Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengingatkan Washington agar jangan mengabaikan kawasan Indo-Pasifik karena wilayah ini bagian inti dari kepentingan nasional Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami menyadari adanya perubahan yang cepat dan situasi internasional yang mengecoh. Kami sangat paham bahwa kami tidak bisa hanya bicara soal nilai-nilai yang bukan menjadi kepentingan nasional,” kata Koo, Senin, 3 Maret 2025, saat ditanya apakah Amerika Serikat masih menjadi mitra keamanan yang bisa diandalkan Taiwan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reuters mewartakan cekcok antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membuat bantuan militer Amerika Serikat ke Ukraina menurun. Kondisi ini membuat Taiwan waswas terhadap komitmen keamanan Washington saat ini ketika Cina juga meningatkan tekanan militer untuk mempertegas klaim kedaulatan atas wilayah Taiwan.
“Jadi kami harus bertanya, apakah mempertahankan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik termasuk status quo di Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan masuk dalam inti kepentingan nasional Amerika Serikat?,” kata Koo
Koo memastikan pihaknya sangat yakin mustahil bagi Amerika Serikat mundur dari Indo-Pasifik karena itu adalah inti dari kepentingan nasionalnya. Koo mengatakan pencegahan penggunaan kekuatan militer untuk terwujudnya perdamaian telah menjadi konsensus lama antara Taipe dan Washington. Stabilitas di kawasan Indo-Pasifik sangat penting bagi Amerika Serikat, baik secara ekonomi dan geopolitik.
Amerika Serikat adalah pendukung Taiwan paling penting di panggung internasional. AS juga mensuplai senjata ke Taiwan walau tak punya hubungan diplomatik antara Washingto dan Taipe.
Hubungan Cina dan Taiwan memanas pada beberapa tahun terakhir. Presiden Xi Jinping bersumpah untuk menyatukan kembali Taiwan ke pangkuan Cina. Taiwan, yang diperintah secara demokratis, diklaim oleh Cina sebagai wilayahnya yang membelot dan telah mengeluhkan peningkatan tekanan militer dan politik dari Beijing.
Taiwan sebaliknya berkomitmen akan terus memperkuat pertahanannya untuk menangkal ancaman Cina.
Cina telah menawarkan model otonomi "satu negara, dua sistem" kepada Taiwan, seperti yang digunakannya dengan Hong Kong, tetapi semua partai besar Taiwan telah menolaknya, terutama setelah tindakan keras keamanan Cina di bekas jajahan Inggris itu.