Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Utusan Trump Klaim Zelensky Minta Maaf atas Insiden di Ruang Oval

Utusan Donald Trump, Steve Witkoff, mengklaim Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengirimkan surat permintaan maaf kepada Presiden AS

11 Maret 2025 | 19.06 WIB

Steve Witkoff memberikan pidato pada pelantikan Donald Trump, di Washington, Amerika Serikat, 20 Januari 2025. REUTERS/Carlos Barria
Perbesar
Steve Witkoff memberikan pidato pada pelantikan Donald Trump, di Washington, Amerika Serikat, 20 Januari 2025. REUTERS/Carlos Barria

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, pada Senin mengklaim Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengirimkan surat kepada Presiden AS yang berisi permintaan maaf atas insiden di Ruang Oval.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Insiden tersebut menyebabkan batalnya penandatanganan perjanjian penting mengenai mineral strategis antara Washington dan Kyiv, seperti dilansir Kyiv Independent.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Trump sebelumnya telah mengungkap keberadaan surat tersebut dalam pidato bersama di hadapan Kongres AS pekan lalu.

Namun, Witkoff menegaskan bahwa "Zelensky mengirim surat kepada presiden. Ia meminta maaf atas insiden yang terjadi di kantor. Saya rasa itu adalah langkah penting."

“Banyak diskusi telah berlangsung antara tim kami, pihak Ukraina, serta para pemangku kepentingan dari Eropa yang terlibat dalam pembicaraan ini. Saya melihatnya sebagai sebuah kemajuan," ujar Witkoff dalam wawancara dengan Fox News.

Witkoff adalah bagian dari delegasi AS yang akan bertemu dengan pejabat Ukraina di Arab Saudi pada Selasa 11 Maret 2025, dalam pembicaraan tingkat tinggi pertama antara kedua negara sejak bentrokan di Gedung Putih.

Ia juga berharap kesepakatan dapat dicapai, seraya menambahkan bahwa pernyataan tersebut dia sampaikan hanya beberapa menit sebelum ia bertolak ke Arab Saudi untuk bertemu dengan perwakilan Ukraina.

Ketegangan dalam pertemuan 28 Februari di ruang Oval memuncak ketika Zelensky mempertanyakan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin dapat dipercaya dalam negosiasi perdamaian. Ini mengacu pada berbagai perjanjian sebelumnya yang berulang kali dilanggar oleh Moskow sebelum invasi skala penuh ke Ukraina.

Trump sendiri telah lebih dulu menolak keanggotaan Ukraina dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yakni aliansi pertahanan transatlantik yang membutuhkan persetujuan bulat dari seluruh anggotanya untuk menerima anggota baru.

Selain itu, Trump secara keliru menuduh Ukraina sebagai pihak yang memulai perang dengan Rusia.

Setelah perselisihan tersebut, Zelensky tiba-tiba meninggalkan Gedung Putih, membuat perjanjian mineral strategis batal ditandatangani dan konferensi pers bersama dengan Trump juga dibatalkan.

Pejabat tinggi Gedung Putih menuntut permintaan maaf dari Zelensky setelah bentrokan Oval Office. Zelensky mengeluarkan pernyataan damai pada 4 Maret yang menyebut insiden itu "disesalkan" dan mengatakan dia siap untuk bekerja menuju perdamaian di bawah "kepemimpinan yang kuat" Trump.

Tidak jelas apakah Witkoff membingkai pernyataan itu sebagai permintaan maaf atau merujuk komunikasi lain antara Zelensky dan Trump.

Witkoff juga mengatakan bahwa telah ada diskusi yang sedang berlangsung di antara pejabat Ukraina, AS, dan Eropa sejak insiden itu. Ia menyatakan optimisme bahwa pembicaraan di Arab Saudi dapat menghidupkan kembali kesepakatan mineral yang runtuh antara Washington dan Kyiv.

"Saya ingin menggambarkannya sebagai kemajuan ... Saya berharap ada kesepakatan," kata Witkoff.

Ada "harapan" bahwa kedua belah pihak akan membuat "kemajuan substansial" selama pembicaraan, katanya.

"Apa yang ada di atas meja, yang penting untuk didiskusikan jelas adalah protokol keamanan untuk Ukraina, mereka peduli tentang itu .... Ini bukan hal yang rumit," kata Witkoff.

"Mereka hanya perlu diletakkan di atas meja dan semua orang harus transparan tentang apa harapan mereka. Kemudian kami bisa mulai berdiskusi tentang bagaimana berkompromi."

Hubungan Ukraina-AS mencapai titik terendah setelah bentrokan di Gedung Putih, ketika Washington menghentikan bantuan militer ke Kyiv dan berhenti berbagi intelijen kritis.

Witkoff mengklaim sebelumnya dalam wawancara bahwa AS tidak berhenti berbagi intelijen yang diperlukan untuk tujuan pertahanan.

Pembekuan bantuan militer juga menuai kritik bahkan dari anggota partai Trump sendiri. Senator Republik Lindsey Graham mengatakan bahwa menarik bantuan dari Ukraina di tengah perang Rusia akan "lebih buruk daripada Afghanistan."

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa jika pembicaraan Arab Saudi berhasil, Washington mungkin melanjutkan bantuan militer ke Ukraina.

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus