Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB Unesco memasukkan songket dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Non-benda Kemanusiaan milik Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daftar warisan budaya itu diputuskan dalam sesi ke-16 Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda yang diadakan secara online dari 13 hingga 18 Desember 2021, demikian dimuat di laman resmi Unesco, Desember 2021. .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mr Punchi Nilame Megaswatte, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Sri Lanka untuk UNESCO, memimpin pertemuan tahunan yang mengumpulkan ratusan peserta – perwakilan Negara Pihak, organisasi non-pemerintah, lembaga budaya dan pemangku kepentingan lainnya – dari seluruh dunia.
Pada sidang tahun ini, Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Non-benda memasukkan 4 unsur ke dalam Daftar Warisan Budaya Non-benda yang Perlu Dijaga Mendesak, dan 39 unsur dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Non-benda Kemanusiaan.
Calon presiden pasangan nomor urut dua Joko Widodo (kiri) melihat hasil kerajinan kain songket ketika berkunjung ke sentra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Tuan Kentang, di Kelurahan Tuan Kentang, Kecamatan Seberang Ulu Satu, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu 25 Juni 2014. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Sebenarnya selain Malaysia, songket juga dikenal sebagai pakaian tradisional etnis Melayu di Indonesia, Singapura, dan Brunei.
Dalam sebuah penelitian, Susan Rodgers, Anne Summerfield, dan John Summerfield menyebutkan bahwa songket dikaitkan dengan Kerajaan Sriwijaya dan sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat Palembang dan etnis Melayu pada umumnya.
Di laman Unesco, disebutkan bahwa songket adalah kain tenun tangan tradisional Malaysia yang dibuat oleh wanita di Semenanjung Malaya dan Sarawak.
Istilah songket mengacu pada teknik tenun dekoratif yang digunakan untuk membuat kain, yang melibatkan penyisipan benang emas atau perak di antara benang dasar.
Benang ekstra tampak melayang di atas latar belakang anyaman warna-warni untuk menciptakan efek ornamen. Songket ditenun menggunakan kek, alat tenun tradisional bersusun dua. Produk akhir adalah kain halus yang dihasilkan dari tenun tangan terampil selama berbulan-bulan oleh pengrajin ahli.
Teknik menenun yang sudah ada sejak abad ke-16 ini diturunkan dari generasi ke generasi, dan gaya songket dapat dikenali dari pola desain yang menggunakan bentuk geometris dan elemen organik, seperti bunga, burung, dan serangga.
Bahan songket secara tradisional hanya dikenakan oleh bangsawan dan keluarga mereka. Namun, hari ini digunakan oleh orang Melayu di seluruh negeri dalam pakaian upacara tradisional, untuk instalasi kerajaan, pernikahan, kelahiran, acara-acara perayaan dan acara resmi negara.
Meski tenun songket selalu kokoh di tangan perempuan, laki-laki juga ikut mendukung dengan membuat alat tenun.
Malaysia mengajukan songket ke Unesco sejak Maret 2020.
Utusan Negara Bagian Selangor, Malaysia, yang berkunjung ke Palembang, Sumatera Selatan, Rabu, 19 September 2012, menyampaikan keinginan mereka menjadikan produk kain songket motif telepuk sebagai pakaian resmi di negeri mereka.
"Kami sudah cukup lama meneliti, termasuk berkunjung ke sejumlah daerah di Riau. Ternyata songket motif telepuk dan kelingkan asli dari Kota Palembang," katanya.
Negara Bagian Selangor selama ini ingin menjadikan kain yang bermotif telepuk dan berhiaskan kelingkan itu menjadi busana resmi Negeri Selangor. Namun, sebagai langkah awal, mereka akan melakukan pendekatan kepada pemilik asli motif itu, yaitu pengrajin Palembang, melalui pemerintah kota setempat.
Indonesia dalam sidang kali ini mengajukan gamelan sebagai Warisan Budaya Non-benda Kemanusiaan dan telah diterima oleh Unesco.