Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warga Alawite Melarikan Diri dari Kekerasan Sektarian di Suriah ke Lebanon

Lebih dari 50 pengungsi Alawite melintasi perairan untuk melarikan diri dari kekerasan di Suriah ke Lebanon

13 Maret 2025 | 19.35 WIB

Warga Alawi Suriah, yang melarikan diri dari kekerasan di Suriah barat, berjalan di perairan Nahr El Kabir, setelah pembunuhan massal terhadap anggota minoritas Alawi dilaporkan terjadi di Akkar, Lebanon, 11 Maret 2025. REUTERS/Mohamed Azakir
Perbesar
Warga Alawi Suriah, yang melarikan diri dari kekerasan di Suriah barat, berjalan di perairan Nahr El Kabir, setelah pembunuhan massal terhadap anggota minoritas Alawi dilaporkan terjadi di Akkar, Lebanon, 11 Maret 2025. REUTERS/Mohamed Azakir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Di tengah pembunuhan sektarian yang telah menghantam komunitas Alawite di Suriah, ratusan warga sipil—pria, wanita, dan anak-anak—terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menyeberangi Sungai Nahr El Kabir untuk mencari perlindungan di Lebanon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih dari 50 pengungsi terlihat melintasi perairan setinggi lutut dalam waktu hanya setengah jam pada Selasa seperti dilansir Reuters. Mereka membawa anak-anak dan sedikit harta benda yang berhasil mereka selamatkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kesaksian para pengungsi ini mengungkapkan kengerian yang mereka alami.

Nada Mohammed, yang berhasil melintas ke Lebanon pada Ahad, mengaku menyaksikan tujuh orang disembelih di desanya, Karto.

Putrinya, Sally Rajab Abboud, menggambarkan para penyerang sebagai "orang asing berjanggut dengan rambut panjang yang berbicara bahasa Arab formal daripada dialek Suriah."

Abou Jaafar Sakkour, warga Desa Khirbet al-Hamam, menceritakan bagaimana para militan mengancam akan membantai seluruh penduduk desa karena identitas Alawite mereka.

"Apa salah kami? Kami ingin perlindungan internasional, apakah itu Israel, Rusia, dari Prancis. Apa pun yang akan melindungi kita," ujarnya dengan putus asa.

Menurut pihak berwenang Lebanon, lebih dari 350 keluarga Alawite telah menyeberang dalam beberapa hari terakhir. Kantor hak asasi manusia PBB melaporkan bahwa kekerasan yang terjadi telah menewaskan seluruh keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak.

Kekerasan ini bermula pada Kamis ketika pemerintah yang dipimpin oleh Islam Sunni Suriah menyatakan bahwa pasukannya diserang oleh sisa-sisa rezim Bashar al-Assad, seorang Syiah Alawite.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan lebih dari 1.200 warga sipil tewas, mayoritas berasal dari komunitas Alawite.

Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa telah berjanji untuk menghukum pihak yang bertanggung jawab, termasuk sekutunya sendiri jika terbukti terlibat.

Namun, bagi para pengungsi yang trauma, janji tersebut tak cukup meyakinkan untuk membuat mereka kembali ke rumah.

Seorang wanita yang menyeberang dengan dua anaknya menggambarkan bagaimana dia terjebak di rumahnya di Tartous selama tiga hari. Dia tidak berani mendekati jendela karena tembakan yang intens.

"Kami belum tidur selama tiga malam," katanya. 

Lebanon, yang telah menampung lebih dari satu juta pengungsi Suriah sejak konflik 2011, kini kembali menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang melarikan diri dari kekerasan di negara tetangga mereka.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus