Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Udara Amerika Serikat tengah riuh-rendah pada pekan-pekan ini. Bukan oleh satelit dan suara jet tempur, melainkan oleh gemuruh kampanye dua kandidat Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush dan John F. Kerry, yang memenuhi pemancar radio dan televisi.
Bush, yang ingin terpilih untuk periode kedua, memulainya dengan memasang iklan di televisi sejak Jumat pekan silam. Judul advertensi itu menohok, "John Kerry: Wrong on Taxes. Wrong on Defence." Sontak saja koran-koran Amerika menyebutnya sebagai iklan negatif karena langsung menyebut nama lawannya. Dalam durasi 30 detik, George Bush menuduh Kerry berusaha menaikkan penerimaan pajak pemerintah hingga US$ 900 miliar (Rp 765 triliun).
Versi iklan serupa di radio, yang berdurasi 60 detik, tak jauh berbeda, berisi tuduhan terhadap Kerry. Dalam perang melawan teror, Kerry katanya akan melemahkan Patriot Act, yang telah digunakan untuk menangkap para teroris demi melindungi Amerika. Pihak Bush juga menuding Kerry ingin menunda perlindungan terhadap rakyat Amerika karena menunggu dia mensyaratkan persetujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyerang musuh-musuh Amerika.
Juru bicara Kerry langsung membalas. Lewat siaran pers, mereka menyebut angka pa- jak itu mengada-ada dan dia balik menuduh Bush berusaha melupakan rekor defisit anggaran yang dibuat oleh pemerintahannya. Apalagi ternyata iklan itu tidak akurat. Yang benar adalah, Kerry pernah meminta Kongres memotong anggaran intelijen sebesar US$ 1,5 miliar pada 29 September 1995.
Pemotongan cuma sekitar satu persen tersebutdari total anggaran intelijen saat itujustru dimotori oleh kubu Republik, yang mendominasi Kongres di masa itu. Mereka menyetujui pemotongan US$ 3,8 miliar selama lima tahun dari anggaran National Reconnaissance Office. Jumlah yang diminta Kerry sama dengan usulan senator Republik, Arlen Specter.
Perang mental sebetulnya sudah berlangsung sebelum iklan itu muncul, yakni saat Kerry melontarkan ucapan-ucapan yang membakar kubu Republik pada Rabu pekan lalu. Seusai berpidato dan menyalami para pekerja di Chicago, dalam percakapan yang masih terekam mikrofon milik National Public Radio, Kerry menyebut kubu Republik adalah sekumpulan pembohong dan bajingan.
Terang saja, para Republiken marah bukan main dan menuntut Kerry minta maaf. Tetapi senator asal Massachusetts itu menolak. Dia malah menyebut mereka sekelompok penyerang dari Republiken yang punya spesialisasi menghancurkan orang lain. "Apa yang saya katakan tidak ada yang salah," kata Kerry.
Sejatinya, masalah inti yang dihadapi Kerry saat ini bukanlah kemarahan kaum Republiken, melainkan uang kontan. Memang Kerry punya kekayaan pribadi senilai US$ 600 juta. Tapi peraturan kampanye melarangnya memakai uang itu. Padahal betapa perlunya uang untuk bisa meluncur ke Gedung Putih. Satu contoh, untuk memasang iklan kampanye saja, dua kandidat presiden itu diperkirakan akan menghabiskan US$ 60 juta. Apa daya, uang yang ada di kocek Kerry baru sekitar US$ 8 juta. Ini dana yang dapat dihimpunnya sejak menang pada pemilihan di Super Tuesday dua pekan lalu.
Sementara Bush? Duit tidak jadi soal. Dana kampanye yang dikumpulkan Bush jauh melampaui Kerry. Januari lalu saja, calon dari Republik itu sudah mengantongi US$ 145,6 juta, menurut perhitungan lembaga independen pemantau dana kampanye Center for Responsive Politics. Bagaimana Kerry menyiasati kekurangan duit?
Dikabarkan, Kerry telah menemui salah satu bekas calon presiden Partai Demokrat, Senator John Edwards dari North Carolina. Edwards berjanji membantu Kerry mencarikan uang segar sejumlah US$ 80 juta hingga Juli nanti, untuk membantu kelancaran kampanye. Kerry membutuhkan sekurang-kurangnya US$ 178 juta dari berbagai sumber. Bila gagal, semua rencana kampanye dan iklannya bisa berantakan.
Kini, Kerry sedang menyiapkan sebuah iklan. "Presiden," katanya dalam iklan itu, "tak bisa mengungkapkan visinya yang positif mengenai Amerika karena ia selalu membawa bangsa ini dalam jalur yang salah." Judul iklan itu pun seperti menyindir pelintiran data dalam iklan Bush, "Misleading America."
Tapi Bush masih unggulsetidaknya unggul dua digit dalam urusan dana kampanye.
I G.G. Maha Adi (AP, Washington Post, Mercury News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo