PEMBICARAAN antara kwartet Barat di Caribbea pekan lalu pada
dasarnya bertema pertahanan Eropa. Tapi masalalh penjualan
senjata ke Cina akhirnya muncul -- menyangkut keselamatan
ekonomi dan juga keselamatan negeri masing-masing.
Inggeris, yang situasi ekonominya sedang tak cerah, nampaknya
ingin betul menjual pesawat Harrier-nya ke RRC. Setelah Presiden
Carter menyatakan akan mengakui RRC bulan lalu, seorang anggota
Parlemen Inggeris menulis di koran Daily Telegraph: "Menjelang
1982 orang Amerika akan mampu menjual versi yang lebih maju dari
pesawat Harrier .... Kita dalam bahaya bukan saja akan
kehilangan perdagangan pesawat itu, tapi juga bisnis lain. "
Anggota Parlemen itu pun menyerukan agar Inggeris jangan
mengacuhkan peringatan Uni Soviet yang tak suka bila London
berdagang pesawat jet itu ke musuhnya di Timur. Tapi selain
peringatan Soviet, seperti dikutip dari pertemuan Guadoupe
pekan lalu juga terdengar protes Jerman Barat. Di antara negara
NATO, Jerman Barat-lah yang paling dekat terkena oleh satu
kemarahan Kremlin.
Veto AS
Tapi sebenarnya ini bukan soal baru. Tahun 1975 Inggeris menjual
motor Spey-nya ke Peking. Untuk penjualan reaktor pelengkap
pesawat Phantom RAF buatan Roll Royce yang dianggap "peka" waktu
itu, London sudah dapat persetujuan dari Presiden AS Nixon.
Tanpa harus melalui sidang Cocom, yakni komite koordinasi yang
dibentuk tahun 1948 dengan anggota seluruh negara NATO ditambah
Jepang. Organisasi itu bersikap mengijinkan para anggota untuk
melindungi kemajuan teknologi mereka dari negara-negara komunis.
Tiap tiga tahun mereka membuat daftar hitam barang yang dilarang
diekspor ke sana. AS punya hak veto.
Kini sikap AS kian melunak. Nopember yang lalu Menteri Luar
Negeri Cyrus Vance menyatakan, bahwa AS tak akan memberi bantuan
senjata kepada Cina, tapi membolehkan negara lain menjual
senjata ke Peking. Dan dalam hal itu, Perancis-lah yang
nampaknya paling getol. Di bawah ini laporan koresponden TEMPO
Noorca M. Massardi dari Paris:
"Senjata-senjata yang kami jual kepada Cina adalah tidak
sebanyak apa yang mereka inginkan, tapi lebih dari apa yang
disukai Rusia," kata beberapa diplomat Perancis.
Yang sudah pasti disetujui adalah sekitar 15.000 senjata
anti-tank Milan dan l lot, beberapa helikopter Gazelle, puluhan
truk dan kendaraan lapis baja, perlengkapan artileri dan senjata
penangkis serangan udara Crotale. Sedang yang masih dalam
incaran adalah peluru kendali utama, torpedo, penangkis udara
Crotale bagi kapal laut dan material elektronik penjejak
kapalselam. Angka penjualan senjata itu berkisar antara 500
sampai 900 juta dollar, seperti diungkapkan majalah l'Express
pertengahan Nopember yang lalu. Yang masih dalam penelitian
adalah soal penjualan pesawat Mirage 2000.
Kekuatan angkatan bersenjata Cina kini diperkirakan memiliki 4
juta tentara, 10.000 tank, 5000 pesawat tempur dan sekitar 70
buah kapal selam. Tapi jumlah itu nyaris tidak punya arti karena
perlengkapan mereka yang kurang serta taktik peperangannya
ketinggalan zaman.
Dalam batas di mana ia belum mampu mengatasi perimbangan
kekuatan senjata ofensif, Cina kini berusaha, dengan cepat,
memperkuat sistim pertahanan dan pengamatannya, dengan berusaha
menahan diri untuk tidak melakukan penyerbuan ke negara lain.
Inilah yang menggembirakan negara-negara Barat dan Jepang:
mereka akan memberi bantuan senjata-senjata 'defensif' kepada
Cina. Jualan mereka tidak bisa disebut sepenuhnya bersifat sipil
dan tidak juga sepenuhnya bersifat militer.
Dalam soal ini, Perancis cukup punya banyak pengalaman. Tahun
19671968, perusahaan pembuat pesawat udara Aerospatiale telah
menjual kepada Peking sebanyak 15 buah Alouette III. Dan antara
tahun 1975 dan 1977 mereka juga berhasil mengirim sebanyak 13
buah helikopter berat SuperFrelon. Secara resmi, perundingan
penjualan itu dilakukan secara sipil antara perwakilan
Aerospatiale dengan penanggungjawab dari 'Korporasi Pembeli
Peralatan Berat' Cina. Helikopter-helikopter itu dibeli atas
nama 'Biro Oseanografi'. Tapi tim teknisi Perancis yang
menjamin pemeliharaan serta perbaikan perlengkapan itu adalah
orang-orang militer.
Perusahaan elektronika Thomson CSF juga punya pengalaman yang
cukup sebanding dengan Aerospatiale. Kontrak pertamanya telah
meningkat dalam sepuluh tahun, yakni sampai tahun 1973. Dan baru
pada tahun 1977 yang lalu Thomson menjual kepada Cina berbagai
peralatan yang sangat spesifik: peralatan elektronik untuk
navigasi dan radar pengintai. Menurut sebuah sumber yang bisa
dipercaya, radar buatan Thomson-CSF memang dipakai untuk
mengamat-amati gerakgerik Rusia di perbatasan Utara Cina Dengan
demikian, Perancis telah ikut andil dalam salah satu unsur
terpenting pertahanan Cina.
Yang lebih menarik lagi adalah, Perancis mendapatkan fasilitas
diam-diam untuk mengirim tiga buah cine-theodolite, peralatan
optik-elektronik buatan Swiss yang amat dibutuhkan Cina untuk
mempermudah program penembakan senjata-senjata strategis.
Perancis sendiri masih punya sebuah simpanan istimewa: nuklir.
Perancis berharap bahwa Cina masih akan sudi membeli dua buah
sentral nuklir dari negaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini