Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Niat Baik Kok Dituduh Macam-macam

25 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROYEK CIS-RISI di PLN Disjaya menerbitkan tudingan mark-up. Proyek outsourcing itu dikerjakan oleh PT Netway Utama. Direktur Utama Netway, Gani Abdul Gani, menjawab sejumlah pertanyaan sekitar proyek itu kepada tim investigasi Tempo, akhir Juni yang lalu. Berikut pe-tikan wawancara itu.

Kapan Netway menerima proyek?

Proyek ini bermula tahun 1991. Kami punya perjanjian. Netway di-tun-juk sebagai pelaksana, karena kontrak dengan Politeknik sudah habis.

Mengapa ada pembengkakan -biaya ketika dipegang Netway?

Nggak benar. Saat dikerjakan Politeknik nilainya hampir Rp 4 mi-liar untuk satu lokasi. Sekarang, kalau satu lokasi dikalikan 36, bisa mencapai lebih dari Rp 100 miliar dalam satu tahun. Nah, sekarang ini nilainya Rp 137 miliar untuk dua tahun.

Bicara tentang proyek lanjutan, apakah beda produk ITB dan Netway?

Bicara tentang hak cipta, produk ini milik Netway yang dikerjakan bersama ITB. Kami mema-ten-kan pro-duk dengan nama PC Bank. Produk CIS RISI memang punya PLN, tapi kalau bicara tentang ICR (software) itu milik kami. Maka hak ciptanya sama-sama. Politeknik ju-ga bisa mematenkan.

Apakah ada royalti untuk ITB?

Royalti secara hukum tidak ada. Tapi kami mem-bantu ITB bukan dalam bentuk royalti. Untuk peng-gunaan di luar Jakarta, PLN tidak dikenai royalti lagi. Yang kami berikan kepada PLN adalah program dasarnya.

Mengapa ada gaji Rp 149 juta untuk manajer pro-yek?

Itu benar. Kami menggunakan (aturan) Bappenas tahun 2000, rate maksimum perkalian 1,3 sampai 3,1. Gaji itu untuk ekspatriat. Kalau dikembali-kan ke Bappenas, muncul pertanyaan mengapa ha-nya Rp 149 juta per bulan? Padahal standar gaji eks-patriat US$ 15 ribu (Rp 145 juta). Kalau dikalikan tiga, berapa coba? Dalam perjanjian ditentukan harus ada enam orang ekspatriat. Asal negara ekspatriat itu ditentukan sesuai dengan permintaan PLN.

Bagaimana dengan gaji office boy yang juga sa-ngat tinggi?

Dari awal ada kesalahan dan sudah direvisi. Ka-mi tahu pada bulan ketiga ada office boy dan lima staf yang gajinya masuk ke biaya langsung personel. Kemudian disepakati, pada bulan ke-13 gaji me-reka dimasukkan ke biaya langsung non-personel, karena mereka bukan staf ahli. Gaji office boy itu Rp 1,4 juta. Lihat saja slip gajinya.

Bagaimana dengan temuan bahwa satu orang bi-sa membuat tanda tangan gaji yang berbeda-beda?

Memang ada tanda tangan berbeda-beda. Mere-ka sudah diperiksa. Masalah ini sudah selesai.

Kantor akuntan publik yang mengaudit proyek ter-nyata dibekukan. Tanggapan Anda?

Kami minta audit payroll dari Kantor Akuntan Pu-blik Rodi Kartamulya tahun 2002. Ternyata kan-tor akuntan itu dibekukan pada 2005. Jangan sa-lahkan kami, dong, kami tidak tahu kantor Rodi dibekukan.

Mengapa terjadi perbedaan harga pada tahun ke-dua?

Selama ada justifikasi, ya, sah-sah saja meminta kenaikan 15 per-sen sesuai dengan persetujuan. Di perusahaan teknologi informasi saja kenaikannya bisa mencapai 20 persen di tahun kedua. Memang ku-rang hemat, tapi dari sisi lain ada baiknya karena kami paling murah. Saat ini, uji coba kami yang paling berhasil.

Apakah posisi Anda sebagai Direktur Utama Net-way merangkap Ketua Politeknik tidak berbentur-an kepentingan?

Di Politeknik saya adalah ketua tim. Sedangkan di Netway, saya mengerjakan proyek. Hal ini pernah saya tanyakan, menurut Politeknik tak ada masalah, maka saya jalan terus.

Anda mengusulkan outsourcing, apakah karena -ke-de-katan dengan Eddie Widiono?

Terus terang, saya kenal baik Pak Eddie. Secara per-sonal, kami tidak ada hubungan, tapi banyak yang menganggap dia senior saya (di ITB—Red.). Usul pertama outsourcing datang dari saya. Niat baik kok dituduh macam-macam. Mungkin tuduhan itu untuk menjatuhkan proyek. Baru negosiasi sebulan, sudah muncul tuduhan macam-macam.

Kabarnya, Anda selalu berhubungan langsung -dengan Direktur Utama PLN?

Dulu kami berhubungan dengan Disjaya, yang ba-gian marketingnya dijabat Pak Eddie. Setelah Pak Eddie menjabat direktur utama, komunikasi tetap melalui bagian marketing. Kami tak pernah by-pass ke direktur utama.

Dalam kasus ini, Anda pasang badan untuk direksi PLN?

Nggak. Nggak ada untungnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus