Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah Jembatan di Kompleks Suci

PBB menghentikan proyek penggalian Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. Protes dan bentrokan terjadi silih berganti.

26 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia seorang warga Israel. Kamis, 22 Maret lalu, pengadilan negeri Yerusalem memutuskan: ia, Syeikh Raid Salah, mesti angkat kaki dari kota tua itu selama delapan hari. Syeikh Raid dianggap bersalah karena telah melanggar larangan berkumpul lebih dari delapan orang.

Segenap tindakan Syeikh Raid selalu di bawah pengawasan keamanan Israel. Sosok yang memimpin kelompok Arab-Israel garis keras ini acap mempertanyakan legitimasi Israel. Bahkan, konon, pernah menyerukan intifadah untuk menggagalkan penggalian di kompleks Al-Aqsa untuk membangun sebuah Jembatan.

Penggalian itu memang menerbitkan kontroversi besar. Organisasi PBB bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) meminta Israel menghentikan proyek itu. Tim ahli PBB meninjau lokasi. Hasilnya: penggalian bisa melemahkan fondasi bangunan suci itu.

Ya, penggalian itu untuk membangun sebuah jembatan yang menghubungkan Tembok Ratapan dengan Gerbang Mughrabi, pintu masuk menuju Masjid Umar/Kubah Emas (Haram al-Syarif) atau Kuil Sulaiman menurut orang Yahudi. Proyek ini menurut rencana akan memakan waktu delapan bulan.

Pengerjaan yang dilakukan The Jewish Quarter Development Company itu berlangsung lebih dari dua bulan lalu. Koresponden BBC di Yerusalem melaporkan, dua unit traktor berwarna kuning dan merah sudah mulai menggali sejak pagi. Ketika udara masih dingin dan langit masih kelabu.

Perusahaan yang juga memiliki tanah di depan Gerbang Mughrabi ini mendapat lampu hijau sebulan lalu setelah mengajukan proposal empat bulan sebelumnya. Menurut Nissim Arazi, komisaris perusahaan, pihaknya mendapat order untuk membangun jembatan sepanjang seratus meter.

Jembatan baru itu untuk menggantikan jembatan kayu yang sudah rusak sebagian, bahkan sempat ambruk tahun lalu. Sebelumnya, untuk sampai ke Gerbang Mughrabi dari Tembok Ratapan, para peziarah melewati jembatan batu yang telah berusia ratusan tahun dan sudah rusak lantaran hujan salju dan gempa bumi pada 2004.

Gerbang Mughrabi ini mulai diba-ngun pada abad ke-12 di atas reruntuhan Gerbang Coponius. Namanya menjadi Gerbang Barclay lantaran ditemukan James Thomas Barclay, diplomat Amerika Serikat, pada 1855. Di abad ke-10, pintu ini dikelilingi batu dan gerbang sebagai penghormatan terhadap Buraq—yang ditafsirkan sebagai kendaraan Nabi Muhammad saat Isra. Tempat ini ditutup dan hanya boleh dimasuki oleh pihak Waqaf Islam.

Pembangunan jembatan ini penting bagi Israel. Gerbang Mughrabi merupakan satu-satunya pintu masuk bagi warga Yahudi dan turis yang ingin mengun-jungi Kuil Gunung. ”Gerbang Mughrabi satu-satunya pintu masuk bagi nonmuslim. Hanya muslim yang boleh masuk lewat pintu lain,” kata Yuval Baruch, pemimpin proyek penggalian.

Israel berkukuh proyek ini tidak akan mengganggu fondasi Al-Aqsa. Menurut Dr Gideon Avni, ahli purbakala Israel, proyek itu dikerjakan 10 meter dari Tembok Ratapan. Ia menegaskan, penggalian itu juga tidak akan merusak situs sejarah yang ada lantaran sebelum pemasangan tiang pancang dilakukan penggalian arkeologi lebih dulu.

Kompleks Al-Aqsa secara keseluruhan memang sangat sensitif dalam konflik Palestina-Israel. Kawasan ini menjadi tempat suci bagi tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam. Di sini terdapat Masjid Kubah Emas (Masjid Umar bin Khattab), Masjid Al-Aqsa, Tembok Ratapan, dan Gereja Suci Sepulchre.

Arab dan Yahudi saling mengklaim bahwa merekalah yang paling berhak atas tempat suci itu. Kaum Yahudi meyakini bahwa di lokasi itulah Kuil Nabi Sulaiman dibangun. Kuil pertama dibangun tiga ribu tahun silam, namun dihancurkan tentara Babilonia. Tujuh puluh tahun kemudian, kuil kedua dibangun, tapi dilenyapkan oleh pasukan Romawi.

Bagi orang Yahudi, batu di dalam Masjid Umar adalah benda suci. Karena mereka percaya di sanalah Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ishak sebagai ujian ketakwaan terhadap Tuhannya. Dari batu itu pula, Tuhan menciptakan alam semesta dan isinya.

Bagi umat muslim, batu itu adalah pijakan Nabi Muhammad sebelum naik ke langit menghadap Allah (mi’raj). Sedang Masjid Al-Aqsa adalah tempat paling suci ketiga setelah Masjid Al-Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Di masjid ini pula Nabi Muhammad melakukan salat untuk pertama kali dalam perjalanannya dari Mekkah (isra’).

Untuk membenarkan klaim mereka, sejak merebut Yerusalem Timur, termasuk kota tua, dari Yordania dalam Perang Enam Hari pada 1967, para ahli purbakala Israel terus melakukan penggalian untuk mencari bukti-bukti artefak bahwa kedua kuil itu pernah berdiri di atas Haram al-Syarif. ”Mereka menggali demi Tuhan dan negara,” kata Pastur Jerome Murphy O’Connor, pengarang buku Tanah Suci.

Bentrokan pun tak terhindarkan. Pada 1996, 80 orang tewas setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan pembangunan terowongan untuk memudahkan turis masuk ke Al-Aqsa. Empat tahun kemudian, intifadah muncul sebagai reaksi keras atas kunjungan Ketua Partai Likud Ariel Sharon ke kompleks suci itu. Padahal, nonmuslim dilarang memasuki kompleks ini.

Kaum Yahudi hanya diperkenankan bersembahyang di Tembok Barat yang akrab disebut Tembok Ratapan. Tiap jam, ratusan orang datang ke sini untuk menyampaikan doa mereka secara tertulis. Mereka menyisipkan lipatan kertas di antara batu-batu tembok.

Israel bukan sekadar menggali. Mereka pernah mengibarkan bendera Israel selama beberapa jam di atas kubah Masjid Umar, saat merayakan kemenangan dalam Perang Enam Hari. Dengan seenaknya pula, Rabbi Shlomo Goren, Kepala Rabbi Tel Aviv, memasuki Haram al-Syarif sambil membawa kitab Taurat dan shofar (terompet yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan Yahudi).

Bahkan Rabbi Goren pernah memiliki rencana busuk menghancurkan kompleks Al-Aqsa pada 7 Juni 1967. Rencana ini diungkap Jenderal Uzi Narkiss dalam wawancara khusus dengan surat kabar Israel, Haaretz. ”Sekarang saatnya meletakkan seratus kilogram bahan peledak ke dalam Masjid Umar untuk menghilangkan rasa sakit kita dan semua pihak,” kata Rabbi Goren seperti dikutip Narkiss.

Kompleks Al-Aqsa ini memang masih menjadi sengketa karena status Yerusalem Timur pun belum diputuskan. Berdasarkan Rencana Partisi PBB pada 1947, Yerusalem adalah kota internasional yang bukan bagian dari negara Yahudi atau negara Arab.

Penduduk Yerusalem Timur ini sekitar 410 ribu: 184 ribu Yahudi dan 226 ribu Arab. Warga Arab ini tak mau menjadi warga Israel dan hanya memegang izin tinggal tetap sehingga mereka bisa bepergian di Israel maupun Tepi Barat.

Sejauh ini Israel berusaha melegalkan kekuasaan mereka atas Yerusalem. Mereka mengeluarkan Undang-Undang Yerusalem yang isinya antara lain: Yerusalem ibu kota Israel, dan presiden, Knesset, pemerintah, dan Mahkamah Agung berkedudukan di Yerusalem.

Undang-undang ini ditentang Resolusi Nomor 478 Dewan Keamanan PBB (di sini Amerika Serikat abstain). Badan dunia ini mengumumkan pengambilalihan Yerusalem sebagai pelanggaran internasional.

Proyek jembatan berhenti untuk sementara, tapi penggalian masih terus dilakukan dengan alasan untuk menyelamatkan peninggalan masa lalu. Otoritas kepurbakalaan Israel memastikan proyek penggalian ini tidak akan merusak fondasi kompleks Al-Aqsa.

Al-Aqsa akan terus menyimpan bara. Sikap siap berperang pun sudah dilontarkan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert. ”Ini tanah dan kedaulatan kami. Mereka tidak boleh mengatakan kepada kita apa yang mesti dilakukan di pelataran Tembok Ratapan.”

Posisi keras juga disampaikan Palestina. Menurut Menteri Informasi Palestina Mustafa Barghuti, penggalian itu merupakan kejahatan terhadap budaya dan arkeologi. ”Itu melanggar hukum internasional. Kami tidak akan pernah membiarkannya,” katanya saat dihubungi Tempo melalui telepon selulernya, Kamis pekan lalu. Sesuatu yang tentu saja sangat disambut Syeikh Raid.

Faisal Assegaf (Afp, Iht, Jewish Week, Mfa, Yediot Ahronoth)

Kronologi

1 Juli 2005 Pembangunan jembatan sementara

14 Desember 2005 Proposal pertama diajukan arsitek Aya Carmi

22 Maret 2006 Pertemuan Dewan Arkeologi Israel

29 Juni 2006 Pertemuan kedua Dewan Arkeologi Israel

30 Agustus 2006 Pertemuan yang diketuai Wali Kota Yerusalem

18 September 2006 Proposal kedua dari Aya Carmi

4 Januari 2007 Izin dan keputusan pembangunan jembatan baru keluar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus