Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Satire Cina-Iran terhadap Amerika

The Global Times mencuit, “Penjaga perdamaian atau pembunuh massal.”

2 Juni 2020 | 00.00 WIB

Demonstran berunjuk rasa di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, memprotes kematian George Floyd di tangan polisi, 31 Mei 2020.  REUTERS/Jonathan Ernst
Perbesar
Demonstran berunjuk rasa di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, memprotes kematian George Floyd di tangan polisi, 31 Mei 2020. REUTERS/Jonathan Ernst

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Para pejabat dan media Cina melayangkan sindiran kepada pemerintah Amerika setelah aksi demonstrasi atas kematian George Floyd berakhir dengan kerusuhan.

  • Beijing membandingkan aksi di puluhan kota di seantero Amerika itu dengan demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong dan menuduh Washington munafik.  

  • Akun Twitter The Global Times, media resmi pemerintah Cina, juga mempublikasikan tayangan aksi protes di Amerika.

BEIJING – Para pejabat dan media Cina melayangkan sindiran kepada pemerintah Amerika Serikat setelah aksi demonstrasi atas kematian George Floyd berakhir dengan kerusuhan. Beijing membandingkan aksi di puluhan kota di seantero Amerika itu dengan demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong dan menuduh Washington munafik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, mendesak Amerika menghilangkan diskriminasi rasial dan melindungi hak-hak minoritas. “Kematian George Floyd mencerminkan beratnya diskriminasi rasial dan kebrutalan polisi di Amerika,” ujar Zhou dalam keterangan pers, seperti dilansir media pemerintah, CGTN, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Aksi protes berujung kerusuhan berlangsung di sejumlah kota di Amerika Serikat. Aksi itu dipicu kematian George Floyd, pria Afrika-Amerika yang tewas oleh seorang perwira polisi kulit putih di Minneapolis. Floyd tewas setelah lehernya ditekan dengan lutut oleh Derek Chauvin saat ditangkap karena diduga menggunakan uang palsu untuk berbelanja.

Aksi protes di Amerika itu terjadi bersamaan dengan unjuk rasa hampir satu tahun di Hong Kong, di mana polisi juga berulang kali dituduh menggunakan kekuatan berlebihan. Amerika juga mendukung gerakan pro-demokrasi di Hong Kong, terutama setelah Beijing memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di kawasan semi-otonom itu.

Setelah terjadi kerusuhan di Amerika, giliran pemerintah Cina mengkritik Amerika. Zhao mengancam “serangan balik” terhadap Amerika karena dianggap bertindak berlebihan dengan membalikkan status pabean khusus Hong Kong.

Hua Chunying, juru bicara lainnya, melayangkan sindiran lewat Twitter. Dia mencuit kalimat “I cant breathe”— kata-kata terakhir Floyd sebelum lemas dan akhirnya tewas. Cuitan Hua dibagikan bersamaan dengan penggalan cuitan juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Morgan Ortagus, yang mengkritik pemerintah Cina atas kebijakan Hong Kong.

Akun Twitter The Global Times, media resmi pemerintah Cina, juga mempublikasikan tayangan aksi protes di Amerika, termasuk salah satu kendaraan polisi yang menyerang para pengunjuk rasa di Kota New York. Judulnya: “Penjaga perdamaian atau pembunuh massal?”

Bukan hanya Cina, sindiran juga dilayangkan Iran. Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif berbagi siaran pers yang telah diubah. Rilis aslinya ditulis Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo ihwal aksi protes di Iran. Namun rilis tersebut diubah Zarif dengan mencoret sejumlah kata, misalnya kata “Iran” diganti “Amerika”, dan “Suriah” diganti dengan “Asia, Afrika, atau Amerika Latin”. “Beberapa tidak berpikir bahwa #BlackLivesMatter. Bagi kami, sudah lama tertunda bagi seluruh dunia untuk berperang melawan rasisme,” demikian Zarif menulis.

Belum ada komentar dari Amerika ihwal sindiran ini. Presiden Amerika Donald Trump pada Jumat pekan lalu mencuit bahwa otoritas setempat berwenang menembak penjarah di seluruh Amerika selama aksi protes. “Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai.”

Diao Daming, profesor di Universitas Renmin Cina, di Beijing, mengatakan kepada The Global Times bahwa protes di Amerika mengindikasikan bahwa negara tersebut tidak memenuhi syarat untuk mengkritik negara-negara lain ihwal hak asasi manusia.

GUARDIAN | AU.NEWS.YAHOO.COM | GLOBALTIMES.CN | LACORTENEWS.COM | SUKMA LOPPIES

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus