Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Ukraina boleh saja terlibat pertikaian sengit, tapi tidak untuk warga negaranya. Ribuan warga negara Rusia Ukraina hidup damai di Bali, tanpa terpengaruh perang yang berlangsung sejak setahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak yang menjadikan Bali sebagai rumah mereka. Mereka meninggalkan negaranya menyusul invasi militer Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan konflik yang belum berakhir, Bali yang merupakan tujuan wisata utama Indonesia telah menjadi tempat perlindungan sementara bagi warga dan bisnis yang kabur dari perang. Menurut data pemerintah, lebih dari 7.000 orang Ukraina tiba di Bali tahun lalu. Pada Januari, dalam waktu satu bulan saja ada lebih dari 2.500 kedatangan.
Tahun lalu lebih dari 58.000 orang Rusia tiba di Bali. Pada Januari 2023, ada lebih dari 22.500 kedatangan dari Rusia yang menduduki turis asing terbesar kedua di bulan lalu.
Tahun lalu, menurut Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjokorda Bagus Pemayun, kedatangan turis asing dari Rusia dan Ukraina mencapai puncaknya. Tren meningkat sejak Bali mulai (membuka pintu) tanpa karantina pada 7 Maret 2022.
“Kenapa Bali? Mungkin meskipun berperang, turis Rusia dan Ukraina meningkat secara signifikan karena memang Bali adalah tempat yang damai. Sangat damai, dan bukannya (di negara masing-masing), mereka tinggal di Bali,” ujarnya.
Kepala komunitas Ukraina di Bali, yang hanya menyebut namanya sebagai Dmytro, mengatakan perang terjadi saat dia sedang berlibur di pulau itu. Sekarang dia sedang membangun komunitas di Bali untuk warga Ukraina lainnya.
"Delapan bulan terakhir, saya hanya fokus membantu Ukraina, menemukan cara yang dapat kami bantu, membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat setempat, pemerintah setempat dan polisi,” katanya.
Setelah perang dimulai, salah satu biro perjalanan Ukraina memutuskan untuk memindahkan basisnya ke Bali. Biro itu juga mempekerjakan beberapa orang Ukraina di sana.
Sementara itu, beberapa warga Rusia menawarkan dukungan kepada sesama warganya yang ingin pindah ke Indonesia. Anna Pomarina memiliki konsultan membantu perusahaan berbahasa Rusia mendirikan toko di Indonesia. Dia juga memiliki sebuah hotel di Bali, tempat ketika dia pindah pada awal pandemi COVID-19.
"Saya membantu lusinan bisnis untuk memulainya di Indonesia karena mereka sedang mencari cara untuk mendapatkan uang lagi untuk keluarga mereka atau ingin mengembangkan bisnis yang sudah ada,” katanya.
Menurut Badan Pusat Statistik, wisatawan Rusia menduduki peringkat ke-9 pada 2021 dalam hal membelanjakan uang di Indonesia. Rata-rata mereka menghabiskan US$ 3.710 per perjalanan.
Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia menunjukkan bahwa bisnis Rusia menyumbang lebih dari 6,5 persen investasi asing di Bali tahun lalu, naik dari 5 persen pada tahun 2021, dengan terkonsentrasi di real estat.
Meskipun jauh dari rumah, banyak orang Ukraina dan Rusia masih berharap bisa kembali ke rumah mereka ketika perang berakhir. Saat ini mereka percaya tinggal di Bali adalah pilihan terbaik.
FATIMA ASNI SOARES | DEWI | CNA
Pilihan Editor: Bos Grup Wagner Menggerutu, Kesal dengan Militer Rusia