Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Universitas Kent: Virus Covid-19 Diyakini Sudah Menyebar Sebelum Kasus di Wuhan

Peneliti menyebut virus Covid-19 pertama diyakini mulai menyebar di Cina pada awal Oktober 2019 atau dua bulan sebelum kasus pertama dilacak di Wuhan.

25 Juni 2021 | 17.30 WIB

Pintu masuk ke pasar makanan laut Huanan, tempat virus corona diyakini pertama kali muncul, diblokir dengan pagar biru ketika dipotret di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 30 Maret 2020.[REUTERS / Aly Song]
Perbesar
Pintu masuk ke pasar makanan laut Huanan, tempat virus corona diyakini pertama kali muncul, diblokir dengan pagar biru ketika dipotret di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 30 Maret 2020.[REUTERS / Aly Song]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru Universitas Kent yang dirilis pada Jumat menyebut virus Covid-19 pertama diyakini mulai menyebar di Cina pada awal Oktober 2019, dua bulan sebelum kasus pertama diidentifikasi di pusat kota Wuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Para peneliti dari Universitas Kent Inggris menggunakan metode dari ilmu konservasi untuk memperkirakan bahwa SARS-CoV-2 pertama kali muncul dari awal Oktober hingga pertengahan November 2019, menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Pathogens, dilaporkan Reuters, 25 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tanggal kemunculan virus yang paling mungkin adalah 17 November 2019, dan mungkin sudah menyebar secara global pada Januari 2020, menurut penelitian tersebut.

Kasus Covid-19 resmi pertama Cina terjadi pada Desember 2019 dan dikaitkan dengan pasar makanan laut Huanan di Wuhan.

Namun, beberapa kasus awal tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan Huanan, menyiratkan bahwa SARS-CoV-2 sudah beredar sebelum mencapai pasar.

Sebuah studi bersama yang diterbitkan oleh Cina dan Organisasi Kesehatan Dunia pada akhir Maret mengakui mungkin ada infeksi sporadis pada manusia sebelum wabah Wuhan.

Pekerja menyemprot tanah dengan disinfektan di pasar Baishazhou selama kunjungan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang ditugaskan untuk menyelidiki asal-usul virus corona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 31 Januari 2021. [REUTERS/Thomas Peter]

Dalam sebuah makalah yang dirilis dalam bentuk cetak minggu ini, Jesse Bloom dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle memulihkan data pengurutan yang dihapus dari kasus Covid-19 awal di Cina.

Data menunjukkan bahwa sampel yang diambil dari pasar Huanan "tidak mewakili" SARS-CoV-2 secara keseluruhan, dan merupakan varian dari urutan nenek moyang yang beredar sebelumnya, yang menyebar ke bagian lain Cina.

Institut Kesehatan Nasional AS mengonfirmasi bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah diserahkan ke Sequence Read Archive (SRA) pada Maret 2020 dan kemudian dihapus atas permintaan penyelidik Cina, yang mengatakan akan diperbarui dan diserahkan ke arsip lain.

Para pengkritik mengatakan penghapusan itu adalah bukti lebih lanjut bahwa Cina berusaha menutupi asal-usul virus corona.

"Mengapa para ilmuwan meminta basis data internasional untuk menghapus data penting yang memberi tahu kita tentang bagaimana COVID-19 dimulai di Wuhan?" kata Alina Chan, seorang peneliti di Harvard's Broad Institute, menulis di Twitter.

Petugas keamanan berjaga di depan pasar saat tim WHO penyelidik asal-usul virus corona mengunjungi pasar makanan laut Huanan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, Ahad, 31 Januari 2021. Tim WHO berencana mengunjungi pasar Huanan dan Institut Virologi Wuhan. REUTERS/Thomas Peter

Studi lain oleh para ilmuwan Australia, yang diterbitkan pada hari Kamis di jurnal Scientific Reports, menggunakan data genom untuk menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mengikat reseptor manusia jauh lebih mudah daripada spesies lain, menunjukkan bahwa virus itu sudah beradaptasi dengan manusia ketika pertama kali muncul.

Dikatakan mungkin ada hewan tak dikenal lain dengan afinitas yang lebih kuat yang berfungsi sebagai spesies perantara, tetapi hipotesis bahwa virus bocor dari laboratorium tidak dapat dikesampingkan.

"Meskipun jelas virus awal memiliki kecenderungan tinggi untuk reseptor manusia, itu tidak berarti mereka 'buatan manusia'," kata Dominic Dwyer, ahli penyakit menular di Rumah Sakit Westmead Australia yang merupakan bagian dari tim WHO yang menyelidiki Covid- 19 di Wuhan tahun ini.

"Kesimpulan seperti itu tetap spekulatif," katanya.

Sampel serum masih perlu diuji untuk membuat kasus yang lebih kuat tentang asal-usul Covid-19, kata Stuart Turville, profesor di Kirby Institute, sebuah organisasi penelitian medis Australia yang menanggapi studi Universitas Kent.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus