Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kami Tidak Ingin Perang

Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva bicara soal krisis perbatasan Ukraina. Apa katanya tentang Indonesia di ASEAN?

8 Januari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Rusia memandang Indonesia sebagai pemimpin informal ASEAN dan negara Islam berpengaruh.

  • Rusia menawarkan perluasan kerja sama di bidang energi baru, termasuk nuklir.

  • Bagaimana sikap Rusia terhadap sengketa di Laut Cina Selatan dan perkara NATO di Ukraina?

MASA tugas Lyudmila Vorobieva sebagai Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia akan genap empat tahun pada Maret 2022. Dalam wawancara dengan Tempo pada Senin, 27 Desember 2021, di rumah dinasnya di kawasan Kuningan, Jakarta, ia menjelaskan hubungan ekonomi dan pertahanan Indonesia dengan Rusia. Perempuan kelahiran 1964 ini juga menjelaskan ketegangan Rusia dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengenai Ukraina dan upaya diplomatik yang sedang berlangsung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana hubungan Rusia dan Indonesia saat ini?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rusia memandang Indonesia sebagai mitra utama di ASEAN dan Asia-Pasifik. Indonesia adalah pemimpin informal ASEAN dan negara Islam yang sangat berpengaruh. Fokus pembangunan ekonomi telah bergeser ke Asia-Pasifik dan Rusia juga bagian dari kawasan ini karena dua pertiga wilayah kami berada di Asia. Presiden Vladimir Putin dan Presiden Joko Widodo ketika bertemu di Sochi, Rusia, pada 2016 menetapkan target untuk nilai perdagangan sebesar US$ 5 miliar. Kami belum sampai ke sana. Pada 2020, meskipun ada Covid-19, ada tren positif. Menurut statistik kami, ada peningkatan cukup besar dalam perdagangan sebesar 40 persen.

Bagaimana dengan 2021?

Kami pikir pada 2021 lebih dari US$ 3 miliar. Jika tren ini terus berlanjut, mudah-mudahan target akan tercapai. Sebagian besar perdagangan kami adalah bahan mentah dan pertanian. Jika kita ingin meningkatkan volume perdagangan, kita perlu berfokus pada produk berteknologi tinggi. Indonesia memiliki surplus perdagangan yang besar dengan Rusia. Kami membeli lebih banyak minyak sawit dari Indonesia, yang pada 2021 nilainya sekitar US$ 1 miliar. Dan kami tidak memiliki syarat atau batas apa pun.

Apa mekanisme untuk meningkatkan kerja sama ini?

Kami memiliki mekanisme berupa komisi bersama. Kami tidak bisa menyelenggarakan pertemuan komisi ini selama tiga tahun karena Covid-19. Tapi kami sudah punya rencana dan dikonfirmasi bahwa pertemuan akan berlangsung pada Maret 2022, beriringan dengan rencana pameran industri INNOPROM. Tujuan pameran ini adalah menunjukkan apa yang bisa kami tawarkan dalam industri dan investasi serta mempertemukan pelaku bisnis. Kami juga membawa pengusaha dari Euroasia. Pameran ini diselenggarakan di bawah kepemimpinan Indonesia di G20. Kami memiliki kesamaan prioritas dengan Indonesia dan kami siap mendukung keketuaan Indonesia.

Presiden Putin jadi berkunjung ke Indonesia?

Kunjungan itu seharusnya berlangsung pada 2020, bersamaan dengan peringatan 70 tahun hubungan bilateral Indonesia-Rusia, tapi tidak memungkinkan karena Covid-19. Kami berharap kunjungan akan berlangsung pada 2022, seiring dengan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali. Tentu saja ini tergantung situasi kesehatan dan Covid-19.

Sejauh mana kerja sama pertahanan Indonesia-Rusia, termasuk rencana pembelian pesawat Sukhoi?

Kerja sama pertahanan itu sebenarnya jauh lebih besar dari sekadar membeli Sukhoi atau perlengkapan lain. Salah satunya latihan angkatan laut ASEAN-Rusia pada Desember 2021 di Belawan, Medan. Ini pertama kalinya dalam sejarah. Itu bagian dari kerja sama pertahanan. Pada Desember 2020, ada kunjungan kapal Armada Pasifik Rusia ke Surabaya. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga beberapa kali datang ke Rusia. Pada 2020, ia datang ke Moskow, ketika kami memperingati 70 tahun Perang Dunia II. Ia Menteri Pertahanan pertama Indonesia yang berpartisipasi dalam Perayaan Hari Kemenangan di Lapangan Merah. Kami sangat menghargai itu. Kami kehilangan 27 juta jiwa dalam Perang Dunia II. Ihwal pembelian Sukhoi, kontrak masih berjalan.

Sektor apa lagi yang bisa ditingkatkan?

Banyak. Hal pertama yang muncul di benak saya adalah energi, termasuk energi terbarukan tenaga air. Ini menjadi tren dunia. Kami memiliki banyak pembangkit listrik tenaga air. Kami bisa berbagi pengalaman dan keahlian. Juga energi hidrogen dan nuklir. Negara kami kaya minyak dan gas, tapi 20 persen listrik di Rusia dihasilkan oleh fasilitas nuklir. Keamanan fasilitas nuklir ini lima kali lipat keamanan Fukushima atau Chernobyl. Satu-satunya masalah ada pada pengelolaan sampah, tapi kami juga memiliki teknologinya. Jadi, kapan pun pemerintah Indonesia siap menggunakan teknologi ini, kami siap membantu.

Banyak yang menolak tenaga nuklir karena khawatir akan kasus seperti Chernobyl dan Fukushima.

Orang-orang hanya tidak tahu dan kurang informasi. Chernobyl terjadi lebih dari 30 tahun lalu. Fukushima adalah proyek lama Amerika Serikat. Rusia punya yang baru. Kami tidak mengalami insiden setelah Chernobyl.

Apa tantangan dalam hubungan kedua negara?

Secara politik kami tidak memiliki tantangan apa pun. Posisi kami mirip. Itu terbukti saat kami bekerja sama di Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa) ketika Indonesia menjadi anggota tidak tetap. Salah satu contoh yang sangat baik adalah bagaimana kami bersama-sama dengan negara lain mencabut sanksi terhadap Iran, yang dulu diajukan Amerika Serikat.

Bagaimana hubungan Rusia dan ASEAN?

ASEAN sangat penting bagi kami. Pada 2020, kami merayakan ulang tahun ke-25 dialog kemitraan Rusia-ASEAN. Pada 2018, Presiden Rusia menghadiri KTT Rusia-ASEAN di Singapura. Dalam hal politik dan keamanan, menurut kami, ASEAN sangat penting untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan. Di bidang ekonomi, fokus pembangunan ekonomi dan pergeseran industri ke kawasan ini juga menjadi sangat penting.

Sejumlah negara ASEAN berseteru dengan Cina tentang Laut Cina Selatan. Mengapa Rusia seperti menjauh dari soal ini?

Kami tidak ikut campur. Kami tidak mencoba menjadi bagian dari itu. Cina adalah mitra strategis kami. ASEAN juga mitra strategis. Kami selalu mengatakan bahwa semua perbedaan atas ketegangan ini perlu diselesaikan dengan dialog semua pihak.

Amerika terlibat di Laut Cina Selatan untuk menciptakan keseimbangan.

Ini bukan keseimbangan. Tidak perlu campur tangan dari luar. Itu tidak akan membuat keadaan lebih baik.

Rusia dan NATO bersitegang mengenai Ukraina. Apa yang sebenarnya terjadi?

Ketika NATO mengklaim bahwa Rusia agresif, maksud mereka adalah kami mengerahkan pasukan di wilayah kami. Perbatasan itu wilayah kami. Di mana agresifnya? Kami tidak pergi ke Ukraina. Kami berlatih di wilayah kami sendiri. Tentu saja keamanan kami penting bagi kami. Dan NATO mulai membuat persiapan untuk memindahkan pasukan demi perluasan ke perbatasan kami karena mereka mengatakan akan menerima Ukraina sebagai anggota NATO.

Ukraina kan belum menjadi anggota NATO.

Belum. Tapi mereka menghendaki negara itu menjadi anggota NATO. Jika itu terjadi, berarti pasukan NATO akan berada di perbatasan kami. Nuklir, rudal mereka, akan ada di perbatasan. Mereka mengatakan Rusia agresif. Kami tidak mengirim rudal ke perbatasan, katakanlah Kanada atau Meksiko, di dekat Amerika. NATO yang datang dengan pasukan, rudal, ke perbatasan kami. Kami memiliki kepentingan dan hak yang sah untuk melindungi negara kami. Makanya dua pekan lalu (pertengahan Desember 2021) kami mengajukan proposal ke Amerika Serikat dan NATO untuk memberikan jaminan keamanan. Sejauh ini reaksinya positif. Sekarang hubungan kami dengan Amerika berada di titik terendah setelah Perang Dingin berakhir. Kami tidak bahagia dengan itu.

Sejumlah analis menilai situasi saat ini seperti era Perang Dingin.

Dalam beberapa hal bahkan lebih buruk. Itu berbahaya. Kami tidak ingin terjadi konflik militer. Kami tidak menginginkan perang. Kami menginginkan kedamaian, stabilitas. Kami ingin rakyat kami, juga Amerika, makmur. Perang dan konflik militer tidak membawa kemakmuran bagi bangsa mana pun.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus