Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tingkat Kelahiran Korea Selatan Turun Lagi, Meski Tunjangan Bayi Naik

Tingkat kelahiran Korea Selatan turun tahun lalu ke rekor terendah, sebesar 0,78 pada 2022. Angka ini turun dari 0,81 tahun sebelumnya

23 Februari 2023 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi orang tua dan anak mereka di Korea Selatan. Foto Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat kelahiran Korea Selatan turun tahun lalu ke rekor terendah, menurut data yang diliris pada hari Rabu, 22 Februari 2023. Ini merupakan catatan suram bagi Negeri Ginseng, yang jumlah anak per wanita terendah di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah rata-rata kelahiran bayi per wanita Korea Selatan selama masa reproduksi, sebesar 0,78 pada 2022. Angka ini turun dari 0,81 tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis Badan Statistik Korea, sebagaimana dilansir Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah telah gagal membalikkan penurunan tingkat kelahiran meskipun menghabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk subsidi pengasuhan anak.

Pada tahun 2020, Korea Selatan merupakan satu-satunya negara di antara anggota OECD yang memiliki tingkat terendah di kelahiran bawah 1, sehingga populasinya menyusut.

Itu adalah yang terendah di antara negara-negara di Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang memiliki angka rata-rata 1,59 pada tahun 2020, dan jauh di bawah 1,64 di Amerika Serikat dan 1,33 di Jepang pada tahun yang sama.

Menikah dipandang sebagai prasyarat untuk memiliki anak di Korea Selatan, tetapi angka pernikahan juga merosot di negara tersebut di tengah tingginya biaya perumahan dan pendidikan.

Ibukota negara Seoul mencatat tingkat kelahiran terendah, yakni 0,59.

Menurut CNN, angkat-angka itu jauh di bawah 2,1 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi yang stabil dan rendah bahkan dibandingkan dengan negara maju lainnya di mana angkanya juga turun.

Dan itu menimbulkan masalah bagi negara dengan populasi yang menua karena terancam menghadapi kekurangan pekerja untuk mendukung sistem pensiunnya.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengakui bahwa lebih dari $200 miliar telah dihabiskan untuk meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir.

Namun sejak menjabat pada bulan Mei, pemerintahannya hanya memiliki sedikit ide untuk menyelesaikan masalah selain melanjutkan dengan nada yang sama – membentuk komite untuk membahas masalah ini dan menjanjikan lebih banyak dukungan keuangan untuk bayi yang baru lahir.

Tunjangan bulanan untuk orang tua dengan bayi hingga usia 1 tahun akan meningkat dari 300.000 won (Rp3,5 juta) saat ini menjadi 700.000 won (Rp8,2 juta) pada tahun 2023 dan menjadi 1 juta won (Rp11,7 juta) pada tahun 2024, menurut administrasi Yoon.

Skeptisisme publik bahwa Yoon memiliki pegangan yang lebih baik pada masalah ini daripada pendahulunya hanya diperkuat oleh pesan presiden yang terkadang kikuk.

Selama kunjungannya ke kamar bayi, Yoon menyatakan keterkejutannya bahwa bayi dan balita tidak diasuh di rumah dan tampaknya menunjukkan bahwa bayi berusia 6 bulan sudah bisa berjalan, yang menimbulkan kritik bahwa dia tidak mengerti masalah bayi sama sekali.

Banyak ahli percaya bahwa pendekatan membuang uang saat ini terlalu satu dimensi dan yang dibutuhkan adalah dukungan berkelanjutan sepanjang hidup anak.

REUTERS, CNN, FATIMA SOARES

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus