PRESIDEN Gromyko dikritik, dituding ikut memacetkan perkembangan negara. Seorang ekonom bernama Leonid Abalkin mengusulkan agar ketua partai cabang tak otomatis Jadi penguasa setempat. Itu tidak demoktatis, katanya. Dan di mana sumber segala ketidakberesan? Hampir semua yang angkat bicara menuding para birokrat yang lamban dan tak punyai inisiatif. Demokrasi, akhirnya, memang muncul dalam Konperensi Partai Komunis Uni Soviet ke-19, yang berakhir Jumat pekan lalu. Setidaknya, dalam pertemuan yang dihadiri hampir 5 ribu, persisnya 4.991, delegasi dari seluruh Soviet, tak ada keengganan untuk mengkritik siapa saja dengan menyebutkan nama terang. Pokoknya, siapa yang punya unek-unek, lalu dimuntahkan begitu saja. Bahasa basa-basi disingkirkan jauh-jauh, yang bergema adalah kata-kata lugas tanpa tedeng aling-aling. "Kalau ada seorang menteri berhasil menangkap tikus, baru dia boleh diberi makan," kata Vladimir Kabaidze, direktur sebuah pabrik, anggota delegasi Kota Ivonovo. "Kalau tidak, biarkan dia kelaparan." Tapi puncak kejutan terjadi ketika Vladimir Malenkov mengusulkan agar Andrei Gromyko dicopot dari jabatan presiden. Dengan alasan, tokoh tua itu ikut bertanggung jawab terhadap kesalahan-kesalahan masa lampau. Maklum, Gromyko pernah jadi menteri luar negeri dan anggota Politbiro selama 28 tahun. Siapa Malenkov? Dia selama ini dikenal seblgai putra mahkota Gorbachev. Belum lama ia diorbitkan menjadi sekretaris partai komunis Republik Komi. Orang pun lalu menduga kata-kata tajam Malenkov asalnya dari Gorbachev yang enggan berkonfrontasi langsung dengan Gromyko. Itu bisa dihubungkan dengan usul sang Sekjen Gorbachev sendiri, agar partai menyerahkan kekuasaan eksekutif dan legislatif kepada pemerintah dan parlemen. Dengan demikian, presiden Soviet tak lagi cuma sebuah lambang, dan parlemen bukan cuma tukang stempel. Adakah itu menyiratkan Gorbachev berambisi menjadi presiden seusai kongres PKUS April tahun depan, yang direncanakan tak akan ada lagi calon tunggal? Siapa bakal saingannya? Yang jelas, para pengamat Barat menyebut Konperensi Partai kali ini benar-benar mirip rapat parlemen di negeri Barat. Kebebasan bicara sungguh dijamin. Seorang Mikhail Ulyanov, ketua Persatuan Pekerja Teater, pada hari kedua melontarkan pertanyaan. "Bolehkah saya bertanya, Mikhail Sergeyevich?" katanya tanpa menyebut nama keluarga Sekjen Partai Gorbachev. Lalu ia langsung nerocos. "Apakah Anda akan tetap menjaga peran pers meski kita membuat kesalahan-kesalahan?" UIyanov terutama berbicara tentang pers di daerah, di luar Moskow, yang hidup di bawah cambuk para ketua cabang partai. "Bagaimana mau meningkatkan kritik jika disertai dengan usaha membungkam pers?" Gorbachev menjawab, obyektivitas pers harus ditingkatkan agar rakyat mendapat informasi yang jelas dan pasti. Sekaligus mengingatkan agar para pejabat partai rela berbagi kekuasaan dengan orang-orang dari lembaga-lembaga resmi lainnya, sesuai dengan demokrasi dalam sosialisme, jawab sang pemimpin. Tak semua hanyut dalam harapan. Seorang Girgory Baklanov, mewakili para wartawan, berkata, "Marilah kita mengakui dengan jujur bahwa kita belum mempunyai demokrasi. Kita masih dalam taraf mempelajari." Hadirin pun ribut, terdengar kata-kata tak enak, sebentar. Adalah menarik bahwa Mikhail Sergeyevich Gorbachev sendiri mengusulkan, agar masa jabatan pimpinan partai dibatasi, paling banyak dua kali masa kerja (2 X 5 tahun). Segera muncul perdebatan, bagaimana kalau setelah berkuasa 10 tahun Gorbachev belum sanggup merampungkan pembaruannya. Ulyanov, orang teater itu, usul agar Gorbachev diberi kesempatan lagi. Tak baik, katanya, mengganti kuda di tengah perjalanan. Tapi S. Fyodorva, seorang guru anggota delegasi Perm, berpikir lain. Dia lebih suka Gorbachev diganti, karena 10 tahun sudah cukup bagi Gorbachev menjalankan misinya. Dan Gorbachev, ternyata, berpihak pada pendapat ibu guru. Tampaknya, sebagian pimplnan memang menerima gagasan Gorbachev. Dalam wawancara di televisi Moskow, Arbatov, salah seorang anggota Komite Sentral, berbicara pentingnya pembatasan masa jabatan itu. "Sejarah telah mengajar kita, seandainya Stalin tak dipilih lagi pada 1934, dan Brezhnev tak naik kursi lagi pada 1974, negeri inl tentulah terhindar dari kesalahan," katanya. Yang meleset dari dugaan, perang seru antara Gorbachev dan Yigor Ligachev, orang kedua dalam Politbiro, ternyata tak muncul. Justru, perdebatan dan saling kritik berlangsung antara Boris Yeltsins, yang dipecat Gorbachev sebagai Ketua PKUS cabang Moskow, dan Ligachev. Mulamula Yeltsins menuduh Ligachev antipembaruan. Dibalas Ligachev, "Yeltsins hanya mencari popularitas murahan." Untung, Gorbachev turun tangan, meredakan mereka. Yeltsins dia hantam denan sederet kegagalannya sebagai ketua PKUS cabang Moskow. Maka, gagallah tokoh ini memperoleh restu Konperensi untuk mendapatkan rehabilitasi politik. Serangan Gorbachev terhadap Yeltsins tentulah bukan karena ia membela Ligachev. Yeltsins, pendukung glasnost dan perestroika, sebelumnya mengkritik Sekjen karena kurang sungguh-sungguh menjalankan politik pembaruan, sehingga tak ada persoalan rakyat yang bisa dipecahkan. Kalau menghendaki perubahan revolusioner, hak-hak istimewa anggota elite partai harus dicabut, dan anggaran partai harus diperiksa oleh akuntan publik, kata bekas bos PKUS Moskow itu. Veniamin Yarev, seorang pekerja tambang yang mewakili Siberia, mendukung serangan Yeltsins. Di wilayahnya, sejak Gorbachev berkuasa, tetap saja tak ada daging di toko-toko. Yang ada cuma gula. Bagaimanapun Gorbachev sudah melewati satu babak berbahaya dalam menerapkan kebijaksanaannya. Tiga puluh tahun lalu, Khrushchev, yang mencoba melakukan perubahan, ditiup oleh sidang, dan ia pun tersingkir. Sementara itu, di luar gedung pertemuan pun, glasnost dan perestroika jalan terus. Surat kabar Moscow News memuat daftar pembaruan yang akan dilakukan KGB, dinas intelijen Soviet yang bercitra seram itu. Antara lain bahwa larangan mempelajari bahasa nasional (bahasa-bahasa etnis di Soviet) tanpa izin akan dicabut. Dalam waktu dekat karya-karya Lenin yang belum pernah diterbitkan akan dicetak. Sebelum Konperensi, ketika partai oposisi berdemonstrasi, mereka sempat mengkritik KGB. "Bubarkan KGB. Cara kerja KGB tak sesuai dengan perestroika," teriak demonstran. Dan sebuah surat pembaca di Moscow News berharap, "Kini seharusnya KGB dikenal akrab oleh warga Soviet seluruhnya." Tampaknya, revolusi Soviet mesti jalan terus sebelum Gorbachev melihat glasnost dan perestroika-nya menggelinding bulat. Praginanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini