Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bambu yang Mulai Retak

Kebijakan industrialisasi di Cina mulai mendapat reaksi. Demo dari kalangan rakyat biasa mulai menjalar di berbagai wilayah di Cina.

26 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bus umum masih menjadi angkutan utama di kawasan Hunan, provinsi kelahiran Mao Zedong itu. Untuk rute dari Zhushan hingga Kota Lingling, warga desa Hunan biasanya harus membayar ongkos transpor 4-5 yuan. Tapi kemudian Anda Transport, perusahaan yang mengatur bus-bus itu, menaikkan ongkos hingga 10-15 yuan. Warga Zhushan berkeberatan. Mereka pun mendatangi stasiun bus untuk meminta penurunan harga. Mereka juga menyambangi kantor polisi dan pemerintah setempat.

Boro-boro menerima dengan baik, beberapa orang terpelajar yang diduga bayaran Anda Transport malah menantang warga. Mereka mengatakan pihaknya mampu mengeluarkan 20 juta yuan untuk membeli seluruh kota. Warga yang sensitif makin marah dan mulai merusak armada bus Anda Transport.

Aksi demonstrasi yang berlangsung di Zhushan, Provinsi Hunan, itu berubah menjadi bencana. Sekitar 2.000 polisi diterjunkan untuk membubarkan 20 ribu demonstran dengan paksa. Banyaknya jumlah peserta demonstrasi mengakibatkan pemerintah setempat kewalahan. Maka tentara yang berasal dari Yongzhou dan beberapa daerah di sekitar Guangzhou pun didatangkan. Gabungan polisi dan tentara inilah yang membubarkan pendemo secara paksa. Seorang pelajar dilaporkan tewas dan 60 demonstran terluka akibat aksi pembubaran ini.

”Mereka menarik pengendara motor dan menghajarnya, tak peduli apakah yang dihajar itu pemrotes atau bukan,” kata seorang saksi. Tindakan agresif polisi dan tentara itu disambut dengan lemparan batu dari arah demonstran. Setelah demonstran kocar-kacir, para tentara ini pun mulai melakukan penyapuan ke rumah-rumah warga. Zhang Zilin, aktivis kemanusiaan yang ikut dalam aksi protes itu, mengatakan para tentara melakukan sweeping untuk mencari biang keladinya. Ia sendiri sempat diundang aparat untuk berdialog. ”Mereka mengundang saya ke sebuah restoran, meminta saya tak bicara banyak kepada media,” kata Zhang.

Zhou Qiang, Gubernur Provinsi Hunan, menganggap kejadian ini biasa saja. Ia menggambarkan aksi ini sebagai problem antara bisnis swasta dan publik. ”Kejadian seperti ini bisa terjadi di mana saja, dan tidak ada yang terbunuh. Aksi dapat ditangani dengan tenang dan semuanya berangsur pulih,” katanya. Selanjutnya, pemerintah setempat menerapkan taktik ”carrot and stick”—ada hadiah, ada juga hukuman. Pemerintah memerintahkan Anda Transport memotong ongkos, sekaligus mengejar para provokator aksi.

Aksi protes sosial belakangan ini terus meningkat di Negara Cina. Pada saat yang sama dengan kejadian di Hunan itu, polisi di Guangdong membubarkan seribu demonstran di Desa Dongzhou. Ini menjadi puncak perselisihan panjang mengenai pengambilalihan tanah untuk pembangunan. Dulu, suatu hari di bulan Desember 2005, polisi pernah menembak mati tiga demonstran di Dongzhou. Namun kejadian ini tak menyurutkan pemrotes meneruskan aksinya.

Liu Jinguo, Wakil Menteri Keamanan Sosial, mengatakan insiden massa ini mengalami peningkatan sejak tahun lalu. Takut akan terjadinya gejolak sosial, pemerintah Cina mengumumkan akan berjuang melawan pengangguran dan mendahulukan penciptaan lapangan kerja di sektor pribadi. Dewan Negara Bagian mengatakan semua alat hukum dan ekonomi akan digunakan untuk mengecek pengangguran guna mengurangi kontradiksi yang terjadi.

Kegelisahan sosial itu berbasis pada kebijakan ekonomi politik yang lebih mengutamakan industrialisasi. Dewasa ini terjadi pemindahan 40 juta petani dari tanah mereka untuk pembangunan industri.

Mereka jatuh miskin dan kehilangan pekerjaan setelah tak memiliki tanah lagi. Industrialisasi di Cina juga menyebabkan urbanisasi. Sekitar 120 juta orang dari pedesaan pindah ke kota untuk bekerja sebagai buruh dengan bayaran rendah di pabrik, restoran, dan lainnya. Kenyataannya, permintaan tinggi untuk bekerja di perkotaan ini membuahkan keuntungan bagi para majikan—karena biaya rendah.

Liberalisasi perekonomian yang digulirkan Deng Xiaoping, di satu sisi, menjadi lompatan besar. Cina terbukti berkembang pesat dalam tempo tiga dasawarsa. Jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar dengan ongkos tenaga kerja murah menjadikan Cina sebagai pasar yang menggiurkan. Bahkan, dua tahun lalu, majalah Time menuliskan Cina sebagai the hottest business and investment story on the planet. Tapi, di sisi lain, liberalisasi ini ternyata memicu kesenjangan yang lebar antara si miskin dan si kaya.

Pidato Perdana Menteri Cina Wen Jiabao saat membuka Kongres Rakyat Nasional (NPC) Ke-10 di Beijing, 5 Maret lalu, mengatakan pertumbuhan ekonomi Cina selama empat tahun terakhir mencapai 10 persen tanpa inflasi yang signifikan. ”Standar kehidupan rakyat meningkat secara substansial,” kata Wen. Toh, Wen memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2007 ini akan berkurang, menjadi 8 persen saja. Pemerintahnya memperhitungkan berbagai faktor yang sedikit mengurangi pertumbuhan ekonomi itu, seperti faktor pengurangan konsumsi energi, perlindungan lingkungan, dan peningkatan produktivitas.

Gini Coefficient di Cina (petunjuk jurang miskin-kaya) kini menunjukkan perbandingan angka yang tak sedap. Di Negeri Tirai Bambu ini, selama 2000-2003, perbandingan antara pendapatan tertinggi dan terendah di pedesaan adalah 6,5 : 1 hingga 7,3 : 1. Selanjutnya, pada periode yang sama, rasio antara pendapatan tertinggi dan terendah kaum urban perkotaan 3,6 : 1 hingga 5,7 : 1.

Pada 2003 saja jarak antara si kaya dan si miskin di pedesaan dan kota makin lebar. Sekitar 173 juta penduduk atau 13,4 persen populasi masih berada di bawah garis kemiskinan. Dan kerusuhan yang muncul di mana saja menunjukkan jurang itu makin lebar tahun ini.

Andi Dewanto (Asianews, Asiamedia, BBC, China.org, ADB.org)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus