Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Si Ramah yang Siap Meledak

Shinzo Abe sudah dipastikan bakal menggantikan Junichiro Koizumi sebagai ketua partai dan perdana menteri. Jepang menjadi lebih galak.

18 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CITRA Jepang sebagai anak manis sejak kalah dalam Perang Dunia II tak akan pernah ada lagi jika Shinzo Abe terpilih sebagai Ketua Partai Demokratik Liberal (LDP) pada 20 September nanti. Abe, 51 tahun, tak hanya berang ketika Korea Utara nekat melakukan uji coba rudal yang terjun bebas ke Laut Jepang. Ia malah menganjurkan Jepang punya senjata nuklir. ”Bukan hal yang melanggar konstitusi bagi Jepang menggunakan secara terbatas senjata nuklir untuk pertahanan,” ujar Abe.

Perang Dunia II telah lima dekade berlalu, tapi sebagai satu-satunya negara yang pernah menderita karena serangan bom nuklir, pandangan Abe itu sangat kontroversial. Jika terpilih sebagai Ketua LDP dan kemudian perdana menteri, ia bertekad merevisi konstitusi lewat referendum agar Jepang bisa tampil sebagai penentu di dunia internasional.

Tapi inilah sosok yang diunggulkan sebagai pengganti Junichiro Koizumi sebagai Ketua LDP dalam jajak pendapat koran Mainichi baru-baru ini. Hasil jajak pendapat itu menunjukkan 55 persen responden menjagokan Shinzo Abe, sedangkan dua lawan Abe, Menteri Luar Negeri Taro Aso dan Menteri Keuangan Sadakazu Tanigaki, masing-masing hanya 6 persen. Bahkan jajak pendapat koran Yomiuri Shimbun memperkirakan Abe akan mengantongi 70 persen suara anggota parlemen LDP.

Jika Abe terpilih sebagai Ketua LDP, ia hanya perlu maju selangkah lagi untuk meraih kursi perdana menteri lewat pemilu parlemen pada 26 September. Maklum, LDP masih dipastikan akan keluar sebagai pemenang dalam pemilu itu. Restu Koizumi pun sudah ia peroleh sejak Abe terpilih sebagai Menteri Sekretaris Kabinet saat Koizumi merombak susunan kabinet pada Oktober tahun lalu.

Seperti diketahui, jabatan Menteri Sekretaris Kabinet biasa disebut ”istri perdana menteri”. Artinya, Koizumi sudah menunjuk Abe sebagai penggantinya. Toh Abe kala itu menampik spekulasi itu. ”Saya tidak pernah berpikir akan menjadi penggati Koizumi,” kata Abe.

Dalam banyak hal citra Abe sama dan sebangun dengan Koizumi. Dia seorang populis dan vokal. Tapi ia dikenal sebagai sosok konservatif dengan pandangan nasionalisnya yang lantang. Abe berjanji mengubah gaya diplomasi Jepang dengan kebijakan luar negeri yang lebih agresif. ”Pada masa lalu Jepang selalu mempertunjukkan sumo untuk menyenangkan negara asing di dalam ring yang mereka buat, menggunakan peraturan mereka, tapi untuk meraih kepentingan nasional kita,” katanya.

Menurut Abe, seharusnya Jepang merupakan salah satu negara yang membuat peraturan. Salah satunya dengan cara meraih kursi anggota tetap dalam Dewan Keamanan PBB. ”Sebagai pemimpin, Jepang harus ikut menentukan peraturan dan mengembangkan diplomasi yang lebih tegas,” ujarnya.

Ia menyatakan akan menambal hubungan dengan Cina dan Korea Selatan, tapi tetap akan mengunjungi Kuil Yasukuni jika ia terpilih sebagai perdana menteri. ”Pintu terbuka untuk mereka,” kata Abe.

Tak mengherankan jika Abe dinilai lebih keras dalam hal kebijakan luar negeri dibanding bosnya, Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Sehingga dikhawatirkan hubungan diplomatik Jepang dengan Cina dan Korea Selatan yang sudah rusak akan semakin buruk.

Abe memang mendukung kunjungan kontroversial Koizumi ke Kuil Yasukuni untuk memperingati korban Perang Dunia II pada Agustus lalu. Cina dan Korea Selatan berang. Pasalnya, bagi mereka, Kuil Yasukuni simbol militerisme Jepang pada Perang Dunia II dan rumah bagi penjahat perang. Toh Shinzo Abe tak peduli. Ia malah sering berkunjung ke kuil yang dijadikan monumen perang itu. ”Alamiah saja bagi pemimpin suatu negeri pergi berziarah ke orang yang meninggal untuk negerinya,” kilahnya.

Bukan kebetulan jika Abe merasa perlu berkunjung ke kuil Shinto itu. Sebab, kakeknya, Nobusuke Kishi, adalah bekas perdana menteri yang ditahan sebagai tersangka penjahat perang setelah Perang Dunia II. Tapi Kishi tak pernah diadili.

Namun, sebagai orang nomor dua dalam kabinet, dia dituduh menekan televisi NHK pada 2001 agar mengenyahkan dokumentasi tentang perbudakan seks oleh pasukan Jepang selama perang. Toh Shinzo Abe mengaku itu bukan perbuatan yang salah.

Abe lahir di Nagato dari keluarga politisi pada 21 September 1954. Selain kakeknya, ayahnya bekas Menteri Luar Negeri Shintaro Abe. Ia lulus sarjana ilmu politik dari Fakultas Hukum Universitas Seikei. Abe melanjutkan kuliah ilmu politik di Universitas California Selatan. Ia sempat bekerja di perusahaan baja Kobe, seusai belajar di Amerika Serikat, sebelum menang dalam pertarungan untuk merebut kursi pertama di parlemen (Diet) pada 1993.

Kariernya mencuat ketika terpilih sebagai Wakil Menteri Sekretaris Kabinet, dan kemudian menjabat Sekjen Partai Demokratik Liberal pada 2003, sebelum memegang jabatan kini sebagai sekretaris kabinet. Ia meraih popularitas karena sikap konfrontatif tanpa kompromi yang ia pamerkan kepada Korea Utara soal warga negara Jepang yang diduga diculik intelijen Korea Utara pada era pada 1970-an dan 1980-an. ”Kita harus meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara,” katanya. Koran milik pemerintah Korea Utara, Minju Chosun, menuduh Abe sebagai politisi reaksioner.

Abe menganjurkan pemerintah memberikan sanksi kepada Korea Utara, tapi Koizumi mengabaikan kasus ini. ”Pengalaman telah menunjukkan kepada kita bahwa Anda tak dapat menyelesaikan masalah Korea Utara dengan niat baik,” katanya.

Kariernya yang melaju pesat membuat sejumlah anggota parlemen LDP menyoal jam terbangnya yang baru 14 tahun dalam kancah politik. Bagi mereka, terlalu cepat bagi Abe untuk berlomba merebut ketua Partai. Maklum, elite politik LDP selama ini, termasuk ketua Partai, dikuasai oleh politisi senior berusia 60 tahun ke atas. Tapi Abe menunjuk Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, 53 tahun, yang memimpin Inggris selama 10 tahun. ”Saya lebih suka berpikir tentang kecenderungan pemimpin dunia,” katanya.

Ia mempromosikan reformasi dalam Partai dengan mengenalkan proses rekrutmen yang lebih terbuka untuk anggota parlemen. Abe banyak memberikan dukungan kepada wajah baru dan anggota muda LDP. Bahkan diduga Abe akan merekrut kembali anggota parlemen LDP yang sudah dipecat Koizumi karena membangkang dalam kasus privatisasi perusahaan pos. Para pembangkang itu tak menyeberang ke partai lain, tapi menjadi politisi independen.

Rencana ini membuat resah sementara kalangan LDP. Apalagi Abe dikhawatirkan bergerak terlalu jauh ke kanan dari arus besar Partai. Tapi kebanyakan orang percaya, perhatiannya pada orang lain dan pendekatan berimbang adalah dua kebajikannya.

Abe populer di kalangan wanita Jepang. Ia digambarkan sebagai pria yang ramah dan pembicara bersuara lembut. Abe menempatkan aksentuasi yang kuat pada loyalitas dan rasa kasihan. Tapi ia dapat meledak. Ia bisa menorehkan garis tegas tanpa kompromi pada lawannya, sebagaimana ia menghantam sasaran dengan busur panah saat ia mempraktekkan olahraga panahan kesukaannya.

Raihul Fadjri (Yomiuri Shimbun, Asahi Shimbun, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus