Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meyakinkan pihaknya tidak akan terburu-buru mengunci kesepakatan dengan Rusia. Dalam wawancara dengan Le Parisien pada Rabu, 18 Desember 2024, Zelensly menyatakan pihaknya enggan membuat konsesi, baik teritorial ataupun terkait dengan ambisi Kyev di NATO dan di Uni Eropa, untuk ditukar dengan perdamaian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zelensky sebelumnya berkeras kalau satu-satunya cara menuju perdamaian dengan Rusia adalah '10 rumus perdamian' yang digagas pihaknya. Di antara '10 rumus perdamian' itu mencakup penarikan penuh seluruh pasukan Rusia dati teritorial Ukraina dan mengembalikan batas-batas negara yang disepakati pada 1991.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akan tetapi, dalam beberapa pekan terakhir Zelensky memberikan sinyalemen kalau dia mau melepaskan klaim teritorial jika Ukraina menjadi anggota NATO. Pemberitaan media belum lama ini menyarankan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump agar membujuk Zelensky mengakhiri perang Ukraina dan melakukan negosiasi dengan Moskow. Trump sebelumnya pernah sesumbar ingin mengakhiri perang Ukraina dalam tempo 24 jam segera setelah dilantik pada 20 Januari 2025.
"Dia benar-benar ingin bergerak cepat, padahal dia belum menjabat di Gedung Putih dan tak bisa mengakses informasi apapun. Dia (Trump) juga faham keinginan saya tidak terburu-buru merugikan rakyat Ukraina," kata Zelensky.
Zelensky menegaskan seberapa banyak presiden atau perdana menteri yang ingin mengakhiri perang Ukraina, pihaknya tidak akan dengan mudah menyerah dan memberikan kemerdekaan Ukraina. Zelensky mengklaim mengakhiri perang pada saat ini sama dengan memberikan Rusia kesempatan untuk menyerang Ukraina di kemudian hari.
"Putin adalah sebuah bumerang, yang artinya dia bakal balik lagi untuk mendapatkan apa yang dia mau. Jika kami tidak menghentikan Putin, dia akan terus menghancurkan kami," kata Zelensky. Ukraina hanya akan melakukan negosiasi damai dengan Moskow dalam kondisi Kyev kuat dan untuk menjadi kuat Ukraina harus menjadi bagian dari Uni Eropa dan NATO.
Sumber : RT.com