Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sejarah Wabah Athena yang Menjadi Pandemi Misterius dan Paling Mematikan di Dunia

Wabah Athena pada 430 SM membuat setengah penduduknya meninggal dan menjadi pandemi paling mematikan di dunia

2 Februari 2023 | 12.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemandangan Flower Moon yang menghiasi langit di atas Temple of Poseidon, di Athena, Yunani, 15 Mei 2022. Fenomena Flower Moon dapat dilihat selama dua hari berturut-turut pada 15-16 Mei 2022. REUTERS/Alkis Konstantinidis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah di zaman kuno bukanlah hal aneh, namun ada satu pageblug yang sangat luar biasa karena membuat satu peradaban Yunani hampir runtuh. Salah satu yang paling terkenal adalah Wabah Athena yang terjadi pada 430 Sebelum Masehi (SM). Wabah tersebut dikenal pandemi paling mematikan di dunia yang tercatat dalam sejarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Thucydides, seorang Jenderal Athena dan sejarawan kala itu, berhasil menjadi penyintas penyakit kuno tersebut. Ia menggambarkan begitu jelas tentang Wabah Athena. Thucydides memberi penjelasan logis sehingga para arkeolog dan peneliti modern terus berusaha untuk menentukan penyakit apa sebenarnya Wabah Athena itu.

Wabah Apa yang Membunuh para Penduduk Athena?

Asal-usul wabah tidak jelas. Namun menurut Thucydides, wabah itu mungkin berasal dari Afrika melalui Pelabuhan Piraeus. Saat itu, Athena merupakan pusat aktivitas internasional dan kerap menerima kunjungan dari wilayah Mediterania, demikin dikutip dari Historyhit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepanikan yang luar biasa memenuhi Athena pada 430 SM. Pertempuran antara Pericles dengan Sparta kala itu membuat seluruh warga Athena di kawasan Attica bersembunyi ke balik tembok panjang kota. Sayangnya, strategi pertempuran itu justru mendatangkan malapetaka.

Pengungsi yang menderita segera memenuhi seluruh kota. Mereka bahkan menempati koridor sempit Tembok Panjang Athena yang terhubung dengan Piraeus. Kerumunan pengungsi itu kemudian menjadi rantai penyebaran infeksi. Dari situ, penyakit menyebar dengan cepat ke Athena.

Wabah bukanlah hal baru di Yunani Klasik. Namun, Wabah Athena yang ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sekitar 50 persen populasi Athena meninggal karena epidemi tersebut. Baik yang tua maupun muda, semua orang sama rentannya untuk terinfeksi dan berujung kepada kematian.

Apa Dampak dari Wabah Athena?

Banyak orang yang mengalami gejala awal penyakit tersebut sangat menderita. Thucydides dan penyintas lainnya menghormati para korban meninggal sebagai sosok yang diberkati dewa. Penyintas-penyintas saat itu kemudian saling membantu dalam mengobati warga yang masih sakit.

Dalam catatan lain, diterangkan gejala penyakit misterius tersebut. Warga Athena mengalami rasa panas seperti terbakar di kepala. Kemudian terjadi radang di mata dan tenggorokan atau lidah hingga mengeluarkan darah dan bau busuk. Tetapi itu baru permulaan saja, pasien kemudian menderita bersin dan batuk, diikuti dengan diare, muntah-muntah dan sekujur tubuh kejang.

Selain itu, kulit penderita menjadi pucat dan penuh benjolan serta bisul. Kebanyakan warga Athena yang terserang penyakit ini meninggal pada hari ketujuh atau kedelapan. Hanya sedikit orang yang selamat, namun dalam kondisi kehilangan jari tangan, jari kaki, pengelihatan, hingga alat vital. 

Wabah Athena akhirnya berlalu. Infeksi-infeksi kecil sempat muncul kembali di tahun berikutnya, tetapi tidak separah ketika wabah itu muncul pada 430 SM.

Pemimpin Athena, Pericles, dikatakan sebagai penyebab di balik epidemi yang memakan korban paling banyak ini. Ia juga merupakan salah satu korban Wabah Athena. Bagaimanapun, keputusan Pericles untuk menempatkan seluruh penduduk Athena di balik tembok panjang kota telah memicu penyebaran Wabah Athena ke seluruh kota. Langkah itu menjadi strategi militer yang bagus sekaligus alasan kematian setengah warga Athena akibat penyakit yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perang Archidamian

Saat wabah merajalela di seluruh Athena, kota itu tetap berperang. Fase pertama dari Perang Peloponnesos, disebut Perang Archidamian, masih berkecamuk. Sparta dengan bijak menempatkan pasukannya jauh dari kota yang dilanda penyakit. Hal yang mengejutkan adalah seberapa efektif Athena berhasil bangkit dari Kejadian Luar Biasa tersebut.

Ukuran kota dan populasinya yang besar memastikan Athena tetap menjadi kekuatan tempur setelah 430 SM. Nyatanya, kota itulah yang bisa dibilang sebagai “pemenang” Perang Archidamian.

Namun, Athena akhirnya kalah dalam Perang Peloponnesos sekitar 25 tahun kemudian. Wabah Athena tak terlalu berpengaruh pada kekalahan itu. Athena telah berhasil pulih dari dampak wabah jauh sebelum kekalahan telak mereka di Aegospotami.

NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM (AUDEV)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus