantan agen KGB dari 1975 hingga 1989. Putin sendiri pernah menjadi agen KGB di Jerman Timur.
Sejumlah analis meragukan teori di atas. Boris Makarenko, analis politik dari The Center for Political Technologies, misalnya, sangsi bahwa para siloviki ini akan mengkristalkan diri ke dalam kekuatan politik baru yang solid. "Mereka hanya akan mewarnai pemerintahan Putin menjadi lebih birokratis dan konservatif," ia memaparkan.
Boris juga memberi pandangan lain: para siloviki ini lebih berkualitas ketimbang pejabat yang non-KGB. Mereka dikenal punya loyalitas tinggi pada negara dan amat disiplin dalam tugas. Mereka berpendidikan tinggi, berwawasan luas, dan punya akses tak terbatas pada dunia luar. Sebut saja Sergei Lavrov. Ia menguasai berbagai bahasa asing, dan sempat menjadi utusan Rusia di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Para pengamat juga menyodorkan analisis lain dari fenomena kembalinya para siloviki ke dalam lingkar elite di birokrasi pusat, yakni menjaga stabilitas Rusia. "Keterlibatan siloviki saat ini justru lebih banyak diterima rakyat Rusia, karena mereka ingin lebih tertib, hukum lebih tegak, dan agar korupsi diberantas," ujar Sergei Markov, Direktur The Institute of Political Research Rusia.
Hal ini bisa terlihat dari kebijakan Putin yang tetap mempertahankan sejumlah menteri reformis Rusia yang non-KGB. Umpama, Menteri Keuangan Alexei Kudrin. Putin bahkan memberi Kudrin wewenang lebih besar dalam hal perpajakan setelah perombakan kabinet (karena 30 kementerian yang dilikuidasi dibebankan pada 17 menteri yang tersisa). Lalu ada Menteri Pembangunan Ekonomi, German Gref. Bersama Kudrin, Gref berhasil mengangkat pertumbuhan ekonomi Rusiameskipun kecilrata-rata 5 persen per tahun sejak 1998.
Kabinet baru prapemilu ini boleh jadi semacam "uji-coba", walau Putin menanam banyak harapan dalam perubahan itu. Sampai-sampai ada yang menjuluki dia president of hope. Kinerja tim baru itu belum terbukti tokcer, memang. Tapi ada saja yang percaya dia akan berhasil, setidaknya sekelompok kawula kecil dari Dusun Govorilovskoye.
Endah W.S. (AFP, The Telegraph, BBC, The Economist)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo