Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - KBRI London mengatakan telah menerima pengaduan dari sekitar 200 Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengenai isu yang dihadapi sebagai pemetik buah di perkebunan Inggris. Mereka menghadapi masalah utama yaitu tak tersedia lagi pekerjaan di musim dingin ini.
Baca: Inflasi Masih Tinggi, Pertumbuhan Ekonomi Inggris Diprediksi Melambat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya ratusan WNI itu bekerja sebagai pemetik buah di perkebunan di Inggris. "Untuk itu prioritas KBRI London adalah memastikan pemulangan para PMI tersebut," kata kedutaan melalui keterangan tertulis kepada Tempo, Rabu, 7 Desember 2022
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arab News mengutip laporan The Guardian mewartakan sekitar 200 PMI itu sudah meminta bantuan kepada KBRI London mengenai utang yang menjerat mereka sejak Juli 2022. Jumlah sebenarnya orang Indonesia yang berjuang di industri ini kemungkinan akan jauh lebih tinggi. Lebih dari 1.450 orang dikirim tahun ini oleh sebuah perusahaan bernama AG Recruitment untuk bekerja dengan visa pekerja musiman enam bulan.
Seorang pekerja memberi tahu The Guardian bahwa dia telah meminjam £4.650 atau sekitar Rp88 juta di Indonesia untuk membayar agen yang membawanya ke Inggris. Akan tetapi pekerjaannya di Castleton Farm, Skotlandia, hanya membayar sekitar £200 atau Rp 3,8 juta per minggu. Ketika dia diberhentikan setelah hanya dua bulan bekerja, dia masih berutang £1.700 atau sekitar Rp 32 juta.
Castleton Farm memasok buah ke beberapa merek supermarket terbesar di Inggris. Dalam sebuah pernyataan, Konsorsium Ritel Inggris mengatakan, supermarket "khawatir dengan tuduhan ini dan sedang menyelidiki sebagai masalah mendesak."
Direktur Pengelola Castleton Fruit Ross Mitchell mengatakan perkebunan tersebut telah mempekerjakan 106 pekerja Indonesia tahun ini, 70 di antaranya masih berada di lokasi. Mereka bekerja rata-rata kurang dari 42 jam per minggu, dengan gaji kotor mingguan rata-rata sekitar £ 450 atau sekitar Rp 8,5 juta, tidak termasuk biaya seperti akomodasi.
Melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, KBRI London memastikan akan terus memfasilitasi proses pemulangan para PMI yang dilakukan oleh PT Al Zubara Manpower Indonesia (PT AMI). Langkah tersebut termasuk penjadwalan ulang tiket oleh PT AMI tanpa adanya biaya tambahan.
Investigasi oleh surat kabar tersebut pada bulan Agustus mengungkapkan pekerja Indonesia secara teratur mengambil hutang hingga £5.000 atau sekitar Rp 95 juta untuk bekerja di Inggris selama satu musim petik buah.
Rekrutmen AG, yang tidak ada di Indonesia, menggunakan Tenaga Kerja Al Zubara yang berbasis di Jakarta untuk mencari pekerja. Pihak Al Zubra pada gilirannya menggunakan perantara pihak ketiga yang membebankan biaya tinggi kepada calon pekerja.
Rekrutmen AG membantah melakukan kesalahan atau mengetahui praktik tersebut, tetapi sejak itu telah diselidiki oleh Gangmasters and Labour Abuse Authority (GLAA), sebuah agen pemerintah Inggris.
Seorang Juru Bicara GLAA mengatakan kepada The Guardian, mengenai dugaan eksploitasi, pihaknya akan menyelidiki dan mengambil tindakan yang tepat jika standar lisensi tidak sepenuhnya dipatuhi. Operator skema sepenuhnya menyadari tanggung jawab mereka terhadap buruh migran.
Simak: Hari Disabilitas Internasional, Inggris Luncurkan Aplikasi Akses Pekerjaan Bagi Penyandang Disabilitas
DANIEL AHMAD | ARAB NEWS