SEANDAINYA penyelesaian krisis Teluk harus lewat perang, inilah perang yang bakal tercatat dalam sejarah militer sebagai perang kelas satu. Pihak Amerika dan sekutunya, yang tampaknya merencanakan perang kilat, tak tanggung-tanggung menghimpun pasukan berkualitas khusus di Dhahran, Arab Saudi. Setelah Prancis mengirimkan Legiun Asingnya, Amerika mengirimkan pasukan baja utamanya, Rabu pekan lalu, sebagian dari anggota Tikus Gurun Inggris tiba pula di Dhahran. Dari ketiga pasukan khusus itu, Tikus Gurunlah yang paling punya reputasi perang gurun. Pasukan elite komando Inggris inilah yang dulu, dalam Perang Dunia II, membuat Jenderal Rommel mundur dari Afrika Utara. Waktu itu, setelah Rommel merebut benteng Tobruk di pantai utara Afrika, Sekutu sangat terpukul. Dipersiapkanlah pembalasan besar. Pasukan ke-8 Inggris diturunkan dengan anggota sebagian besar dari SAS (Special Air Service) dan Long Range Desert Group. Tersebut belakangan itulah yang kini menjadi Desert Rat atau Tikus Gurun, yang setelah Perang Dunia II berpangkalan di Reimerhoven, Jerman (dulu, Barat). Sembilan ribu personel Tikus Gurun yang dikirim ke Saudi sudah benar-benar dipersiapkan. Orang bilang mereka bisa hidup hanya dengan seteguk air per hari di padang pasir. Itu tentu dilebih-lebihkan. Tapi memang Tikus Gurun dilatih hingga punya insting begitu tajam untuk tetap hidup di gurun. Salah satu keistimewaannya, mereka pembaca jejak di gurun yang sangat akurat -- untuk membaca jejak di padang pasir tentara Israel membayar orang Badui. Para Tikus ini memang dibentuk menjadi manusia perang. Begitu sampai di Saudi, Tikus Gurun yang dikomandani oleh Patrick Connigely ini segera menuju Sahara dan mengadakan latihan. Mula-mula latihan tanpa ledakan senjata apa pun sementara tank-tank diselimuti untuk menghindarkan debu. Baru sekitar awal November, latihan dengan senjata dimulai. Selain mengalahkan Rommel, si Serigala Gurun, Tikus Gurun yang berada di bawah Brigade ke-7 Inggris berpengalaman pula dalam Perang Suez, 1956. Biaya yang dikeluarkan Inggris untuk pasukannya dalam krisis Teluk, setelah Tikus Gurun tiba, diperkirakan mencapai dua juta poundsterling per hari. Sebagian biaya itu ditanggung pihak Arab Saudi. Bila pujian yang layak dipercaya adalah yang datang dari musuh, baca saja catatan harian Jenderal Rommel. Tulisnya, pasukan gurun Inggris "benar-benar mengakibatkan keruntuhan yang lebih hebat dibandingkan pasukan Inggris yang lain." Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini