Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Texas -- Presiden Donald Trump menghibur para korban penembakan massal di Ohio dan Texas pada Rabu, 7 Agustus 2019. Meskipun menyuarakan pesan persatuan, Trump terus mencerca lawan-lawannya sambil menghadapi protes publik bahwa retorikanya mengenai ras telah memicu ekstremisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mereka seharusnya tidak melakukan politisasi hari ini,” kata Trump mengenai politikus Partai Demokrat Senator Shrrod Brown sebagai orang tidak jujur seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 8 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trump terbang ke El Paso, Texas, yang menjadi lokasi aksi penembakan massal oleh seorang yang mengaku sebagai pendukung supremasi kulit putih yaitu Patrick Crusius, 21 tahun.
Aksi brutal itu telah menewaskan 22 orang pada 3 Agustus 2019 di sebuah Walmart, yang sering dikunjungi pelanggan-pelanggan keturunan Hispanik.
Trump menghabiskan sekitar satu setengah jam di rumah sakit dengan staf dan korban sebelum dia dan istrinya Melania berangkat menuju pusat operasi darurat untuk bertemu dengan petugas polisi.
Para pengunjuk rasa berkumpul di jalan-jalan, diawasi polisi bersenjata.
"Pulanglah. Kamu TIDAK diterima di sini!" dan "Trump kebencian, rasisme tidak diterima di sini" membaca dua tanda.
Peristiwa serupa juga terjadi di tempat kunjungan Trump pertama yaitu Dayton, Ohio, yang menjadi lokasi penembakan massal lainnya pada akhir pekan. Sembilan orang tewas di Dayton.
Demonstran pro-Trump juga turun ke jalan di kedua kotayaitu Texas dan Ohio sehingga menunjukkan terjadinya perpecahan di sana itu menjelang pemilihan umum tahun depan.
Di samping itu, pemerintah Meksiko pada Rabu, 8 Agustus 2019 mendesak Amerika Serikat untuk bekerja sama dalam membantu mengidentifikasi supremasi kulit putih yang menimbulkan ancaman bagi warganya setelah penembakan akhir pekan di El Paso, Texas yang menewaskan delapan warga negara Meksiko.
Dalam sebuah catatan diplomatik yang diterbitkan oleh kementerian luar negeri, pemerintah Meksiko mengatakan pihaknya menginginkan pihak berwenang Amerika Serikat untuk membagikan semua informasi tentang kasus El Paso, Texas, untuk menentukan apakah ada individu lain dan organisasi potensial “supremasi kulit putih” yang berusaha untuk menempatkan komunitas kami dalam bahaya di Amerika Serikat."