Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ritual sekte brutal terjadi di pedalaman Panama dengan membunuh anak-anak dan ibu hamil lalu menguburkan mereka bersama-sama dalam satu lubang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya masyarakat adat yang tinggal di kawasan terpencil di Altos de Terron kedatangan aliran agama baru dengan mendirikan gereja di pinggiran hutan. Sekte baru ini menamakan dirinya sebagai Cahaya Baru Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi menemukan jejak sekte ini setelah menerima pengaduan masyarakat adat. Gereja sekte brutal itu diserbu polisi pada 15 Januari 2020, menangkap 10 orang dan menyelamatkan 15 korban penculikan termasuk anak-anak. Mereka dipersiapkan untuk jadi persembahan ritual.
Tanaman lebat dan dinding membuat gereja tidak terlihat dari dunia luar. Masyarakat setempat tidak tahu apa yang terjadi di dalamnya.
"Tak seorang pun dapat tidur. Begitu mereka mendengar jangkrik dan kecoa semua orang siaga penuh," kata Pacifico Blanco, yang tinggal di komunitas masyarakat adat terpencil tempat korban pembunhan riual ditemukan pekan lalu dalam satu kuburan massal.
Ritual pembunuhan anak-anak dan ibu hamil dilakukan dengan memukuli korban penculikan dengan Alkitab hingga tewas, mengikat korban dengan tali, tongkat, dan parang.
Wanita hamil dibunuh di depan anak-anaknya yang kemudian anak-anak itu juga dibunuh.
Beberapa orang yang lolos jadi korban ritual brutal itu menjelaskan, pemimpin sekte mengatakan dirinya membawa perintah dari Tuhan untuk menghancurkan iblis dari para korban dalam ritual pengusiran setan.
"Mereka menggunakan nama Tuhan di sini untuk menangkap dan menculik orang-orang untuk membunuhnya," kata Blanco kepada AFP, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia, 22 Januari 2020.
Pembantaian ritual sekte brutal di kawasan tempat tinggal masyarakat adat di Panama terungkap setelah sejumlah korban yang disekap kelompok sekte berhasil melarikan diri dan melaporkan kepada aparat setempat.
"Mulai sekarang kami tidak percaya lagi pada agama apapun yang masuk ke wilayah kami karena itu membahayakan kami. Kami khawatir terhadap apa yang kami saksikan," kata Blanco.