Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Singgah di al hamra

Keadaan ibukota Libanon setelah evakuasi PLO. bar, bioskop, hotel dibuka kembali. segala sesuatu perlu dibenahi. berita tentang gemayel lebih menonjol dari pada tentang evakuasi PLO.(ln)

11 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA jadi lebih hidup karena air dan listrik kembali mengalir. Kawasan Al Hamra di Beirut Barat mengawali kegiatan malam hari dengan pembukaan: bar Modka, bioskop Monte Carlo, Hotel Cederland. Karena hotel itu sebelumnya dimanfaatkan sebagai rumahsakit, petugasnya minta maaf. "Kamar bau obat dan belum sempat dibersihkan," kata Fadia, petugas di situ. Malah, Hotel Bristol sampai kini masih berfungsi sebagai rumahsakit. Di depan toko-toko di Al Hamra, Raas Beirut dan Syayyah bermunculan para pedagang perlente yang memilih berjualan di kaki lima saja karena kedai mereka rusak berat. Pemukiman bekas pengungsi Palestina di Mazraah, Shabra, Fakhani sudah hancur lebur, begitu pula kawasan Museum dan stadion balap kuda. Tapi masjid Jamal Abdul Nasser markas kelompok Murabithun selamat, mungkin karena dikawal tank-tank penangkis udara. Bank-bank masih segan membuka pintu tapi penjual valuta asing sibuk seperti biasa. "Zaman perang pun saya buka bisnis," tutur Muhammad seraya mengepulkan asap rokok Marlboro. Dengan keuntungan 5% hasilnya lumayan, lagi pula kurs lira (mata uang Libanon) menaik, dari US$ 1 = 5,10 lira menjadi 4,6 lira. (1 lira = Rp 150). Sebaliknya harga bensin di Beirut Barat 5 lira per liter, itu pun belum tentu ada. Sedangkan di Beirut Timur 2,75 lira per liter, dibandingkan dengan sebelum perang hanya 1,50 per liter. Air sohat semacam aqua, 2 lira per liter, turun dari 7 lira ketika perang berkecamuk. Tidak heran bila mobil-mobil yang bersiliweran dari Beirut Barat ke Beirut Timur penuh dengan jeriken, berisi bensin atau air. Tak urung tarif taksi meningkat. Dulu ke Beirut Timur cuma 10 lira, sekarang 30 lira. Mobil angkutan yang lebih murah, bisa saja menurunkan penumpang bila ada tawaran carter yang tinggi. Di sana-sini nampak tentara Libanon membersihkan jalan dari puing dan gundukan tanah. Kompleks Universitas Arab hancur, tapi pelabuhan udara internasional Beirut mulai dibuka Kamis. Beirut Barat nampaknya sudah berhasil ditangani tentara dan polisi Libanon, meski pasukan milisi golongan Islam masih juga berperan di Beirut Barat seperti halnya pasukan Phalangis di Beirut Timur. Tugas membenahi pasukan sukarela alias milisi jelas tidak mudah, meski semua pihak setuju bila pasukan masing-masing bergabung saja dengan tentara nasional Libanon. Tapi kalau Israel menghendaki Murabithun keluar dari Beirut Barat, misalnya, pemimpinnya Ibrahim Qaleilat keberatan. "Ini negeri saya dan saya mempertahankannya," ujar Ibrahim yang tidak alpa menginstruksikan pasukannya untuk menahan diri. Bekas PM Libanon Saib Salam, dalam wawancara TEMPO, pertama-tama mengutamakan juga betapa peliknya penyelesaian soal pasukan milisi itu. Tentang Presiden terpilih Bashir Gemayel, ia berkata, "Saya tidak akan menolak dia mentah-mentah. Jika ia benar-benar tampil sebagai Presiden yang dikehendaki, mementingkan semua golongan rakyat yang bernaung di negeri ini, saya akan mendukungnya," Salam berbicara di rumahnya di kawasan Beirut Barat. Berita tentang Gemayel amat menonjol di media massa Libanon, bahkan melebihi berita tentang evakuasi PLO. Khususnya koran dan majaah golongan Kristen penuh sanjung puji, sedangkan media Islam lebih membatasi diri. Apa pun penilaian tentang Gemayel, tiap golongan di Libanon terutama berharap ia dapat mencegah timbulnya kembali perang saudara antara sesama bangsa Libanon. "Kami ingin hal itu tidak terjadi lagi," ujar Saib Salam. Sementara lagu-lagu perjuangan Palestina masih disenandungkan dari balik tembok yang hancur di Beirut Barat, bayangan ketakutan tergantung berat terutama di wajah anak-anak, dan kaum wanita. "Anda bisa saja ditembak tanpa ada yang mengusut siapa pelakunya," kata Muhammad, pedagang valuta itu. Ia mungkin benar. Koran-koran Libanon sampai hari ini masih mengiklankan baju antipeluru dengan pelbagai keistimewaannya dan bisa dibeli di mana saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus