Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bethlehem -- Perayaan menjelang Hari Natal di Bethlehem pada tahun ini berlangsung syahdu meskipun jumlah pengunjung terlihat menurun pasca ketegangan yang terjadi terkait keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, soal status Kota Yerusalem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami putuskan untuk merayakan Natal dengan fokus pada ritual keagamaan sebagai bentuk protes, kemarahan dan simpati terhadap para korban yang jatuh dalam protes yang berlangsung akhir-akhir ini," kata Anton Salman, wali kota Bethlehem, Ahad, 24 Desember 2017. Jumlah korban betrokan warga Palestina dengan pasukan Israel pasca keputusan Trump mencapai 12 orang tewas dan ratusan luka-luka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Penganut Kristen India Alami Kekerasan Jelang Hari Natal
Wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat dan Bethlehem mengalami ketegangan pasca keputusan Trump untuk mengakui Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan ini disambut Israel namun ditolak Palestina, negara-negara Arab, Uni Eropa, Vatikan hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca: Seperti Apa Perayaan Hari Natal di Cina?
Sidang Umum Istimewa PBB telah memutuskan keputusan sepihak Trump ini batal demi hukum dalam sidang yang digelar para Kamis, 21 Desember 2017. 128 negara mendukung resolusi untuk menolak keputusan AS dan 9 negara menolak resolusi. Sekitar 35 negara abstain dan 21 negara absen. Dua negara sekutu dekat AS di Dewan Keamanan PBB, Inggris dan Perancis, ikut mendukung resolusi itu.
Saat ini, jumlah warga Kristen Palestina mencapai sekitar dua persen dari mayoritas warga Muslim, yang tersebar di Tepi Barat dan Yerusalem dan Jalur Gaza.
Menurut laporan Deutsche Welle, ratusan orang berkumpul di Manger Square di Bethlehem untuk menonton parade marching band, yang melewati Church of the Nativity, yang dibangun di lokasi tempat Maryam melahirkan Yesus.
"Keputusan satu orang tidak bisa berdampak pada seluruh Tanah Suci," kata Claire Degout, seorang turis dari Perancis. "Yerusalem milik semua orang, seperti Anda tahu. Dan akan selalu seperti itu apapun yang Trump katakan."
Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, yang menjadi perwakilan Vatikan untuk mengelola jemaat di Yerusalem, terlihat hadir di lokasi dan menyambut para peziarah.
"Saya sudah sampaikan pesannya. Sekarang saatnya kita bergembira. Kita umat Kristen dan kita akan berbahagia apapun kesulitan yang terjadi. Selamat Natal," kata Pizzaballla.
Pizzaballa mengkritik keputusan Trump pada pekan lalu. Dia menyebut keputusan itu membuat lusinan pengunjung membatalkan rencana perjalanan mereka ke Tanah Suci.
Nahil banura, seorang perempuan Kristiani dari daerah Beit Sahur dekat Bethlehem, mengecam keputusan Trump karena membuat perayaan Natal menjadi sulit. "Orang hanya keluar untuk menghela napas," kata Banura, 67 tahun, yang datang bersama cucunya.
Pemerintah Israel memperketat pengamanan perbatasan Kota Yerusalem dan Bethlehem jelang perayaan Natal. Menurut Kementerian Wisata Israel, jumlah pengunjung ke Tanah Suci justru meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu. "Kami menambah pasukan dan siap dengan semua skenario," kata Letnann Kolonel Benny Meir kepada media.
DW | GULF TIMES | REUTERS