Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kembalinya Kamerad Kim

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, sempat menghilang dari pemberitaan selama tiga pekan. Membangun pabrik pupuk yang dicurigai sebagai pabrik uranium dan merombak pejabatnya besar-besaran.

23 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kehadiran Kim Jong-un dalam peresmian pabrik pupuk di utara Pyongyang, Korea Utara, 2 Mei 2020./REUTERS/KCNA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kim Jong-un sempat menghilang dari pemberitaan selama tiga pekan.

  • Korea Utara membangun pabrik pupuk yang dapat memproduksi bahan bakar reaktor nuklir.

  • Kim Jong-un mengganti pejabat militer, politik, dan pemerintah besar-besaran.

SETELAH hilang dari peredaran selama tiga pekan, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, muncul di Pabrik Pupuk Fosfat Sunchon di Sunchon, selatan Pyongyang, pada 1 Mei lalu. Setidaknya demikian yang ditunjukkan oleh kantor berita pemerintah, Korean Central News Agency (KCNA), dengan merilis gambar sang pemimpin sedang menggunting pita untuk meresmikan pabrik tersebut. Jong-un tampak bertepuk tangan bersama saudara perempuannya, Kim Yo-jong. Di latarnya terdapat kain bertulisan “1 Mei 2020”, yang seakan-akan menegaskan kebaruan foto tersebut. Jong-un kemudian berkeliling pabrik itu dengan naik mobil golf.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Daily NK, situs berita berbasis di Seoul, Korea Selatan, menyatakan pabrik itu sebenarnya sedang dibangun dan belum akan selesai dalam beberapa pekan ke depan. Para pekerja dilaporkan telah bekerja tanpa kenal lelah untuk menampilkannya seolah-olah sudah jadi. Bahkan keluarga pekerja juga turun tangan menanam bunga dan membersihkan kawasan pembangunan pabrik itu. Upacara pembukaan pabrik dilakukan dengan terburu-buru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemunculan Jong-un di pabrik pupuk bukan tanpa maksud. Jong-un dan para pejabat tinggi pemerintah tampaknya ingin menampilkan citra Korea Utara yang mandiri. Negeri itu praktis harus berjuang untuk hidup di bawah tekanan sanksi internasional karena proyek pengembangan senjata nuklir.

Margaret Croy, peneliti Middlebury Institute of International Studies di Monterey, California, Amerika Serikat, dalam makalah yang dipublikasikan bulan lalu memperingatkan soal peran ganda pabrik pupuk itu. “Korea Utara memang sedang membutuhkan pupuk dan informasi soal cara mengekstrak uranium dari proses itu,” katanya. Pabrik itu dapat mendongkrak produksi pertanian sekaligus mengekstrak uranium dari asam fosfat, yang memungkinkan negara komunis tersebut menyembunyikan kegiatan nuklirnya dari dunia luar.

Namun sejumlah peneliti ragu terhadap analisis Croy. “Secara teoretis, pabrik pupuk memang dapat memproduksi yellow cake (salah bentuk uranium). Tapi mengapa Korea Utara masih membuatnya bila sudah menghasilkan bahan yang lebih canggih?” ujar Cho Han-bum, peneliti senior di Korea Institute for National Unification, kepada Bloomberg. Yellow cake adalah bahan baku yang dapat diolah menjadi bahan bakar reaktor nuklir.

Korea Utara memiliki banyak cadangan uranium dan telah melapor ke Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada 1992. Mereka menyatakan punya dua tambang dan dua pabrik pengolahan yang sejak itu terus dipantau oleh badan tersebut. Belakangan, mereka melapor punya satu pabrik pengayaan uranium untuk senjata, tapi para ahli memperkirakan jumlahnya tak hanya satu.

Kemunculan Kim Jong-un seakan-akan untuk menjawab rumor mengenai kesehatannya yang memburuk belakangan ini. “Kami pikir dia mungkin baik-baik saja,” kata Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Robert O’Brien, kepada wartawan di Washington, seperti dikutip Bloomberg. Tapi O’Brien mengaku belum bisa mengkonfirmasi keaslian foto Jong-un di pabrik pupuk. “Kami menyebutnya ‘kerajaan pertapa’. Sangat sulit mendapat informasi mengenai Korea Utara,” ujarnya.

Di media sosial beredar informasi bahwa “Jong-un” yang muncul di pabrik pupuk adalah “kembarannya”—orang yang mirip Jong-un yang sengaja ditampilkan untuk mengecoh. Dugaan ini muncul setelah foto Jong-un asli dan si tiruan dibandingkan. Salah satu perbedaannya: gigi si tiruan tak serapi gigi Jong-un asli.

Yang juga mengejutkan, Jong-un baru saja mengganti secara besar-besaran pejabat tingginya. Menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan pada Rabu, 13 Mei lalu, Letnan Jenderal Rim Kwang-il dipromosikan menjadi Direktur Biro Umum Pengintaian, badan intelijen utama negeri itu. Kwang-il juga diangkat sebagai anggota Komisi Militer Pusat Partai Buruh Korea, partai yang berkuasa sejak negara itu berdiri pada 1948.

Biro Umum Pengintaian dituding sebagai pihak di belakang sejumlah serangan kepada tokoh penting, spionase, operasi bawah tanah, dan perang siber yang dijalankan rezim Jong-un terhadap, terutama, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. Seoul percaya bahwa badan itulah yang menembakkan torpedo ke kapal angkatan lautnya yang menewaskan 46 pelaut pada 2010.

Pejabat tinggi lainnya adalah Kwak Chang-sik, yang diangkat menjadi komandan Komando Garda Agung, pasukan khusus pelindung Jong-un dan keluarganya. Dia menggantikan Yun Jong-rin, jenderal tua yang melindungi keluarga Kim sejak 2010. Chang-sik juga diangkat sebagai anggota komite pusat Partai Buruh Korea.

Selain mereka, 23 pejabat militer, partai, dan pemerintah diganti. Kementerian Unifikasi Korea Selatan menilai langkah itu diambil Jong-un untuk memperkuat kekuasaannya dengan menempatkan orang-orang dekatnya di posisi penting. “Tahun lalu, 80 persen anggota politbiro diganti dan 9 dari 11 anggota Komisi Urusan Negara berubah,” kata seorang pejabat Kementerian Unifikasi kepada The Korea Herald. “Ini dapat dianggap bahwa Kim Jong-un sedang mengkonsolidasi kekuasaan di negeri itu.” Komisi Urusan Negara adalah lembaga pengambil keputusan politik tertinggi yang dipimpin Jong-un.

Rumor tentang kesehatan Jong-un menguar sejak pertengahan April lalu, ketika ia tak muncul pada Hari Matahari, peringatan kelahiran kakeknya, Kim Il-sung, pendiri negeri itu. CNN melaporkan bahwa intelijen Amerika menduga Jong-un sedang sakit seusai operasi jantung. Seoul mengaku tak punya informasi yang menunjukkan ada masalah pada kesehatan Jong-un. Presiden Amerika Donald Trump pun mengaku tak tahu keberadaan Jong-un.

Pada 25 April, Reuters melaporkan bahwa Cina mengirimkan satu tim dokter yang dipimpin seorang anggota senior Partai Komunis Cina ke Pyongyang. Esoknya, seorang pejabat Korea Selatan menyatakan bahwa Jong-un sedang dalam tahap pemulihan.

Kim Jong-un, yang diperkirakan berusia 36 tahun, juga pernah menghilang dari pemberitaan media Korea Utara pada 2014. Spekulasi soal kesehatannya merebak karena dia perokok berat, berat badannya bertambah sejak berkuasa, dan penyakit jantung dalam sejarah keluarganya.

Kabar mengenai kondisi kesehatan Jong-un penting karena akan menentukan nasib Korea Utara, yang dianggap mengancam keamanan dunia lantaran memiliki senjata nuklir. Dalam artikelnya di jurnal International Security, Bruce W. Bennett, analis pertahanan senior di RAND Corporation, dan Jennifer Lind, guru besar di Dartmouth College, memperkirakan guncangan politik di Korea Utara akan memicu serangkaian bencana di Semenanjung Korea. Guncangan akan memicu krisis kemanusiaan bagi 24 juta penduduk Korea Utara. Kelaparan akan mengakibatkan perang sipil dan banjir pengungsi ke negara-negara terdekat. Yang paling berbahaya, kata mereka, senjata nuklir dapat keluar dari negeri itu dan masuk ke pasar gelap global.

Di bawah Kim Jong-un, Korea Utara diperkirakan oleh para ahli telah mengembangkan bom hidrogen dan misil balistik antarbenua yang mampu mengirimkan hulu ledak nuklir sampai ke Amerika. Jong-un menjadikan para ahli nuklir dan roket sebagai pahlawan nasional. Seusai uji coba nuklir pada 2017, ia menghadiahkan apartemen mewah di Pyongyang kepada mereka.

Saat berkunjung ke pabrik pupuk Sunchon, menurut KCNA, Jong-un mengatakan bahwa proyek ini menunjukkan komitmen negeri itu untuk “percaya kepada diri sendiri”. Dia juga mengatakan bahwa ayah dan kakeknya pasti “sangat bahagia” atas keberhasilan ini.

Kim Jong-un sudah kembali. Masalah di Korea Utara tampaknya belum akan usai.

IWAN KURNIAWAN (KCNA, DAILY NK, BLOOMBERG, THE KOREA HERALD, REUTERS, SPUTNIK)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus