Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Washington - Sekutu politik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melobi sejumlah senator dari Partai Republik agar menolak pemanggilan saksi dalam sidang pemakzulan di Senat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upaya ini dilakukan oleh sekutu Trump di Capitol Hill, yang merupakan lokasi gedung Kongres.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Para penelepon ini juga melibatkan orang-orang terhomat dari negara bagian asal Senator tertentu untuk menelpon,” begitu dilansir CNN pada Kamis, 23 Januari 2020.
Upaya ini terkait permintaan dari tim penuntut dari Partai Demokrat, yang mendesak Senat agar mengizinkan pemanggilan sejumlah saksi.
Saksi-saksi ini dianggap mengetahui peristiwa telepon Presiden Trump dengan Presiden Ukraina dan permintaannya agar menginvestigasi bekas Wakil Presiden Joe Biden dan puteranya Hunter Biden.
Hunter mendapat posisi di jajaran direksi Burisma, yang merupakan perusahaan gas saat ayahnya menjabat wakil Presiden dari Presiden Barack Obama.
Menurut Demokrat, Trump sengaja menahan bantuan dana senilai US$391 juta atau sekitar Rp5.3 triliun, yang telah disahkan Kongres, untuk Ukraina.
Saat ini, Senat dikuasai Partai Republik dengan 53 kursi dari 100 kursi. Demokrat bakal membutuhkan tambahan minimal 4 suara dari Senat agar bisa memanggil sejumlah saksi dan meminta dokumen dari Gedung Putih.
Secara terpisah, pemimpin Demokrat di Senat, Chuck Schumer, pemaparan dari tim penuntut Demokrat menunjukkan Senat perlu memanggil sejumlah saksi.
“Kecuali mereka tidak tertarik dengan kebenaran dan mereka takut dengan kebenaran,” kata Schumer.
Soal ini, Senator Mitt Romney dari Partai Republik enggan menanggapi. Sebelumnya, dia mendukung pemanggilan paksa sejumlah saksi untuk dihadirkan di Senat.
“Saya tidak akan berkomentar soal bukti dan proses sidang hingga ini selesai,” kata dia.
Secara terpisah, media Business Insider melansir Presiden Trump mengatakan tidak ingin bekas penasehat keamanan Gedung Putih, John Bolton, menjadi saksi dalam sidang pemakzulan di Senat.
Penasihat Keamanan Nasional John Bolton mendengarkan ketika Presiden AS Donald Trump mengadakan rapat kabinet di Gedung Putih di Washington, AS, 9 April 2018. [REUTERS / Kevin Lamarque]
“Dia tahu apa yang saya pikirkan tentang para pemimpin. Apa yang terjadi jika dia membuka apa perasaan saya mengenai pemimpin lain dan itu tidak positif. Itu akan membuat ini menjadi lebih sulit,” kata Trump.
Menurut media ini, Bolton, yang telah diberhentikan Trump terkait perbedaan kebijakan soal Afganistan, merupakan saksi mata mengenai upaya Presiden ke 45 AS itu untuk menekan Ukraina agar mau menginvestigasi Joe Biden.