Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina (UNRWA) pada Minggu, 25 Februari 2024, memperingatkan kelangkaan air bersih di Jalur Gaza di tengah tumpukan sampah padat. Sanitasi tidak berkelanjutan di wilayah kantong Palestina tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Situasi ini seperti bencana. Tim UNRWA terus berusaha memberikan bantuan kritis yang diperlukan,” demikian keterangan UNRWA.
Dalam keterangan UNRWA dijelaskan tempat penampungan sudah penuh sesak, air bersih langka dan sampah padat menggunung. Kondisi ini membuat penyebarang penyakit meningkat.
Perang Gaza telah mendorong 85 persen populasi di wilayah itu kehilangan tempat tinggal. Penderitaan mereka semakin berat karena saat ini tak ada cukup makanan, air bersih dan obat-obatan. Menurut PBB, 60 persen infrastruktur di Jalur Gaza rusak atau hancur.
Israel melawan tuduhan genosida dalam putusan Mahkamah Internasional atau ICJ. Putusan ICJ pada Januari 2024 memerintahkan Tel Aviv agar menghentikan segala tindakan genosida dan mengambil sejumlah kebijakan yang memungkinkan bantuan kemanusiaan sampai ke warga sipil di Gaza.
Gencatan senjata dalam perang Gaza sampai berita ini diturunkan masih terus diupayakan. Sumber resmi di Hamas mengatakan kelompok tersebut sudah menyelesaikan pembicaraan gencatan senjata di Ibu Kota Kairo. Sekarang Hamas tinggal menunggu apa yang tim mediator hendak tawarkan pada mereka saat akhir pekan lalu dilakukan pembicaraan dengan Israel.
Tim mediator sudah menjalankan beberapa upaya untuk mengunci kesepakatan gencatan senjata di Gaza dengan harapan mencegah Israel menyerang Kota Rafah. Di Kota itu, ada lebih dari 1 juta warga Gaza yang berlindung karena kehilangan tempat tinggal.
Israel mengatakan akan menyerang Rafah jika kesepakatan gencatan senjata tidak segera dicapai. Washington menyerukan pada Tel Aviv agar jangan menyerang Rafah karena bisa berdampak fatal pada kerusakan pada warga sipil jika serangan tetap dilancarkan.
Dua sumber di Mesir sebelumnya sudah mengkonfirmasi kalau Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel akan bertolak ke Paris pada Jumat, 23 Februari 2024 untuk berbicara dengan Israel di sana usai menuntaskan pembicaraan dengan Haniyeh sehari sebelumnya. Israel belum secara terbuka mengomentasi pembicaraan di Paris, yang diperkirakan berlanjut sampai pekan ini. Hamas mengatakan kelompok itu tidak menawarkan proposal baru dalam pembicaaan dengan Mesir, namun menunggu apa yang tim mediator tawarkan untuk mereka usai berbicara dengan Israel.
Sumber: middleeastmonitor.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini