Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Superkuat baru di timur tengah

Iran terus melanjutkan program pembelian senjata besar-besaran. israel cemas. pihak barat justru senang dengan bangkitnya militer iran. diduga iran mempersiapkan diri menjadi negeri superkuat.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTINYA ini sebuah berita biasa. Rabu pekan lalu Reuters memberitakan penjualan satu perangkat mesin untuk riset kesehatan dan riset nuklir buatan Belgia pada Iran. Lalu, yang membuat berita itu penting, kantor berita Inggris ini juga memuat keterkejutan pihak Badan Tenaga Atom Internasional, organ PBB yang akhir-akhir ini populer karena diserahi tugas mengusut pabrik senjata nuklir Irak. Kata juru bicara Badan Atom Internasional, perangkat yang dikenal sebagai cylotron itulah yang oleh Irak dipakai untuk membuat bom atom. "Kami sungguh tidak tahu bahwa Belgia sudah memasok alat ini pada Iran," kata juru bicara badan tersebut. Berita itu memperkuat dugaan para ahli belakangan ini bahwa Iran tengah mempersiapkan diri untuk muncul sebagai negara superkuat baru di kawasan Timur Tengah. Pers Barat menyebut-nyebut bahwa Presiden Rafsanjani pada awal masa kepresidenannya, akhir 1980-an, menyetujui dilaksanakannya program pembelian senjata besar-besaran. Waktu itu dunia tampaknya tak memperhatikan benar soal ini. Sebagai negeri yang baru saja menyetujui gencatan senjata dengan tetangganya Irak, setelah perang delapan tahun (1980-1988), terasa wajar saja bila Iran mempunyai program menyegarkan kembali angkatan bersenjatanya. Tak jelas benar, apakah dari awal program tersebut Iran sudah berniat muncul sebagai negeri superkuat, atau dalam perjalanannya niat itu baru muncul. Misalnya, niat itu bisa saja baru muncul pada masa Perang Teluk, awal 1991. Ketika itu Iran kejatuhan rezeki perang. Ketika Baghdad digempur bom oleh pasukan Amerika dan sekutunya, lebih dari 100 pesawat tempur Irak diamankan ke Iran oleh para pilot Saddam Hussein. Perang selesai, ternyata Teheran tak mau mengembalikan pesawat-pesawat milik bekas musuhnya yang diungsikan itu. Seberapa besar belanjaan senjata Iran itu, baru-baru ini diungkapkan oleh Kenneth Timmerman, seorang editor dari Mednews, buletin untuk kalangan terbatas yang isinya memfokuskan pada soal-soal keamanan Timur Tengah. Pada 1989, dalam kunjungan resmi di Moskow, Rafsanjani meneken kontrak pembelian pesawat tempur MiG-29 dan tank T-72 senilai US$ 1,2 milyar, tulis Timmerman di surat kabar Asian Wall Street Journal, Rabu pekan lalu. Pembayarannya dilakukan dengan pembukaan kembali pipa gas yang menghubungkan wilayah Azerbaijan dengan Iran. Inilah realisasi pertama dari program pembelian senjata itu, agaknya. Sejak itu, Teheran begitu royal membeli senjata. Pembelian terbesar terjadi Juli tahun silam, ketika Panglima Angkatan Udara Iran Jenderal Mansur Satari berkunjung ke Moskow. Menurut para pejabat Republik Rusia yang diwawancarai di Dubai November silam, Iran membeli 100 pesawat MiG-29, 48 pesawat MiG-31, dan 500 tank T-72. Total waktu itu saja Iran sudah punya sedikitnya 400 pesawat tempur modern, kekuatan udara yang di kawasan Timur Tengah hanya bisa ditandingi oleh Israel. Bila Iran sukses mewujudkan program Rafsanjani itu, tentulah juga karena kebetulan. Belakangan ini pasukan eks-Soviet yang dulu ditempatkan di negara-negara satelit Soviet, terutama di Jerman Timur, menjuali persenjataan dengan harga obral untuk mengurangi biaya penarikan pulang. Dan yang diobral bukan cuma mantel atau jaket tentara, tapi sampai MiG-29 dan rudal antiserangan udara. Tapi memang agak terasa aneh, mengapa Amerika, misalnya, tak meributkan program pembelian senjata Iran itu. Padahal, sebelum Perang Teluk, Barat cenderung membantu musuh Iran, termasuk Irak, untuk membendung ketakutan berkembangnya yang disebut-sebut sebagai "revousi Islam". Mungkin, diplomasi Presiden Rafsanjani yang terbuka, dan tak segan berhubungan dengan Barat -- hal yang berbeda sekali dengan warna diplomasi Iran di masa Ayatullah Khomeini -- meredam kecurigaan. Tak salah pula bila Barat, setelah peristiwa Irak menyerbu Kuwait, justru senang dengan bangkitnya militer Iran, karena berguna untuk menandingi Saddam Hussein. Mungkin pertimbangan itu memang ada. Kantor berita AS Associated Press pernah mengungkapkan dokumen Pentagon yang menyetujui ekspor teknologi tinggi peluru kendali AS ke Iran senilai US$ 60 juta. Hanya Israel tampaknya yang cukup cemas dengan perkembangan angkatan bersenjata Iran. Baru-baru ini pihak intelijen militer Israel membocorkan sejumlah informasi tentang persenjataan Iran pada pers. Juga dibocorkan adanya kesepakatan para pemimpin Iran untuk melakukan jihad terhadap Israel. Siapa tahu, serangan Israel ke Libanon Selatan pertengahan Februari lalu, yang menewaskan pemimpin kelompok Syiah radikal yang didukung Iran, juga untuk mengetes sikap Iran. Tapi ternyata tak sepeluru pun diletuskan oleh tentara Iran yang disiagakan di perbatasan. Malah Rafsanjani akhirnya ikut membujuk agar kelompok Syiah radikal menahan diri. Bila dugaan itu benar, tampaknya memang ada tujuan besar Rafsanjani dengan program pembelian senjatanya, hingga ia tak terpancing Israel sampai persenjataan Iran kuat benar. Mungkin tujuannya itu adalah Iran berniat menjadi pemimpin kelompok negara-negara Islam di kawasan ini. Pertengahan Februari lalu di Teheran dilangsungkan pertemuan yang antara lain dihadiri oleh wakil dari negara-negara Islam baru eks-Soviet dari Asia Tengah. Salah satu kesepakatannya, membentuk pasar bersama Islam. Farida Sendjaja, BB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus