Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Trump dan Raja Yordania akan Bertemu untuk Bahas Masa Depan Jalur Gaza

Trump dan Raja Abdullah II akan membahas masa depan Jalur Gaza.

11 Februari 2025 | 18.00 WIB

Presiden Donald Trump berbincang dengan Raja Yordania Abdullah dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 25 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Perbesar
Presiden Donald Trump berbincang dengan Raja Yordania Abdullah dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 25 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan bertemu dengan Raja Abdullah II bin Al-Hussein dari Yordania pada Selasa, 11 Februari 2025. Pertemuan itu kemungkinan akan membahas soal gagasan rekonstruksi Gaza oleh AS dan ancaman untuk memotong bantuan ke negara Arab sekutu AS jika menolak untuk menampung warga Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dilansir dari Reuters, usulan Trump, yang dilontarkan seminggu yang lalu, agar AS mengambil alih Gaza, memindahkan penduduknya yang terguncang oleh perang, dan mengubah wilayah yang dilanda perang itu menjadi "Riviera Timur Tengah" menuai tanggapan negatif dari dunia Arab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Konsep tersebut telah menimbulkan kompleksitas baru ke dalam dinamika regional yang sensitif, termasuk gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

Hamas pada Senin pekan ini mengatakan akan menangguhkan membebaskan sandera Israel dari Gaza sampai pemberitahuan lebih lanjut. Mereka mengatakan Israel melanggar perjanjian untuk mengakhiri serangan yang telah menghantam Gaza. 

Trump kemudian mengusulkan pembatalan gencatan senjata jika Hamas tidak membebaskan semua sandera yang tersisa yang ditawannya pada 7 Oktober 2023 pada Sabtu pekan ini.

Raja Abdullah menolak segala upaya untuk mencaplok tanah dan menggusur warga Palestina. Dia diperkirakan akan memberi tahu Trump bahwa tindakan tersebut dapat memicu radikalisme, menyebarkan kekacauan di wilayah tersebut, membahayakan perdamaian dengan Israel, dan mengancam kelangsungan hidup negara itu.

Sementara itu, Trump telah mengubah beberapa aspek dari usulan awalnya dan menggandakan beberapa aspek lainnya. Dia telah menyatakan ketidaksabarannya yang meningkat terhadap para pemimpin Arab yang melihat gagasan itu tidak dapat dilaksanakan.

"Saya pikir ia (Raja Abdullah) akan menerima," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Senin lalu, dikutip dari Reuters.

Ketika ditanya apakah ia akan menahan bantuan dari Yordania dan Mesir jika mereka menolak melakukannya, Trump berkata, "Ya, mungkin, tentu, mengapa tidak, jika mereka tidak setuju, saya mungkin akan menahan bantuan."

Terjepit di antara Arab Saudi, Suriah, Israel, dan Tepi Barat yang diduduki, Yordania telah menjadi rumah bagi lebih dari 2 juta pengungsi Palestina dari populasinya yang berjumlah 11 juta jiwa. Status dan jumlah mereka telah lama menjadi sumber kecemasan bagi para pemimpin negara tersebut.

Amman telah bergantung pada Washington sebagai sumber bantuan ekonomi dan militer terbesarnya selama beberapa dekade, yang sekarang mencapai lebih dari $1 miliar per tahun.

Yordania menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994 tetapi telah membuat hubungan dengan tetangganya menjadi tegang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan usulan Trump layak untuk dikaji ulang.

Savero Aristia Wienanto

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus