Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan agar serangan pada tenaga kesehatan dan fasilitas-fasilitas kesehatan di Sudan dihentikan. Seruan itu disampaikan setelah sebuah drone menyerang sebuah rumah sakit di North Darfur, Sudan, yang menewaskan lebih dari 70 orang dan melukai puluhan orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagai satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi di El Fasher, rumah sakit Saudi Teaching Maternal telah memberikan layanan kesehatan pada warga, diantaranya gyn-obstetrics, penyakit dalam, tindakan operasi dan pediatric serta menjadi pusat stabilitasi nutrisi,” kata Tedros Ghebreyesus dalam unggahan di X, Jumat, 24 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami akan terus menyerukan gencatan senjata pada seluruh pusat perawatan kesehatan di Sudan dan menuntut akses penuh bagi pemulihan fasilitas-fasilitas kesehatan yang rusak,” kata Tedros Ghebreyesus
Konflik antara militer Sudan dan Rapid Support Forces (RSF) pecah pada April 2023 karena sengketa soal integrasi kedua pasukan bersenjata itu. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan warga Sudan kehilangan tempat tinggal serta kelaparan.
Bukan hanya itu, konflik juga telah menyebabkan gelombang kekerasan etnis yang sebagian besar menyalahkan Rapid Support Forces karena menciptakan krisis kemanusiaan. Gubernur Darfur, Mini Minnawi, mengatakan di X kalau drone milik Rapid Support Forces telah menyerang unit gawat darurat rumah sakit Saudi Teaching Maternal di North Darfur. Kejadian ini menewaskan sejumlah pasien, termasuk perempuan dan anak-anak.
Bentrokan sengit meletus di El Fashe antara Rapid Support Forces dan pasukan gabungan Sudan, termasuk Angkatan Darat, kelompok anti-perlawanan, kepolisian dan unit-unit pertahanan local.
Lebih dari 24,6 juta orang di Sudan - lebih dari separuh penduduk - menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi akibat konflik. Pertempuran yang sedang berlangsung dan pembatasan pergerakan pasokan dan personel bantuan terus membahayakan operasi penyaluran bantuan.
Sekjen PBB Antonio Guterres kembali menyerukan banyak pihak agar mau memfasilitasi akses yang cepat, aman, tanpa hambatan, dan berkelanjutan sehingga bantuan kemanusiaan dan staf bisa menjangkau orang-orang yang membutuhkan di mana pun mereka berada. Dia juga meminta dukungan internasional yang lebih besar untuk mengatasi krisis yang semakin besar, dan mendesak masyarakat global untuk meningkatkan pendanaan bagi operasi kemanusiaan di Sudan.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: 110 Ribu Warga Gaza Tinggalkan Rafah
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini