Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senjata apa untuk cina ?

Pertemuan antara amerika, prancis, jerman barat dan inggris di caribbae membicarakan masalah penjualan senjata ke cina. keputusan yang dihasilkan: senjata yang dijual yaitu senjata "defensif". (ln)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBICARAAN antara kwartet Barat di Caribbea pekan lalu pada dasarnya bertema pertahanan Eropa. Tapi masalalh penjualan senjata ke Cina akhirnya muncul -- menyangkut keselamatan ekonomi dan juga keselamatan negeri masing-masing. Inggeris, yang situasi ekonominya sedang tak cerah, nampaknya ingin betul menjual pesawat Harrier-nya ke RRC. Setelah Presiden Carter menyatakan akan mengakui RRC bulan lalu, seorang anggota Parlemen Inggeris menulis di koran Daily Telegraph: "Menjelang 1982 orang Amerika akan mampu menjual versi yang lebih maju dari pesawat Harrier .... Kita dalam bahaya bukan saja akan kehilangan perdagangan pesawat itu, tapi juga bisnis lain. " Anggota Parlemen itu pun menyerukan agar Inggeris jangan mengacuhkan peringatan Uni Soviet yang tak suka bila London berdagang pesawat jet itu ke musuhnya di Timur. Tapi selain peringatan Soviet, seperti dikutip dari pertemuan Guadoupe pekan lalu juga terdengar protes Jerman Barat. Di antara negara NATO, Jerman Barat-lah yang paling dekat terkena oleh satu kemarahan Kremlin. Veto AS Tapi sebenarnya ini bukan soal baru. Tahun 1975 Inggeris menjual motor Spey-nya ke Peking. Untuk penjualan reaktor pelengkap pesawat Phantom RAF buatan Roll Royce yang dianggap "peka" waktu itu, London sudah dapat persetujuan dari Presiden AS Nixon. Tanpa harus melalui sidang Cocom, yakni komite koordinasi yang dibentuk tahun 1948 dengan anggota seluruh negara NATO ditambah Jepang. Organisasi itu bersikap mengijinkan para anggota untuk melindungi kemajuan teknologi mereka dari negara-negara komunis. Tiap tiga tahun mereka membuat daftar hitam barang yang dilarang diekspor ke sana. AS punya hak veto. Kini sikap AS kian melunak. Nopember yang lalu Menteri Luar Negeri Cyrus Vance menyatakan, bahwa AS tak akan memberi bantuan senjata kepada Cina, tapi membolehkan negara lain menjual senjata ke Peking. Dan dalam hal itu, Perancis-lah yang nampaknya paling getol. Di bawah ini laporan koresponden TEMPO Noorca M. Massardi dari Paris: "Senjata-senjata yang kami jual kepada Cina adalah tidak sebanyak apa yang mereka inginkan, tapi lebih dari apa yang disukai Rusia," kata beberapa diplomat Perancis. Yang sudah pasti disetujui adalah sekitar 15.000 senjata anti-tank Milan dan l lot, beberapa helikopter Gazelle, puluhan truk dan kendaraan lapis baja, perlengkapan artileri dan senjata penangkis serangan udara Crotale. Sedang yang masih dalam incaran adalah peluru kendali utama, torpedo, penangkis udara Crotale bagi kapal laut dan material elektronik penjejak kapalselam. Angka penjualan senjata itu berkisar antara 500 sampai 900 juta dollar, seperti diungkapkan majalah l'Express pertengahan Nopember yang lalu. Yang masih dalam penelitian adalah soal penjualan pesawat Mirage 2000. Kekuatan angkatan bersenjata Cina kini diperkirakan memiliki 4 juta tentara, 10.000 tank, 5000 pesawat tempur dan sekitar 70 buah kapal selam. Tapi jumlah itu nyaris tidak punya arti karena perlengkapan mereka yang kurang serta taktik peperangannya ketinggalan zaman. Dalam batas di mana ia belum mampu mengatasi perimbangan kekuatan senjata ofensif, Cina kini berusaha, dengan cepat, memperkuat sistim pertahanan dan pengamatannya, dengan berusaha menahan diri untuk tidak melakukan penyerbuan ke negara lain. Inilah yang menggembirakan negara-negara Barat dan Jepang: mereka akan memberi bantuan senjata-senjata 'defensif' kepada Cina. Jualan mereka tidak bisa disebut sepenuhnya bersifat sipil dan tidak juga sepenuhnya bersifat militer. Dalam soal ini, Perancis cukup punya banyak pengalaman. Tahun 19671968, perusahaan pembuat pesawat udara Aerospatiale telah menjual kepada Peking sebanyak 15 buah Alouette III. Dan antara tahun 1975 dan 1977 mereka juga berhasil mengirim sebanyak 13 buah helikopter berat SuperFrelon. Secara resmi, perundingan penjualan itu dilakukan secara sipil antara perwakilan Aerospatiale dengan penanggungjawab dari 'Korporasi Pembeli Peralatan Berat' Cina. Helikopter-helikopter itu dibeli atas nama 'Biro Oseanografi'. Tapi tim teknisi Perancis yang menjamin pemeliharaan serta perbaikan perlengkapan itu adalah orang-orang militer. Perusahaan elektronika Thomson CSF juga punya pengalaman yang cukup sebanding dengan Aerospatiale. Kontrak pertamanya telah meningkat dalam sepuluh tahun, yakni sampai tahun 1973. Dan baru pada tahun 1977 yang lalu Thomson menjual kepada Cina berbagai peralatan yang sangat spesifik: peralatan elektronik untuk navigasi dan radar pengintai. Menurut sebuah sumber yang bisa dipercaya, radar buatan Thomson-CSF memang dipakai untuk mengamat-amati gerakgerik Rusia di perbatasan Utara Cina Dengan demikian, Perancis telah ikut andil dalam salah satu unsur terpenting pertahanan Cina. Yang lebih menarik lagi adalah, Perancis mendapatkan fasilitas diam-diam untuk mengirim tiga buah cine-theodolite, peralatan optik-elektronik buatan Swiss yang amat dibutuhkan Cina untuk mempermudah program penembakan senjata-senjata strategis. Perancis sendiri masih punya sebuah simpanan istimewa: nuklir. Perancis berharap bahwa Cina masih akan sudi membeli dua buah sentral nuklir dari negaranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus