Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sesuatu Yang Tidak Dramatis

Sidang Menlu Asean ke-11 di Pattaya, dihadiri oleh Menlu Jepang, Sonao Sonoda, sehubungan dengan bantuan ekonomi Jepang. Dibicarakan pula masalah konflik di Indocina dan para pengungsi. (ln)

24 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPADA seklompok wartawan yang mengkaver pertemuan Menlu-Menlu Asean ke-11 di Pattaya pekan silam, Menlu Malaysia, Rithauddin berkata: "Jangan mengharapkan sesuatu yang dramatis dari Asean." Tapi tidak urung sesuatu yang dramatis nyaris terjadi juga beberapa jam sebelum sidang berlangsung di kota pantai Muangthai itu. Pada hari tibanya para menlu, polisi di bandar udara antar bangsa Don Muang menemukan kotak kosong yang tak dikenal pemiliknya di ruang tunggu. Dengan segera timbul spekulasi bahwa kotak itu mengandung bahan peledak. Tentu saja orang panik, meski semuanya akhirnya dapat diatasi dengan selamat. Hingga awal pekan ini pemerintah Muangthai belum mengeluarkan keterangan mengenai isi kotak yang menggemparkan itu. Tapi ada dugaan bahwa kepanikan itu hanya pekerjaan orang-orang usil sekedar untuk membikin sensasi. Dan untuk sensasi tak berdarah macam itu, kotak kosong sudah lebih dari cukup untuk menyibukkan para penjinak bom. Yang nampaknya sulit dijinakkan adalah sejumlah besar wartawan yang sibuk mengorek bahan berita dari para menteri maupun dari sejumlah pejabat tinggi Asean. Soal ini makin menjadi-jadi oleh kehadiran Menlu Jepang, Sonao Sonoda, pada salah satu sidang terakhir para menlu Asean itu. Nah, karena kehadiran Sonoda itulah maka diharapkan munculnya berita istimewa mengenai hubungan Asean-Jepang. Ternyata Jepang cuma mempertahankan kebijaksanaan ekonominya di Asia Tenggara. Soal kebijaksanaan itu tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan kehadiran Perdana Menteri Fukuda pada pertemuan tingkat tinggi Asean di Kuala Lumpur tahun silam. Di sana Fukuda memberikan sejumlah janji kepada negara-negara Asean. Dan janji itulah yang kabarnya diperbincangkan Pattaya pekan silam. Tapi negara-negara Asean ini, di mata Jepang, masih juga belum siap untuk menerima bantuan Tokyo itu. Kata Sonoda "Begitu persiapan-persiapan selesai, kami akan segera memenuhi janji." Lalu ia juga menjelaskan "Kelambatan kami untuk memenuhi janji bantuan ekonomi kepada Asean itu bukan disebabkan oleh karena kami tidak tulus." Untuk membuktikan pembelaannya, Sonoda konon menyebut Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara yang sudah menyiapkan industri pupuk urea yang segera mendapat bantuan dari Jepang. Selain urusan dengan Jepang, sudah tentu para menlu Asean juga membicarakan situasi kawasan mereka yang tidak bisa dikatakan tenteram. Konflik di Indocina -- Kamboja dengan Vietnam dan Vietnam dengan Cina -- menjadi soal yang menarik. Konflik-konflik itu dinilai oleh para menlu tersebut sebagai "perang antar wakil" yang melibatkan Cina dan Uni Soviet. Dan ini "jelas mengganggu stabilitas Asia Tenggara," kata salah seorang dari mereka. Teori Raja Berdasarkan kenyataan konflik-konflik ini, Rajaratnam, Menlu Singapura, tampil dengan teorinya mengenai perang dunia ke III. Menurut pembesar Singapura ini, jika nanti pecah perang dunia, maka itu bukan merupakan perang yang dramatis antar negara-negara raksasa, "tapi akan lebih merupakan suatu rangkaian antar wakil dari negara-negara besar. Dan dunia ketiga yang akan jadi pelakunya." Untuk teorinya ini, Raja Ratnam menunjuk kejadian di Afrika sekarang sebagai contohnya. Masih berhubungan erat dengan konflik-konflik di Indocina, soal pengungsi menjadi topik yang terutama diajukan oleh Malaysia dan Muangthai, dua negara Asean yang paling banyak menampung pengungsi dari Indocina. Sembari menyebut masalah pengungsi ini sebagai soal yang bakal menjadi salah satu sumber ketegangan dalam Asean pada masa-masa mendatang, para menlu yang bersidang di Pattaya itu menyeru negara-negara maju agar lebih banyak lagi ambil bagian dalam penyelesaian masaalah pengungsi itu. Soal-soal lain juga banyak dibicarakan dalam sidang tahunan itu. Utusan Indonesia, misalnya, mengusulkan peninjauan terhadap organisasi Asean. Delegasi Pilipina, seperti biasanya, mengulangi kembali posisi mereka dalam hubungannya dengan Washington, mergenai kehadiran pangkalan militer Amerika di wilayah Pilipina. Tapi umumnya, "tidak ada yang baru dari sana," kata seorang wartawan yang melaporkan kejadian di Pattaya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus