INILAH tiga orang yang kini namanya menonjol dalam pemerintahan Aljazair, setelah Bendjedid mengundurkan diri. Khaled Nezzar. Lelaki berkumis tebal yang berusia 55 tahun ini adalah seorang jenderal. Ia memulai karir militernya di sekolah militer Prancis, kemudian meneruskannya di akademi militer Soviet. Karena pendidikan militernya itu, di mata Chadli Bendjedid, ia dianggap seorang yang mampu melakukan reformasi angkatan bersenjata Aljazair. Maka, pada 1990 diangkatlah Nezzar, yang waktu itu adalah panglima angkatan bersenjata, menjadi menteri pertahanan. Setahun kemudian, Jenderal Nezzar jadi musuh nomor satu gerakan fundamentalis FIS. Gara-garanya, pada Juni tahun lalu muncul kerusuhan, yang kemudian dinamakan "revolusi tepung." Yakni, demonstrasi besar-besaran karena harga makanan naik. Nezzar menuduh demonstrasi itu didalangi oleh FIS, lalu menahan dua pemimpin puncak FIS, Madani dan Ali Belhadj. Dalam peristiwa itu 55 orang jadi korban aparat keamanan. Sebenarnya Nezzar dikenal sebagai muslim yang taat dan sudah tiga kali naik haji. Tapi, ia selalu menaruh curiga terhadap pendukung militan FIS. Menurut pandangannya, tujuan "kelompok berjenggot", ejekan bagi para pendukung FIS, mendirikan negara Islam, bertentangan dengan demokrasi di Aljazair. Atas perintahnya, konon, telepon para pemimpin FIS disadap. Dan rumah sakit militer Ain Nadia di Aljier dilarang menerima pendukung FIS. Para diplomat Barat menilai bahwa Nezzar adalah orang terkuat dalam pemerintahan Aljazair sekarang. Orang menduga, meski ia hanya anggota Dewan Negara, salah seorang komandan di zaman perang kemerdekaan Aljazair inilah otaknya. Sid Ahmad Ghozali. Ketika Juni lalu terjadi krisis ekonomi, harga, Presiden Bendjedid mencari pengganti perdana menteri. Mouloud Hamroche, perdana menteri sejak 1988, dianggap gagal membangun ekonomi. Pihak militer menyodorkan sebuah nama: Sid Ahmad Ghozali, 54 tahun, insinyur perminyakan lulusan Ecole des Ponts et Chaussees, Paris. Bendjedid menerima usul itu karena ia berharap perdana menteri baru dapat menolong ekonomi negara dengan minyak. Untuk harapannya itu, Bendjedid tak keberatan ketika Ghozali membentuk kabinet dan sebagian besar menteri tak datang dari FLN, partai Bendjedid. Dan agar program ekonominya tak terganggu adanya demonstrasi-demonstrasi, Gozhali mendekati pemimpin FIS. Malah, ia pernah berjanji akan membebaskan 300 aktivis, termasuk Madani dan Belhadj. Tapi, pihak militer tak menyetujui soal pembebasan itu. Yang jelas, di tangan Ghozali sistem ekonomi Aljazair lebih terbuka, banyak modal asing masuk. Atas saran IMF, Ghozali mendevaluasi mata uang dinar 22%, menaikkan suku bunga bank 1%. Ahmad Ghozali anggota komite sentral FLN, juga anggota Dewan Keamanan Tinggi. Ia tak ditarik ke dalam Dewan Negara, karena pihak militer, yang mendukungnya, tak ingin mengganggu tugasnya sebagai perdana menteri. Program reformasi ekonominya sangat diharapkan karena para intelektual sekuler Aljazair percaya bahwa perbaikan ekonomi adalah cara terbaik melawan kelompok Islam fundamentalis. Mohammad Boudiaf. Ia salah seorang bapak kemerdekaan Aljazair, yang kurang beruntung. Sejak zaman perang kemerdekaan, Boudiaf selalu tak akur dengan rekannya, Ben Bella. Maka, ketika Ben Bella terpilih menjadi presiden pertama Aljazair merdeka, ia mendirikan partai baru. Tapi, Ben Bella, si rekan yang berkuasa itu, langsung memenjarakan Boudiaf. Begitu keluar dari penjara, Boudiaf didesak keluar dari Aljazair. Ia hidup antara Prancis dan Maroko, lalu memilih negeri terakhir itu sebagai tempat tinggalnya. Ia hidup dari pabrik batu bata, yang ia dirikan di Maroko. Boudiaf yakin bahwa Islam merupakan falsafah Aljazair, tapi "agama itu bukan monopoli golongan tertentu." Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini