Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Taliban Kuasai Kabul, Nilai Mata Uang Afghanistan Anjlok

Gubernur bank sentral Afghanistan, Ajmal Ahmady, berhasil kabur dari Kabul menyusul invasi oleh Taliban.

17 Agustus 2021 | 16.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur bank sentral Afghanistan, Ajmal Ahmady, berhasil kabur dari Kabul menyusul invasi oleh Taliban. Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, kaburnya ia diikuti dengan menurunnya nilai tukar mata uang Afghanistan, Afghani.

Nilai tukar Afghani turun 1,7 persen menjadi 83,5013 per dollar Amerika pada Selasa ini. Ahmady berkata, penurunan tersebut sudah terjadi selama empat hari terakhir dan tidak tertutup kemungkinan masih akan berlanjut. Apalagi, kata ia, sudah tak ada lagi pengiriman Dollar per Jumat kemarin yang membatasi suplai mata uang dan berujung pada kepanikan.

"Nilai tukar naik dari stabil US$81 menjadi nyaris US$100 lalu turun lagi ke US$86. Saya sudah menggelar pertemuan (sebelum kabur) pada Sabtu kemarin untuk meminta bank dan institusi keuangan lainnya menenangkan," ujar Ahmady, Selasa, 17 Agustus 2021.

Ahmady melanjutkan bahwa ia merasa bersalah telah kabur lebih dulu, meninggalkan staf dan deputi di bank sentral. Namun, kata ia, situasi sudah tak kondusif sejak pekan lalu sehingga ia memantapkan niat untuk kabur sejak Ahad pekan lalu.

Taliban, kata Ahmady, sudah berada di depan gerbang masuk Kabul ketika ia memutuskan untuk kabur. Beruntung baginya, dirinya masih mendapatkan tempat di pesawat militer yang mengevakuasi warga sipil keluar dari Kabul.

"Ahad kemarin saya masih bekerja. Laporan mulai masuk bahwa situasi kian genting. Saya putuskan untuk tinggalkan staf dan deputi yang bertanggung jawab. Saya merasa bersalah telah meninggalkan mereka."

"Sebenarnya tidak harus berakhir seperti ini. Saya marah dengan tak adanya rencana dari Pemerintah Afghanistan. Saya melihat pejabat pemerintahan pergi tanpa memberi kabar apapun," ujar Ahmady.

Ahmady menuding krisis di Afghanistan disebabkan oleh administrasi Presiden Ashraf Ghani. Ia berkata, dirinya tak melihat adanya rencana yang matang dari Ghani untuk merespon Taliban ataupun pergantian pemerintahan. Ia bahkan mencurigai adanya konspirasi

"Kurangnya perecanaan dari Ghani dan kegagalannya untuk mendapati ada yang salah dari masukan-masukan penasihatnya adalah penyebab masalah ini. Dia memiliki banyak ide bagus, namun eksekusinya buruk."

"Sulit untuk mempercayai, namun saya curiga kenapa Militer Afghanistan bisa meninggalkan pos begitu cepat. Ada hal-hal yang tak terjelaskan," ujar Ahmady menegaskan.

Baca juga: Mengapa Presiden Afganistan Ashraf Ghani Kabur Ke Tajikistan?

ISTMAN MP | AL JAZEERA






Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus