Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tertinggal di Cengkeraman Taliban

Masih ada warga Amerika yang ditawan Taliban. Dipersoalkan mengapa mereka tak masuk paket pembebasan Sersan Bowe Bergdahl.

16 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembebasan Sersan Bowe Bergdahl tak hanya membuat riuh protes politikus. Keluarga James Coleman juga berteriak. Tak seperti Bergdahl, putrinya, Caitlin Coleman; menantunya, Joshua Boyle; dan cucunya masih tak jelas nasibnya.

Ia pun mengeluarkan dua video yang menunjukkan putri dan menantunya ditawan Taliban. Di video berdurasi tak sampai dua menit itu, Caitlin Coleman menyerukan bantuan. "Saya mohon keluarga dan pemerintah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan dan membebaskan suami saya, anak saya, dan saya," kata perempuan 28 tahun ini.

Coleman, yang mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka, duduk di sebelah suaminya yang berjanggut panjang dan tak rapi.

"Ini bukan isapan jempol," kata James Coleman, yang tinggal di Stewartstown, Pennsylvania. "Menurut saya, ini seolah teriakan ke dunia bahwa ini tak biasa dibiarkan. Mereka harus dibebaskan." Kedua video itu diterima keluarga pada Juli dan September tahun lalu.

Seruan keluarga Coleman untuk pembebasan putri, menantu, dan cucunya menambah riuh kritik atas pembebasan Sersan Bowe Bergdahl dari cengkeraman kelompok yang terkait dengan Taliban. Tentara yang diributkan teman-temannya melakukan desersi ini ditukar dengan lima pejabat Taliban yang merupakan penghuni penjara Teluk Guantanamo.

Bersama suaminya yang berasal dari Kanada, Caitlin Coleman menjadi tawanan Taliban sejak akhir 2012. Saat hilang kontak, Caitlin hamil. Diperkirakan, kalau selamat, anak itu kini berusia 18 bulan.

Pasangan Caitlin Coleman-Joshua Boyle yang menikah pada 2011 itu bukan tentara. Keduanya memang suka petualangan. Sebelum ke Afganistan, mereka bertualang ke Amerika Latin, tinggal bersama warga asli Guatemala.

Pada 2012, mereka melanjutkan perjalanan ke Rusia; negara-negara Asia Tengah, seperti Kazakstan, Tajikistan, dan Kirgisstan; hingga kemudian Afganistan.

Selama perjalanan itu, komunikasi dengan orang tua berjalan baik, dengan surat elektronik. Tapi, pada Oktober 2012, surat berhenti. Orang tua Caitlin Coleman-Joshua Boyle pun kelabakan dan mulai mencari kabar tentang mereka. Namun tak ada respons seperti yang diharapkan.

Asa tumbuh tahun lalu. Seorang pria Afganistan yang mengaku memiliki kaitan dengan Taliban menghubungi James Coleman. Ia memberikan rekaman dan kemudian video yang menjadi bukti Caitlin dan Boyle hidup, berada di tangan Taliban.

Namun harapan kembali memudar. Pria itu tak menghubungi lagi. "Kami harus membawa mereka kembali pulang," kata Lyn Coleman, ibu Caitlin.

Teriakan pembebasan yang juga menambah riuh pertukaran Bergdahl-Taliban disuarakan keluarga tawanan Taliban lain, Warren Weinstein. Kontraktor pemerintah ini tengah bekerja di Pakistan saat diculik Taliban pada Agustus 2011.

"Warren telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk bekerja pada proyek-proyek pembangunan dan bantuan kemanusiaan untuk meningkatkan penghidupan banyak orang di dunia," kata keluarga dalam pernyataan mereka. "Seperti semua keluarga yang anggota keluarga tercintanya berada di tahanan, kami pun sangat menginginkan pembembasannya sebelum semuanya terlambat."

Sama seperti Coleman, bahkan Bergdahl, ada video yang dikirim ke Amerika. Demikian pula dengan Weinstein. Di video yang diterima keluarga pada Desember tahun lalu itu, pria 72 tahun ini terlihat tak sehat.

Politikus memperkuat "teriakan" mereka. Anggota Kongres dari Partai Republik, Duncan Hunter, menulis surat ke Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dia mempertanyakan kenapa orang-orang tersebut tak dimasukkan ke paket negosiasi. "Setahu saya, ada tiga warga Amerika masih dalam tahanan kelompok militan yang berkaitan dengan Taliban."

Belum ada jawaban resmi atas surat itu. Tapi, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Noel Clay, pemerintah tetap berusaha. "Prioritas tertinggi kami adalah perlindungan warga negara Amerika di luar negeri."

Purwani Diyah Prabandari (Al Jazeera, The Associated Press, Foreign Policy)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus