Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu, 2 Desember 2023, memperingatkan kalau tujuan Israel menghancurkan Hamas atau mendepak kelompok itu dari Gaza adalah hal yang tidak terjangkau. Peringatan itu disampaikan Erdogan setelah pertempuran di Gaza kembali pecah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Negara-negara Barat yang mendukung Israel, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, selalu membawa-bawa pertanyaan ‘apa yang harus kami lakukan dengan ancaman-ancaman Israel? Mereka itu bukannya melihat solusi dua negara,” kata Erdogan.
Menurutnya, jika analisis berdasarkan solusi dua negara menjadi pusat perhatian, maka masalah di Gaza dan ancaman-ancaman yang mengikutinya akan menghilang. Itulah yang harus diupayakan saat ini. Sebab pengucilan dan penghancuran Hamas adalah sebuah skenario yang tidak realistis.
Erdogan mengutuk keras pengeboman yang dilakukan Israel ke Gaza dan menyalahkah Tel Aviv karena tidak mau berkompromi sehingga gencatan dengan Hamas senjata gagal, yang berakhir pada Jumat, 1 Desember 2023. Erdogan berulang kali menolak melabeli Hamas dengan sebutan kelompok teroris, sebaliknya menyebut Negeri Bintang Daud tersebut sebagai sebuah negara teror. Israel sementara itu menuduh Ankara mendukung militant.
“Kami akan membebaskan Gaza dari Hamas demi keamanan Israel dan menciptakan sebuah masa depan yang lebih baik bagi warganya di kawasan. Anda (Erdogan) dipersilakan menjadi tuan rumah teroris Hamas di negara Anda,” kata Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen, Sabtu, 2 Desember 2023.
Sedangkan Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi menegaskan kembali pada Selasa, 28 November 2023, kalau pihaknya siap menghancurkan Hamas, meski pun ini akan memakan waktu, ada sejumlah tujuan yang komplek dan tidak bisa terukur.
Kelompok Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 hingga menewaskan 1.200 orang, di mana serangan itu langsung dibalas oleh Israel. Rangkaian serangan udara dan operasi militer di darat, telah menewaskan lebih dari 15 ribu warga negara Palestina.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Jens Stoltenberg Sebut Ukraina Tak Mencetak Kemajuan Apapun
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini