Kota Asadabad diserang pasukan pemerintah: 500 orang tewas dan ratusan lainnya cedera. Betulkah rudal Scud digunakan? API mesiu yang diperkirakan dari ledakan peluru kendali Scud membakar Asadabad, Sabtu dua pekan lalu. Dalam sekejap kota pusat bisnis di Provinsi Kunar itu jadi lautan api. Sekitar 500 orang tewas dan ratusan lainnya cedera akibat ledakan tersebut. Kerugian atas terbakarnya ratusan toko senjata, sejumlah hotel, dan bangunan lain ditaksir jutaan dolar. Betulkah ledakan itu akibat serangan peluru kendali Scud? Tak jelas betul. Dalih yang dipakai gerilyawan Mujahiddin adalah ditemukannya lubang seluas 30 m2 dengan kedalaman 10 meter di tempat musibah dan ledakannya lebih kuat daripada roket yang biasa digunakan pasukan pemerintah. Namun, menurut juru bicara kementerian luar negeri Afghanistan, "Pasukan pemerintah tak pernah melancarkan operasi militer ke Asadabad." Tak ditemukannya pecahan peluru kendali di wilayah yang dikuasai gerilyawan Mujahiddin sejak tiga tahun lalu itu membuat rezim Presiden Najibullah berada di atas angin. Kabul bahkan balik menuduh kelompok Mujahiddin radikal, pimpinan Gulbuddin Hekmatyar, yang melancarkan serangan atas kota tersebut. Kelompok-kelompok gerilyawan Mujahiddin tentu saja membantah tuduhan balik itu. "Persaingan apa pun yang ada (antara sesama gerilyawan) tak mungkin membuat mereka melakukan pembantaian terhadap ratusan orang," ujar Najibullah Lafrarie, menteri penerangan pemerintahan gerilyawan yang bermarkas di Pakistan, kepada kantor berita Reuters. "Lagi pula, tak mungkin kami menyimpan persenjataan sebesar itu di gudang yang terletak di tengah kota berpenduduk padat." Para pengamat Afghanistan di Islamabad, Pakistan, juga menyebut tak ada bukti ledakan di Asadabad itu karena serangan rudal. "Masih dipertanyakan, apakah lebih dahulu terjadi ledakan sebelum terjadi kebakaran dan ledakan-ledakan amunisi. Bisa saja ledakan merupakan bom kendaraan," ujar seorang pengamat. Sumber-sumber diplomatik Barat -- yang biasanya kaya informasi -- mengakui pula bahwa mereka tak mendapat laporan mengenai adanya pasokan peluru kendali baru Uni Soviet untuk pemerintah Afghanistan. Namun, Pakistan, yang kebanjiran pengungsi Afghanistan, tetap menuduh Kabul meningkatkan serangan rudal ke kota yang diduduki gerilyawan Mujahiddin. Soalnya, masalah pengungsi ini cukup merepotkan mereka. Bagaimana tidak. Dari sekitar 19 juta penduduk Afghanistan, 5,5 juta orang di antaranya mengungsi sejak pecah perang saudara. Dari jumlah itu 3,1 juta orang mukim sementara di Pakistan, sedangkan sisanya sudah hijrah ke Iran. Tuduhan Pakistan itu, Ahad minggu lalu, dibalas protes keras oleh pemerintah Afghanistan, yang sekaligus menuding Islamabad telah memasok roket pada kelompok gerilyawan. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini