Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tergelincir di lembar dolar

3 agen rahasia as: ronald pelton, larry wu-tai chin & jonathan jay pollard, ditahan fbi. mereka dicurigai membocorkan rahasia militer, masing-masing ke u.s, cina dan israel. reagan akan menindak keras. (ln)

7 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN jurus "tiga sekali pukul", Biro Penyelidik Federal (FBI) telah membekuk tiga agen ganda yang menjual rahasia Amerika kepada Uni Soviet RRC, dan Israel. Diawali dengan penangkapan terhadap Ronald Pelton, bekas spesialis komunikasi pada Dinas Keamanan Nasional (NSA), Ahad lalu FBI kemudian mengamankan Jonathan Jay Pollard, analis pada dinas rahasia Angkatan Laut AS dan Larry Wu-tai Chin, pensiunan agen dinas rahasia CIA, yang terakhir bekerja sebagai konsultan lepas pada lembaga yang sama. Istri Pollard, Anne Henderson, juga ditahan karena dicurigai membocorkan sejumlah rahasia kepada RRC. Permintaan agen-agen ganda itu untuk status tahanan luar ditolak. Ada kecurigaan mereka akan melarikan diri ke luar negeri. Dengan terbongkarnya skandal spionase John Walker, Juni berselang, Washington menyadari betapa terancamnya jaringan rahasia AS. Banyak rahasia militer, khususnya mengenai kapal selam nuklir, yang dibocorkan Walker sekeluarga kepada Soviet. Edward L. Howard, seorang bekas agen CIA yang tiba-tiba lenyap Oktober lampau, juga dianggap membocorkan rahasia pertahanan AS kepada Moskow. Situasi ternyata cukup gawat, hingga awal bulan silam Presiden Ronald Reagan menginstruksikan agar kegiatan kontraspionase benar-benar ditingkatkan. Salah satu titik lemah spionase AS rupanya terletak di bidang itu. Tapi sebelum CIA dapat berbuat apa-apa, FBI tiba-tiba menyodorkan tiga "penjual bangsa" yang memang bukan ukuran kakap, tapi cukup menyulitkan negara. Dikejutkan oleh kasus Pelton, Chin, dan Pollard, Presiden Reagan merasa perlu bersuara keras Sabtu lalu. Ke seluruh dunia dicanangkannya bahwa pemerintah AS tidak akan ragu-ragu menghajar agen rahasia dari bangsa mana saja demi keselamatan negara. "Spionase bukan saja meningkat, tapi mengancam keamanan nasional," katanya lewat pidato radio, yang dikumandangkan dari California. Tak syak lagi kebobolan yang dialami Amerika kali ini sangatlah memprihatinkan. Dari pemeriksaan pendahuluan diketahui bahwa skandal Ronald Pelton, 44, telah sangat merugikan AS. Analis NSA ini, kabarnya, terpaksa berkhianat karena kesulitan uang. Ia mengakui telah menyelundupkan berbagai informasi tentang kegiatan inteligen AS, yang ditujukan terhadap Soviet. Bertugas sebagai spesialis komunikasi di NSA (1965-1979), Pelton dipercaya memegang data paling rahasia yang biasa disebut "informasi peka". Agaknya informasi jenis itulah yang dijual Pelton ke pihak Soviet dalam dua kali kunjungan ke Wina sekitar tahun 1980. Berjam-jam dilewatkannya di sebuah kamar apartemen di ibu kota Austria itu, untuk menjawab pertanyaan orang-orang dari Kedutaan Soviet. Imbalan yang diperolehnya tidak lebih dari US$ 35.000, jumlah terkecil dibandingkan perolehan Chin dan Pollard. Chin, agen CIA keturunan Cina yang sudah bekerja 30 tahun pada dinas rahasia tersohor itu, dituduh terlibat skandal sejak 1952. Chin mengaut laba besar, kabarnya lebih dari US$ 140.000. Ia banyak menjual rahasia yang menyangkut Perang Korea (1950-1953), terutama mengenai para tahanan Cina. Karena ia dipercaya menampung berbagai informasi - apalagi sesudah pensiun Chin masih bertugas sebagai konsultan lepas pada CIA - maka tidak mustahil kalau ia juga menjual "informasi peka" kepada RRC. Tidak heran, kalau pada 1982 - sesudah Chin pensiun - ia dipromosikan sebagai wakil kepala Biro Keamanan Umum RRC. Mungkin saja ini satu pengangkatan simbolis, tapi khusus untuk itu Chin, 63, memerlukan berkunjung ke Beijing. Keterlibatan Chin dibantah Beijing. "Kami tidak berurusan dengan orang itu," kata Li Zhaoxing, pejabat pada bagian penerangan Deplu RRC. Washington secara resmi melancarkan protes kepada RRC, tapi Li menandas-kan, "tuduhan AS sama sekali tidak berdasar." Chin yang punya istri dan tiga anak itu ditahan, Jumat lalu. Dalam pemeriksaan di pengadilan Alexandria, Virginia, ia terus terang mengaku bekerja untuk RRC. Rekening banknya tercatat US$ 98.000, tapi di samping itu masih ada deposito dalam bentuk emas batangan di Hong Kong. Jonathan Pollard, agen keturunan Yahudi itu, tidak seberuntung Chin. Selama 18 bulan menawarkan informasi kepada Israel, ia dibayar US$ 45.000 berikut dua kali perjalanan ke Eropa. Pollard sesumbar bahwa ia bekerja sama dengan Tel Aviv sejak 10 tahun silam, padahal hubungan itu baru dibina sejak April 1984. Israel kabarnya menyalurkan berbagai informasi yang disodorkan Pollard ke sebuah biro khusus yang menggarap kegiatan antiteroris. Dan anehnya, biro ini dioperasikan oleh hanya seorang pejabat senior Israel: Rafi Eitan, dahulu pembantu pribadi bekas PM Menachem Begin. Skandal Pollard itu dengan cepat menjalarkan ketegangan dalam hubungan AS-Israel. Washington menuduh Tel Aviv tidak tanggap, terutama karena dua diplomat Israel, yang bekerja sama dengan Pollard, tiba-tiba dipanggil pulang. Padahal, pemerintah AS sudah berencana untuk menginterogasi mereka. Kedua diplomat itu adalah Yosi Yagor, atase ilmu pada kedutaan Israel di AS, dan pembantunya, Ilan Ravid. Merasa dipecundangi Tel Aviv, Washington marah besar, sementara media massa di AS bicara tentang "Israel yang memata-matai sahabatnya." Sebagai balasan, harian Al-Maariv, yang terbit di Tel Aviv, mengutip sumber pemerintah, menulis "kegiatan spionase AS di Israel sedemikian rupa luasnya hingga skandal Pollard tidak ada artinya." Mengapa terlalu banyak agen rahasia AS berkhianat? Menurut sumber resmi, motivasi utamanya adalah uang, bukan ideologi. Tapi beberapa pengamat yakin, apa yang disebut James Bond kompleks, yakni semacam rasa dahaga pada hal-hal mendebarkan, juga ikut menentukan. I.S. Laporan Reuter

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus