Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump kembali membuat kebijakan kontroversial. Pada Jumat, 11 April 2025, Washington mengatakan tarif impor barang dari Cina ke Amerika Serikat seluruhnya adalah 145 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Presiden AS Donald Trump mengumumkan pungutan baru sebesar 125 persen pada barang-barang dari China pada hari Rabu. Dilansir dari Euronews, Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa tarif impor tersebut merupakan tambahan atas tarif yang sudah berlaku sebesar 20 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tarif sebesar 20 persen sebelumnya dikenakan pada impor barang-barang Cina karena Trump menuduh Beijing terlibat dalam produksi dan pasokan fentanil ke AS. Dalam unggahan di platform media sosialnya, Truth, Trump mengatakan keputusan untuk mengenakan pungutan tambahan sebesar 125 persen disebabkan oleh Tiongkok yang menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap pasar dunia.
Dilansir dari CNN, Trump mengklaim bahwa lebih dari 75 negara telah menghubungi perwakilan AS untuk membahas dan merundingkan kesepakatan soal tarif impor ini. Tarif bisa diubah kembali selama 90 hari.
Namun Cina tetap tegas dan menolak terlibat dalam bentuk negosiasi apa pun dengan Amerika Serikat. Cina telah membalas dengan menaikkan tarif atas barang-barang AS menjadi 125 persen.
Cina telah diberi tahu bahwa Xi Jinping harus menelepon Trump untuk membahas soal tarif impor. Namun Xi Jinping menolak.
"Selama lebih dari 70 tahun, pembangunan Cina bergantung pada kemandirian dan kerja keras, tidak pernah bergantung pada bantuan orang lain, dan tidak takut pada penindasan yang tidak adil," kata Xi menurut lembaga penyiaran negara CCTV.
Dua pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa AS tidak akan menghubungi Cina terlebih dahulu. Trump telah memberi tahu timnya bahwa Cina harus yang berinisiatif mengontak dirinya.
AS telah meminta Cina sejak dua bulan lalu agar Xi Jinping menghubungi Trump. Namun permintaan itu ditolak oleh Xi Jinping karena ia tak ingin terlihat lemah dengan mendekati AS untuk berunding.
Alih-alih menelepon Trump, Cina mengalihkan barangnya ke pasar Eropa. "Tujuan yang benar akan mendapat dukungan dari banyak pihak," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lin Jian dalam jumpa pers harian pada Kamis. "AS tidak akan bisa mendapatkan dukungan dari rakyat dan akan berakhir dengan kegagalan."