Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yang menggenjot & yang ambil nafas yang menggenjot & yang ambil nafas

Kedatangan utusan pemerintah pol pot di konperensi unctad di manila diprotes oleh beberapa negara komunis & sosialis, sementara vietnam & rrc masih berselisih dan saling tukar tawanan. (ln)

26 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK mata mengikutinya. Seorang wanita langsing melangkah tegap ke mimbar dalam konperensi UNCTAD ke-5 di Manila. Selama 15 hari ia menempuh perjalanan dari pedalaman Kampuchea via Thailand untuk menghadiri konperensi internasional itu. Ieng Tirith, Menteri Sosial dalam pemerintahan Pol Pot yang bergerilya di Kampuchea, berbicara. Para delegasi Vietnam, Laos, Kuba, Uni Soviet dan beberapa negara sosialis Eropa lainnya memprotes dan meninggalkan sidang itu. Mereka menganggap Ny. Ieng tidak berhak mewakili Kampuchea. Ketua sidang, Menlu Pilipina Carlos Romulo tetap mengizinkannya berbicara -- mencerminkan sikap sebagian besar delegasi UNCTAD. Kasus ini juga mungkin menjadi dilemma bagi kalangan Non-blok. Pertemuan tingkat menlu di Kolombo 5 Juni akan menentukan siapa yang berhak menghadiri KTT di Havana September nanti. Pol Pot sendiri sedang dikejar dan pasukannya terdesak ke perbatasan Thailand. Rezim Heng Samrin yang ditunjang Vietnam di Kampuchea akhir-akhir ini meningkatkan opersi militernya, tampaknya mengejar waktu sebelum musim hujan tiba bulan Juli. "Tank T-5 buatan Uni Soiet yang dipakai tentara Vietnam tidak berdaya tatkala jalan di pedalaman menjadi lumpur akibat hujan," kata Ny. Ieng, isteri Wakil PM Ieng Sary. Suaminya dan Pol Pot, menurut wanita ini yang berpendidikan Perancis, dalam keadaan sehat memimpin perlawanan. Ia membenarkan berita yang pernah diungkapkan Pangeran Norodom Sihanouk di Beijing bahwa RRC mensponsori gerombolan gerilya pimpinan In Tam, bekas PM dalam pemerintahan Lon Nol yang digulingkan Pol Pot tahun 1975. In Tam rupanya kini bergabung dengan Pol Pot dengan bantuan biaya dan senjata RRC. Pasukan keduanya sudah membentuk suatu Front Persatuan Nasional. Sementara itu di Hanoi, perundingan damai antara Vietnam dan RRC yang sudah berlangsung 5 kali masih buntu pekan lalu. Mereka merencanakan bertemu lagi, jika perundingan akan dilanjutkan, di Beijing. Belum ada tanda-tanda Viemam mau menarik tentaranya dari Kampuchea, seperti yang dituntut RRC dan yang antara lain mendorong Beijing tadinya memberi "pelajaran" (baca: agresi) terhadap Vietnam. Wakil PM Deng Xiaoping sampai pekan lalu masih terdengar mengancam bahwa "pelajaran kedua bahkan ketiga" mungkin terjadi setiap waktu. Namun Cina, jika janjinya tidak berobah, pekan ini mulai mempertukarkan tawanan perang dengan Vietnam. Pasukan Cina, menurut tuduhan Hanoi, masih dikerahkan dalam jumlah besar di daerah perbatasan. Perselisihan kedua negara itu masih menegangkan. Mereka, seperti Sihanouk menilainya, "sekarang sekedar mengambil nafas."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus