Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Seruan Mangkir Dr M

Mahathir mundur dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu, UMNO, pada pekan lalu. Awal perpecahan faksi menuju penjungkalan Badawi.

26 Mei 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK pernah-pernahnya Datuk Alwi Che Ahmad mengangkat telepon di toilet. Tapi kali ini Sekretaris Politik Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi itu tak bisa berdiam diri ketika telepon selulernya berdering-dering saat ia tengah buang hajat. Di layar monitor, muncul nomor seorang anggota senior Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang sangat ia hormati. Ada kabar genting apakah gerangan? Begitu ia berpikir sembari memencet tombol terima.

Sang penelepon memang menyampaikan kabar teruk: Tun Dr Mahathir Mohamad keluar dari UMNO! Anggota senior partai itu terus nyerocos di ujung sana. Alhasil, seperti dikutip Malaysia Star, setidaknya selama 20 menit Datuk Alwi mesti berdiam di toilet demi menyimak omelan lawan bicara yang dia hormati itu kepada bekas Perdana Menteri Malaysia.

”Pak Lah terkejut karena bila kau mencintai UMNO, mestinya tak pergi begitu saja. Tapi sekarang prioritasnya adalah agar anggota partai tenang dan cukup informasi,” kata Alwi, seperti dikutip kolumnis Joceline Tan. Pak Lah merupakan panggilan Badawi.

Lebih dari sekadar kabar buruk, ini ”ledakan” hebat di tubuh partai terbesar di Malaysia itu. Partai orang Melayu ini adalah kendaraan politik Dr M—begitu Mahathir biasa disapa. Dia bergabung dengan partai ini pada awal berdirinya pada 1946 dan turut membentuknya ulang pada 1988. Organisasi Nasional Melayu Bersatu bagaikan ”anak” Mahathir sendiri.

Dr M mengatakan ia keluar dan tak akan kembali sebelum Badawi mundur. Pernyataan ini seolah memberi pesan: pilih Pak Lah atau dia. Abdullah Bawadi adalah ahli waris Organisasi Nasional pilihan Mahathir sendiri. Pada 2003, saat ia pensiun setelah 22 tahun menjadi orang nomor satu Malaysia, Mahathir merestui Badawi sebagai pengganti. Namun, saat berkuasa, Badawi dianggap telah membelot dari ”arahan” bekas bosnya.

Demikian ngotot-nya Mahathir sehingga dua hari kemudian, ia kembali melempar bom: silakan anggota parlemen dan menteri yang berasal dari partai Melayu itu turut serta. Ia mengajak mereka mundur sementara saja agar pemerintah Badawi jatuh. Tapi jangan sekali-kali loncat sekoci ke partai oposisi. ”Kalian bisa kembali setelah pemerintahan Abdullah jatuh,” Mahathir merayu.

Amarah bekas pemimpin Malaysia yang kini berusia 83 tahun itu menjadi-jadi setelah kekalahan telak Barisan Nasional, koalisi 14 partai yang dipimpin UMNO, pada pemilihan umum Maret lalu. Meski masih berada di posisi nomor satu, Barisan tak lagi menguasai parlemen dengan minimal dua pertiga suara, tradisi selama 34 tahun ke belakang. Sejak Maret lalu, kursinya tinggal 140 dari 222 kursi. Ini artinya melorot ke 60 persen saja—hanya lebih sedikit dari separuh kursi parlemen.

Silat lidah antara Mahathir dan Badawi telah berlangsung bahkan sebelum pemilu kemarin. Dua tahun Badawi memimpin, Mahathir mulai rajin mengkritik sejumlah kebijakannya. Misalnya, tindakan Badawi menghentikan pembangunan jembatan Singapura-Malaysia dan proyek mobil Proton.

Banyak tudingan yang dilontarkan Mahathir terhadap bekas wakilnya itu: Pak Lah pemimpin lemah, menjadi penyebab kemunduran negeri—yang mengalami kemajuan ekonomi pesat saat Dr M berkuasa—dan tak kuasa menangani nepotisme serta korupsi. Kritik yang paling anyar: Pak Lah tak bisa mengurus politik setelah ada demonstrasi berbau ras akhir tahun lalu.

Badawi membuat pertemuan maraton setelah mundurnya Mahathir. Selasa pekan lalu, dia bertemu dengan para anggota parlemen. Rabu dia menggelar rapat darurat pemimpin partai. Tak ada tanda-tanda eksodus besar-besaran hingga pekan lalu sebagaimana diharapkan Dr M. Hanya ada sejumlah reaksi pada golongan bawah. Umpamanya, mundurnya 156 anggota partai di Pokok Sena, 300 anggota di Merbok, dan sekitar 2.000 orang di Gombak. Semuanya setingkat kabupaten atau kota di Kedah dan Selangor, dua basis politik Dr M. Tapi di tingkat nasional, seruan Mahathir itu baru dituruti oleh Dr Siti Hasmah Mohd. Ali, istrinya, dan putra mereka, Mokhzani.

Reaksi yang paling ditunggu adalah dari Najib Razak. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Najib Razak, wakil Badawi di pemerintah, punya tempat khusus di hati Dr M. Di masa lalu, Mahathir pernah menyebut putra bekas Perdana Menteri Tunku Abdul Razak itu bakal menggantikan Badawi. Seusai rapat mendadak Kamis pekan lalu, Najib tampil ke depan. Badawi justru bungkam dan membiarkan wakilnya itu yang bicara. Apa komentar Najib? ”Kami perkirakan tidak akan ada eksodus. Anggota partai loyal kepada UMNO,” katanya.

Kompetitor lain adalah Tengku Razaleigh. Dia bekas menteri keuangan yang pernah menantang Mahathir saat ia berkuasa. Setelah mundurnya Mahathir, Razaleigh berbicara kepada sekitar 1.000 orang di Alor Star, Kedah. Ia menyatakan siap bertanding dengan Pak Lah untuk posisi nomor satu di Organisasi. ”Ini saat yang alarming buat partai,” ucapnya.

Tikaman paling mematikan buat Pak Lah akan terjadi bila 30 anggota parlemen dari Barisan Nasional—yang diklaim pemimpin oposisi Anwar Ibrahim siap pindah sekoci—benar-benar menyeberang. Bila itu sampai terjadi, kejatuhan pemerintahannya bisa lebih cepat dari Desember 2008—jadwal majelis umum partai berikutnya.

Anwar, yang juga bekas wakil Mahathir, menyatakan siap mengambil alih kekuasaan sebelum September nanti. Di belakangnya berdiri 80 anggota parlemen yang berhasil merebut kursi pada pemilu lalu. Ditambah dukungan sejumlah anggota Barisan Nasional—bila ada yang bertekad pindah sekoci—dia mengaku siap mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah Badawi.

Bisa jadi inilah penyebab seruan mangkir massal ala Dr M. Daripada diambil Anwar, lebih baik perombakan dilakukan dalam kendali partai. ”Kita tidak boleh menganggap remeh apa yang dikatakan Anwar,” kata Mokhzani, putra Mahathir.

Seorang analis politik yang dikutip Asia Times Online mengatakan ia percaya Dr M akan mengungkapkan dukungannya kepada Razaleigh, bekas rivalnya di masa lalu. Yang penting, ia punya ahli waris loyal demi melindungi warisan politiknya.

Dengan kata lain, asal bukan Abdullah. Atau Anwar.

Kurie Suditomo (AP/Asia Times/Bernama)

Bercerai Setelah 60 Tahun

Mahathir Mohamad terlahir untuk Organisasi Nasional Melayu Bersatu, UMNO. Pada 1946, ketika berusia 21 tahun, ia sudah punya cita-cita membesarkan partai itu sebagai organisasi modern. Tapi ia kemudian terdepak. Tiga tahun di luar, ia merintis jalan ”pulang”. Sejak 1972, Dr M tak bisa dilepaskan dari partai puak Melayu itu. Pekan lalu, giliran dia yang menceraikan partai. Inilah 60 tahun perjalanan Mahathir di UMNO.

1946 Didirikan Datuk Onn Jaafar, Mahathir muda, 21 tahun, ikut bergabung.

1951 Tunku Abdul Rahman memimpin.

1957 Sebagai pemimpin negosiator, Tunku Abdul Rahman mendeklarasikan kemerdekaan Malaysia dari Inggris.

1969 Mahathir dipecat dari UMNO atas kritiknya terhadap kepemimpinan Tunku Abdul Rahman.

1970 Tunku Abdul Razak memimpin.

1972 Mahathir kembali ke UMNO dan menjadi senator.

1974 Setelah terpilih sebagai anggota parlemen dari Kubang Pasu, Mahathir ditunjuk sebagai menteri kesehatan.

1975 Mahathir menjadi satu dari tiga Wakil Presiden UMNO.

1978 Mahathir menjadi wakil perdana menteri.

1981 Mahathir menjadi perdana menteri.

1988 Mahathir menang pemilihan umum tipis, tapi UMNO dinyatakan bersalah atas kecurangan pemilu. UMNO sempat dilarang, tapi Mahathir menghidupkannya lagi dengan nama New UMNO.

2003 Mahathir pensiun. Setelah menjadi wakil Mahathir di pemerintahan, Abdullah Badawi memimpin UMNO sekaligus menjadi perdana menteri.

2004 Barisan Nasional beroleh kemenangan mutlak dalam pemilu: 199 dari 219 kursi parlemen atau hampir 91 persen.

Maret 2008 Barisan Nasional melorot jauh hingga tinggal 60 persen: 144 dari 222 kursi. Lima dari 13 negara bagian dikuasai oposisi. Mahathir meminta Badawi mundur.

1 April 2008 Lebih dari 500 anggota UMNO di Kuala Lumpur menuntut Badawi mundur. Mereka mengelu-elukan Mahathir dan putranya, Mukhriz. Badawi menolak tuntutan itu.

26 April 2008 Tengku Razaleigh Hamzah menyatakan siap menggantikan Badawi pada majelis umum UMNO, Desember nanti.

16 Mei 2008 Pemerintah meminta Jaksa Agung menginvestigasi keterlibatan enam orang, termasuk Mahathir, dalam skandal yudisial pada 2001.

19 Mei 2008 Mahathir keluar dari UMNO.

Sumber: riset Tempo, Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus