REPUBLIK yang ketakutan sedang berjalan menuju Republik Syiah macam Iran? Irak, setelah Saddam Hussein menarik mundur tentaranya dari Kuwait, memang dilanda pemberontakan yang dilakukan oleh, salah satunya, kelompok Syiah. Tapi Syiah di Irak tak langsung berkaitan dengan Syiah di Iran. Maka, agak meleset bila Saddam mengirimkan utusan ke Iran, minta kepada Presiden Rafsanjani agar tak mendukung oposisi di Irak. Bisa ditebak, dari sejarahnya, oposisi Syiah di Irak tak akan ambil pusing apa pun reaksi pihak Iran. Di Irak, ada dua partai Syiah yang bergerak secara aktif di bawah tanah, yakni Al Da'wah al-Islamiyah (Partai Dakwah Islam), dan Al Mujahidin (Pejuang Islam). Partai Dakwah lahir pada 1960-an di kota suci Najaf, sedangkan Mujahidin baru muncul belakangan, tak lama setelah revolusi Iran meletus pada 1979. Bukan pihak Ayatullah Khomeini yang menjadi sumber inspirasi mereka, melainkan bekas presiden sementara Iran, Bani Sadr, yang ditumbangkan Khomeini. Dilihat dari jumlah pengikut, dukungan massa, dan sumber-sumber materinya, Partai Dakwah jauh lebih populer ketimbang Mujahidin yang lebih radikal dan dikenal dengan kegiatan-kegiatannya yang sangat berani. Kepemimpinan Partai Dawah dikuasai ulama, sedangkan kebanyakan pemuka Mujahidin terdiri dari orang-orang yang menentang turut campurnya golongan ulama dalam kegiatan politik. Walaupun kedua organisasi rahasia itu berbeda dalam prinsip, ideologi politik dan ekonomi mereka berasal dari satu sumber. Dialah Sayyid Muhammad Baqir al-Sadr, ayatullah paling terpelajar di Irak. Tokoh kelahiran Najaf pada 1930 ini adalah salah seorang yang terkenal di dunia Syiah. Ia menulis buku Falsafatuna (Filsafat Kita, terbit 1950), dan Iqtisaduna (Ekonomi Kita, 1960). Kedua buku itulah yang menjadi sumber ideologi gerakan Dakwah dan Mujahidin. Ideologi yang dianut dan diajarkan Muhammad Baqir bertitik tolak dari prinsip bahwa Tuhan adalah sumber segala kekuasaan. Tuhanlah yang menciptakan peraturan dan pemilik segala kekayaan. Karena itulah Muhammad Baqir mengatakan, "Para pemuja adalah pemuja Tuhan, dan kekayaan adalah kekayaan Tuhan." Atas dasar itu, ia mengajarkan bahwa manusia itu bebas, tapi ada manusia lain atau kelas manusia lain yang menguasainya. Ajaran tersebut dilanjutkan dengan ajaran lain yang melarang segala macam eksploatasi manusia atas manusia. Karena semua yang ada di dunia ini milik Tuhan, manusia harus memanfaatkannya atas dasar perintah Tuhan pula. Mudah dipahami bila ajaran Muhammad Baqir gampang menyulut "revolusi sosial" menentang segala macam "ketakadilan" dan "pemerasan". Bedanya ajaran ini dengan revolusi kelas Marxisme: ajaran Baqir tak menyingkirkan si kaya, justru ia mendorong agar yang miskin dan yang kaya bekerja sama. Karena prinsip-prinsipnya, Muhammad Baqir al-Sadr dieksekusi oleh pemerintahan Saddam Hussein pada 19 April 1980. Sejak itu, gerakan Syiah di Irak kehilangan sumber pemikiran intelektual. Muhammad Baqir sering disejajarkan dengan Ayatullah Khomeini, pencetus revolusi Islam di Iran, yang menjatuhkan pemerintahan Syiah. Kelebihan Baqir, ia tenang dan sering membuahkan pikiran-pikiran yang matang dan sehat. Di Baghdad, pendukung Dakwah dan Mujahidin terkonsentrasi di distrik paling kumuh, Al Tawrah. Penghuni kawasan itu terdiri dari para pekerja kasar, kuli, dan pedagang kecil -- pokoknya, mewakili lapisan masyarakat paling bawah di Irak. Merekalah yang paling tidak terwakili dalam pemerintahan Irak, dan mereka pula yang tak memperoleh manfaat dari sistem perekonomian negara. Menghadapi mereka, Partai Baath yang sekuler menggunakan taktik ganda: di satu pihak tarhib dan di pihak lain targhib, kom- binasi antara teror dan membagi-bagi hadiah. Pada 1974, Saddam mengeksekusi lima anggota pimpinan gerakan Dakwah dan tiga tahun kemudian, delapan orang pemimpin Syiah juga dihadapkan kepada regu tembak. Pada Juni 1979, Muhammad Baqir ditangkap dan dihukum mati setahun kemudian. Dengan dihukum matinya tokoh politik Dakwah dan Mujahidin, bukan saja oposisi Syiah, tapi seluruh oposisi lumpuh. Saddam dengan tangan besinya, sistem pengawasan ketat, dan polisi rahasianya -- yang memantau segala hal -- berhasil melenyapkan oposisi, baik yang bergerak legal maupun yang rahasia. Tiba-tiba, dengan melemahnya cengkeraman Saddam karena kalah dalam Perang Teluk, oposisi Syiah hidup kembali, dan langsung menyalakan perlawanan di mana-mana. Sampai kapan Saddam bertahan? A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini