Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Singapura - Stroberi hasil panen kebun vertikal dalam ruangan (indoor) Sustenir Agriculture Singapura sudah resmi dijual di pusat perbelanjaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga stroberi ini dibandrol $12 dolar Singapura, atau setara dengan Rp 124 ribu rupiah, untuk paket per 200 gram. Stroberi ini dapat ditemukan pada bagian makanan dingin beberapa pusat perbelanjaan di Singapura dan situs belanja online RedMart.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Penjualan stroberi ini menuai antusias dari pihak pemerintah. Stroberi menjadi hasil panen perkebunan vertikal in-door terbaru dalam dunia menggunakan sistem agrikultur Singapura. Sebelumnya, juga sudah ada hasil panen sayur kale dan argula menggunakan sistem indoor.
novasi perkebunan vertikal in-door ini sudah dikembangkan dari berbagai penelitian dan pegembangan dalam laboratorium JTC LauncPad @one-north.
Menteri Senior urusan Perdagangan dan Industri Kementerian Pembangunan Nasional Singapura, Koh Poh Koon, meninjau langsung laboratorium JTC LaunchPad itu pada Rabu, 20 Juni 2018. Dia juga ingin membahas regulasi perusahaan agrikultur Sustenir agar dapat menghasilkan panen terbaik.
Baca:
“Perusahaan memberikan laporan mengenai dua kendala yang mereka hadapi. Pertama, adanya keterbatasan plug-and-play, solusi keefektifan biaya yang dapat mereka gunakan dalam waktu singkat. Kedua, pemahaman tentang hasil panen tertentu yang dapat dibudidayakan dalam ruangan tertutup,” kata menteri yang lebih akrab dengan panggilan Dr. Koh, seperti yang dilansir dalam Channel News Asia.
Pemilik sekaligus CEO dari Sustenir Agriculture, Benjamin Swan, 37, mengatakan mereka perlu mengkondisikan lingkungan agar dapat menghasilkan panen maksimal.
“Kami memanipulasi lingkungan agar dapat memberikan nutrisi yang kaya dalam produk kami hingga nutrisi yang terkandung dalam air. Sehingga walaupun hanya butuh waktu dua bulan untuk memanen stroberi, kami memilih menghabiskan enam bulan mempelajari bagaimana kami dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman agar dapat menghasilkan produk unggulan. Tentunya dengan mengontrol lingkungan,” kata Benjamin.
Dr. Koh menyebutkan,seperti dilansir Straits Times, hasil panen tingkat tinggi seperti stroberi ini sejalan dengan regulasi keamanan pangan Singapura yang sangat membutuhkan kecepatan produksi. Ia menambahkan ide yang ditangkap adalah bagaimana memahami cara bekerja dan mengoptimalkan teknologi yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Dengan memahami keduanya, proses perkebunan dapat diubah sesuai keadaan lahan.
Sebuah studi oleh otoritas Agri-Food and Veterinary Authority (AVA) menunjukkan ada 26 lahan perkebunan vertikal indoor hingga April 2018. Sebelumnya hanya tercatat 6 lahan pada 2016.
Dr. Koh mengatakan pemerintah maish terus mencari alternatif untuk bekerja sama dengan perusahaan setempat untuk memanfaatkan gedung parkir dalam atap teras untuk lahan perkebunan.
Hasil panen stroberi Sustenir Agriculture ini akan dioptimalkan lebih lanjut dengan polinasi lebah. Benjamin mengatakan saat ini polinasi stroberi dilakukan dengan tangan dan sikat forensik. Namun, ke depannya, mereka akan membawa lebah dalam ruangan sehingga dapat memunculkan kemungkinan produksi madu.
Inovasi dalam perkebunan vertikal ini masih berlanjut pada tahap berikutnya. Sustenir Agriculture Singapura bekerja sama dengan perusahaan teknologi PBA Hanhwa Robotics untuk membuat lengan robotik. Rencananya, lengan robotik ini akan membantu proses pembibitan dan transplantasi.
CHANNEL NEWS ASIA | STRAITS TIMES |AUDREY ANGELICA LOHO