Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kupang - Pastor Pembantu Gereja Maria Asumpta, Kota Baru, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Romo Dedi Lazar Pr menjelaskan tentang urgensi perayaan Hari Natal. Menurut Romo Dedi, perayaan Natal adalah kesiapan setiap umat Kristiani untuk menyambut kehadiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Perayaan Natal bukan hanya bersifat momentum, tapi urgensi Natal adalah bagaimana kesiapan hati setiap umat menyambut kehadiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat," kata Romo Dedi Lazar dalam khotbah perayaan malam Natal yang diikuti ribuan umat Katolik di Gereja Maria Asumpta, Kupang, Minggu malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari Raya Natal, katanya, menjadi masa refleksi mendalam relung hati setiap umat untuk bertanya apakah sudah layak menyambut kehadiran Kristus yang datang untuk memulihkan segala ketidaklayakan dan ketidakpantasan manusia.
Baca: Alasan UKP Pancasila Datang ke Katedral Menjelang Misa Natal
Ia menjelaskan setiap Natal hampir tiba, umat menantikan dengan bersiap-siap melakukan berbagai hal, salah satunya banyak pernak-pernik Natal yang bermunculan di rumah masing-masing, pusat perbelanjaan, di pinggiran jalan hingga gereja.
"Ini menandakan betapa bahagianya umat mausia menanti kedatangan Kristus untuk memulihkan manusia dari dosa, kehinaan dan ketidakpantasan," kata Romo Dedi di Kupang, Senin, 25 Desember 2017.
Romo Dedi menlanjutkan, Kristus tidak lahir di tempat yang indah dan mewah yang dihiasi berbagai kehidupan modern, melainkan Ia lahir di sebuah tempat yang tidak layak bagi umat manusia apalagi Kristus yang adalah anak Tuhan yaitu di sebuah kandang hewan.
"Tapi sayangnya Kristus lahir pada waktu itu tidak dihiasi lampu-lampu hias namun sekarang karena tuntutan zaman kita sungguh-sungguh menghiasnya, kita bisa membayangkan kandang hewan tempat Kristus pasti kita bisa mengetahui adalah tempat yang kotor, jorok, baunya menyengat dan sebagainya," katanya lagi.
Para warga di Betlehem pada waktu itu, lanjutnya, sibuk dengan perayaan yang luar biasa sampai Maria dan Yosep orang tua Kristus pun tidak diterima sehingga mereka menuju ke tempat yang tidak pantas (kandang hewan).
Kabar gembira kelahiran Kristus itu justru disampaikan para gembala di padang gurun yang berjaga-jaga dari serangan hewan buas yang kemudian menemui dan menyambut kelahiran Kristus dengan gembira.
"Mereka para gembala tidak memandikan dirinya, berbau keringat bukan bau parfum wangi, tetapi mereka tidak mengurungkan niatnya karena mereka tahu bahwa kebesaran Tuhan telah menyata dalam hidup mereka," katanya.
"Mereka tidak merias diri mereka dengan sebaik-baiknya, rambut mereka urak-urakan tapi ini menyampaikan kepada kita bahwa bukanlah penampilan fisik kita menjadi hal yang mengahambat kita bertemu dengan Kristus," katanya.
Untuk itulah, dalam perayaan Natal yang dihadiri ribuan umat itu Romo Dedi meminta umat agar mampu menjadi seperti para gembala yang dengan situasi keterbatasan tetap turut menyambut memuliakan Kristus.
"Palungan tempat Kristus lahir mau menggambarkan kita manusia yang penuh noda dosa dan ketidakpantasan, karena itu Kristus hadir untuk memulikan, memberisihkan, memurnikan palingan itu," katanya.
Karena itu, perayaan Hari Natal tidak hanya bersifat momentum namun mengajak setiap umat menjaga palungan hidupnya agar layak menerima kehadiran Tuhan, "Supaya kemuliaan dan suka cita yang dirasakan para gembala tetap menggema di dalam hidup umat manusia."